Rabu, 23 Maret 2016

Edisi Bayar Utang..

Sebenarnya ini kali kedua saya mengunjungi Gunung Slamet di Purbalingga, Jawa Tengah sejak tahun 2013 silam yang diyakini sebagai "Atap Jawa Tengah". Saat itu, dikarenakan cuaca yang sudah sangat buruk ketika kami tiba di Pos 7 Samyang Kendit, dengan berat hati kami pun memilih untuk turun demi alasan keselamatan. 
Ingat ! jangan sampai mati konyol di gunung gara-gara nekat/sengaja mengabaikan keselamatan !

Dengan ketinggian sekitar 3.428 mdpl, tentunya gunung ini membuat para pendaki merasa tertantang untuk bisa berdiri di puncaknya.

Gunung ini diyakini sebagai Gunung dengan track tersulit dan tersadis di kawasan Jawa Tengah. Ya, karena sepanjang jalan nyaris tidak ada bonus, selalu menanjak, banyak jalur air dan akar, serta akan sangat licin jika hujan sudah turun. Gunung ini juga terkenal dengan aura mistisnya yang kuat. Jadi pastikan kalian selalu menjaga sikap dan tingkah laku ketika berada disana,ya.


8 Maret 2016
Awal Perjalanan
Setelah sempat beberapa kali rencana ini gagal ataupun nyaris berganti rute karena status Gn.Slamet yang masih belum kondusif untuk didaki, kami pun akhirnya jadi berangkat karena mendengar info Gunung Slamet sudah dibuka untuk pendakian per 1 Maret 2016. Sesuai kesepakatan awal, sekitar Pukul 20.00 WIB, bahkan nyaris-nyaris pukul 21.00 WIB, team yang terdiri dari saya, Bang Indra Difa, Mpok Agustin, Elfrida , dan Tengku berangkat menuju Purwokerto dengan KA Serayu Malam.


9 Maret 2016
Tiba di Purwokerto
Paginya setelah tiba di Stasiun Purwokerto sekitar pukul 07.33 WIB, kami tidak sengaja berkenalan dengan rombongan pendaki lain yang dipimpin oleh Bang Ocit, yang kebetulan memiliki tujuan yang sama. Jadilah kami sepakat untuk charter angkot bareng menuju Basecamp Bambangan. Setelah nego sana-sini dicapai harga Rp 50.000,-/orang atau yakni Rp 450.000,- untuk 9 orang. Dengan catatan beliau ini rela menunggu kami jika kami ingin mampir-mampir untuk membeli logistik dll.

Suasana di angkot (Doc by Tengku)
Bagi yang ingin nyarter angkot, bisa hubungi Bp.Solikun di 0821 - 3617 - 9960. Fyi, Cara beliau mengendarai mobil sudah sangat terbukti, bahkan beliau sangat handal meliuk-liuk ketika melewati jalan dengan tanjakan curam.

Untuk menuju Basecamp Bambangan, kami diajak Pak Solikun melewati bukit-bukit yang menembus Taman Wisata Baturraden (wisata air panas dan kebun bunga) , sehingga pemandangan yang kami lihat disepanjang jalan adalah hutan-hutan yang masih sangat asri. Hati-hati bagi yang mudah mabok darat, karena pasti kalian akan merasa mual. Ha ha ha..


Basecamp Bambangan, Memulai Perjalanan
Di depan gerbang pendakian
Sekitar pukul 10.00 WIB atau setelah melewati 2 jam perjalanan dari Stasiun Purwokerto, kami tiba di Basecamp Bambangan. Menurut saya ini adalah Basecamp yang baru, dan lebih besar pula dari yang sebelumnya pernah saya singgahi 2013 silam.

Setelah re-packing dan makan siang bersama di warung seberang Basecamp, kami segera mengurus Simaksi untuk pendakian siang itu. Dikenakan biaya sebesar Rp 5.000,-/orang . Setelah berfoto bersama, sekitar pukul 10.55 WIB, kami memulai pendakian menuju Gunung tertinggi no.2 se-Jawa tersebut.

Perjalanan dibuka dengan melintasi ladang warga di kiri dan kanan jalan, namun sedari disini saja jalanan sudah mulai menanjak sedikit demi sedikit. Setelah melewati ladang warga, jalanan sedikit demi sedikit memasuki area hutan, dimana mulai bertemu dengan medan berlumpur kering dan tetap terus menanjak.

Melintasi jalan perladangan warga
Memasuki area hutan
Jalur menanjak yang sudah mulai licin karena embun dan rintik air hujan

Pos 1 Pondok Gembirung
Bangunan di Pos 1
Sekitar pukul 13.05 atau sekitar 2 jam perjalanan dari Basecamp, kami tiba di Pos 1. Disini terdapat sebuah bangunan besar dan bisa dijadikan tempat untuk nge-camp. Asiknya disini, terdapat warga yang menjajakkan aneka jajanan mulai dari minuman dingin dan aneka gorengan seperti pisang goreng dan sejenisnya. Harganya pun masih masuk akal. Rp 2.000,- untuk pisang goreng, Rp 4.000,- untuk teh hangat, dan Rp 5.000,- untuk Es Teh Manis. Ibu dan Bapak pedagangnya sangat ramah, sehingga membuat kami betah berlama-lama disana sembari mengobrol dengan mereka. Sadar perjalanan masih sangat panjang, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Pos 2, yang mana sudah langsung disambut dengan aneka tanjakan curam dan jalur tanah. Bisa dibilang antara Pos 1 dan Pos 2 ini merupakan salah 1 jalur terekstrim di Gunung Slamet. Kenapa ? karena selain tetap dan terus menanjak tiada bonus, jalur ini pun didominasi jalur air yang sempit, dan tangga akar yang membuat kami harus memanjat-manjat.

Gambaran jalur menuju Pos 2
Hujan mulai turun, Raincoat pun beraksi


 Pos 2 Pondok Walang
Shelter di Pondok Walang
Menjelang Pos 2, jalanan semakin ekstrim dan hujan pun turun, sehingga kami harus berjalan lebih ekstra hati-hati. Sekitar 15.10 WIB (1,5 jam dari Pos 1 setelah dipotong isitirahat) kami tiba di Pos 2 Pondok Walang dan langsung memilih berteduh di dalam shelter karena hujan sudah turun cukup deras. Alhamdulillah, ada kawan sependakian yang berbaik hati membagi teh hangat kepada kami sehingga lumayan bisa membuat badan hangat. Tidak lama, kami segera melanjutkan perjalanan menuju Pos 3.

Jalur menuju Pos 3



Tiba di Pos 3
Pos 3 Pondok Cemara  
Gambaran track dari Pos 2 menuju Pos 3 masih berupa track melintasi akar-akar yang semakin curam dan menanjak (seperti gambar di atas). Sekitar pukul 17.24 WIB kami berlima tiba di Pos 3 Pondok Cemara. Disini, kami tidak beristirahat terlalu lama. Namun, ketika waktu sudah menunjukkan pukul 18.00 lewati dikit dan terdengar suara adzan dari kejauhan, kami  memilih untuk berdiam diri sebentar sembari istirahat.

Menuju Pos 4, masih dilalui dengan jalur banyak tanjakan akar dan jalur air yang super sempit. Ditambah, saat itu hari sudah gelap, sehingga kami pun sudah berjalan menggunakan Headlamp.


 Pos 4 Pondok Samarantu
Pos 4 yang dikenal sebagai pos paling angker
Sekitar pukul 19.18 WIB, kami tiba di Pos 4 Pondok Samarantu. Di Pos ini terdapat lahan yang cukup luas untuk nge-camp. Namun saran saya, kecuali dalam keadaan darurat, sebaiknya JANGAN SINGGAH/CAMP di Pos ini. Menurut info yang beredar ditambah yang saya rasakan saat itu, jujur perasaan saya tidak terlalu enak berlama-lama berada disini. Ya, diantara Pos-pos yang lain, bisa dibilang Pos 4 inilah yang paling angker, dan dikhawatirkan para pendaki bisa diganggu oleh "penunggu" yang berada disini. Jadi, lebih baik langsung saja lanjut ke Pos V yak.. ^^..
Setelah melewati Pos 4, Jalur sudah mulai terbuka dan meluas dibandingkan jalur-jalur pada perjalanan menuju pos-pos sebelumnya.


Pos 5 Samyang Katebonan
Sekitar Pukul 20.22 WIB, kami tiba di Pos 5 dan memutuskan untuk Camp dikarenakan kondisi badan yang sudah terlalu lelah, ditambah kondisi perut yang sudah sangat keroncongan. Di Pos 5 ini terdapat sebuah shelter/bedeng, ada juga beberapa lahan yang kosong didepannya, namun sayangnya tidak datar. Sehingga kami harus mundur sedikit untuk mencari tempat Camp. Dan disini pun kami kembali bertemu dengan rombongan Bang Ocit yang ternyata sudah tiba lebih dulu disaat kami istirahat di pos-pos sebelumnya.
Disini, kami langsung membagi tugas, ada yang memasang tenda, flysheet, dan memasak makanan. Dan setelah selesai makan dan waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, kami yang lelah ini pun langsung tertidur pulas.


10 Maret 2016
Persiapan Summit Attack

Perjalanan Summit Attack
Sesuai kesepakatan malam sebelumnya, Pukul 03.00 WIB kami sudah bangun untuk membiasakan diri dahulu terhadap suhu di luar. Pagi itu kami mengisi kekosongan perut kami sebelum Summit Attack dengan Roti tawar berisi susu. Tidak masalah tidak sarapan banyak, yang penting perut tidak kosong.

Untuk mencapai Puncak Gn.Slamet masih ada sekitar 4 pos lagi yang harus dilalui, baru kemudian disambung dengan jalur bebatuan yang langsung menanjak menuju Puncak. Alhamdulillah cuaca pagi itu sangat bersahabat, tidak terlalu dingin, dan angin pun tidak kencang. Namun jaket dan Rain Coat (Jas hujan) tetap menjadi barang wajib yang harus dibawa ya.

Track yang dilalui untuk menuju Pos-pos berikutnya masih sama, yakni tanjakan tanpa adanya bonus, jalur air yang super sempit dan jalur akar.


Pos 6 Samyang Rangkah
Jaraknya tidak terlalu jauh dari Pos 5, hanya berjarak sekitar 20 menit-an. Kami tiba sekitar pukul 04.07 WIB. Disini kami tidak beristirahat dan langsung menuju ke Pos selanjutnya.


Pos 7 Samyang Kendit
Bangunan di Pos 7
Pos ini hanya berjarak sekitar 35 menit dari Pos 6 dan ditandai dengan jalur yang semakin terbuka dan adanya shelter berupa bedeng. Dimana jika kita melihat kedalamnya cukup untuk mendirikan dua buah tenda.





Pos 8 Samyang Jampang
Jalanan menuju Pos 8
Perjalanan menuju Pos 8 dilalui dengan melewati jalur yang semakin terbuka. Jika dilihat dari arah datang, ada dua jalur yang bisa dipilih yakni yang berada di sebelah kiri bedeng, maupun sebelah kanannya (seperti di foto sebelah kiri ini), yang mana keduanya akan bermuara pada jalur yang sama. Dibutuhkan sekitar 15 menit dari Pos 7 untuk mencapai Pos 8.


Pos 9 Pelawangan
View Sunrise dari Pos 9 Pelawangan
Menuju Pos 9, yang merupakan batas vegetasi sebelum mendaki jalan berbatu besar menuju Puncak Slamet, dibutuhkan waktu sekitar 35 menit. Selain papan nama, pos ini ditandai juga dengan adanya Plang Merah besar yang nantinya dipakai sebagai petunjuk arah bagi para pendaki yang turun dari Puncak agar tidak tersesat/salah arah.

Saat tiba disini bersamaan dengan fenomena Sunrise, jadilah kami agak berlama-lama karena semua sibuk mengabadikan moment yang ada di depan mata.


Menuju 3.428 MDPL !!
Jalur bebatuan yang harus ditempuh menuju Puncak
Jalur yang harus dilalui menuju Puncak adalah tanah pasir bebatuan. Bedanya dengan menuju Puncak Semeru (bagi yang sudah pernah pasti paham), disini tidak berlaku hukum 1-3, atau 3-5. Tapi harus tetap ekstra hati-hati karena tidak semua batu yang diinjak kokoh, alias mudah terlepas. Jangan juga mengambil jalur terlalu ke kanan, dikarenakan selain lebih sulit, sangat dekat dengan jurang (seperti Blank 75 yang ada di Semeru). Saran saya, gunakan taktik "zig-zag" ketika meniti batuan untuk naik. Kira-kira seperti inilah view ketika mendaki menuju atap Jawa Tengah...

View lain
Inilah kami

Tiba di 3.428 MDPL..
View Puncak Slamet 3.428 MDPL
Alhamdulillah.. sekitar pukul 07.25 WIB, kami berhasil menginjakkan kaki di Puncak tertinggi no.2 Se-Jawa, atau bisa dibilang atapnya Jawa Tengah. Artinya, dibutuhkan waktu sekitar 3,5 jam untuk mencapainya dari Pos 5 Samyang Katebonan.

Meskipun kami tidak benar-benar sampai pada waktu yang bersamaan, namun kami senang karena kami semua bisa sampai di Puncak tanpa ada yang tertinggal/tidak muncak.

Senangnya juga, cuaca di Puncak saat itu sangat bagus, dan langitpun terlihat benar-benar biru (seperti foto saya di sebelah). Dan inilah beberapa  moment foto yang menggambarkan situasi di atas sana.

Alhamdulillah terbayar sudah "utang" semenjak 2013 silam.

Jam saya menjadi saksi bisu keberadaan kami di Puncak Slamet, tampak Kawah Slamet yang masih aktif
View awan yang berbaris, sayang belum terlalu ramai

Salam buat Backpacker Jakarta #01 dari Puncak Slamet... (doc by Indra Difa)
Good job guys! Summit Attack berhasil ! (doc by Indra Difa)

Perjalanan Turun kembali menuju Pos 5
Setelah puas berfoto-foto dan mengabadikan berbagai moment yang ada di Puncak, sekitar pukul 08.45 WIB kami pun segera bergegas untuk turun. Kabut sudah mulai menutupi jalan, sehingga kami harus turun dengan ekstra hati-hati (Ingat patokan papan besar Merah yang ada di Pos 9 sebagai penanda jalur). Umumnya memang perjalanan turun selalu lebih cepat dari naik, sehingga pukul 11.00 WIB (atau sekitar 2 jam perjalanan turun dari Puncak) kami sudah tiba kembali di Pos 5.


Perjalanan kembali ke Basecamp yang SERU!!
Sebuah pendakian tidak bisa dibilang berhasil jika belum kembali ke Basecamp dengan selamat. Oleh karenanya setelah selesai makan siang, istirahat sejenak dan beres-beres (re-packing). Kami segera memulai perjalanan untuk kembali ke Basecamp Bambangan.

Pos demi pos kami lalui dengan sangat cepat karena memang cuaca yang sudah semakin memburuk dan yang ada di pikiran kami saat itu hanyalah ingin tiba di Basecamp dengan cepat dan bisa segera istirahat dengan nyaman. Jujur situasi track sudah sangat licin saat itu karena hujan sudah kembali turun, sehingga nyaris terpeleset atau bahkan benar-benar terpeleset sudah menjadi hal yang lumrah.

Namun, apa daya kami harus sempat terhenti lama di Pos 2 dikarenakan kami dikepung oleh hujan yang sangat deras dan petir yang besar. Ini serius. Lebih baik berhenti dulu dalam waktu lama jika hujan deras dibandingkan memaksakan jalan dengan kondisi petir yang besar. Ada sekitar 2 jam kami berdiam diri di Pos 2. Barulah setelah hujan mulai reda kami berani untuk melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos 1 dimana kami tahu akan disambut dengan aneka jajanan di Ibu.. ehehehehhe

Kami tiba di Pos 1 menjelang Maghrib, sehingga kami pun baru melanjutkan kembali perjalanan setelah adzan Maghrib selesai berkumandang..


Jalan yang Seakan Tiada Berujung !
Meskipun hujan sudah reda, namun sisa-sisa track malam itu masih terasa agak licin, masih ada pula beberapa jalur yang agak ekstrim. Jadi tetap harus ekstra berhati-hati. Dan lagi dan lagi, apa yang saya takutkan kembali terjadi. Sesuatu yang sering saya alami dibeberapa gunung yang pernah saya singgahi dan selalu terjadi jika kita melanjutkan perjalanan setelah Maghrib.

Yak, tepatnya ketika melewati jalur ladang warga, jalan kami seakan-akan bertambah panjang, ada beberapa ladang yang seharusnya tidak kami lewati, namun tiba-tiba muncul .

Kami sangat yakin bahwa kami tidak salah jalan atau nyasar, karena disepanjang jalan pun masih sering berjumpa dengan pendaki yang ingin naik. Barulah ketika seorang kawan berkata "Kok jalan ini seakan tidak berujung,ya?"Saat itulah saya tersadar, bahwa kami kembali "Diputar". Saya pribadi merasa ini kebalikannya dari yang kami dapat dari Pos 5 menuju Pos 4. Kalau yang terjadi saat itu adalah jalan kami "dipersingkat", ada beberapa jalan yang dihilangkan. Wallahu'alam.

Alhamdulillahnya, sekitar pukul 20.00 WIB, kami berlima tiba dengan selamat di Basecamp Bambangan, yang mana artinya misi pendakian kali ini sudah berhasil ! Alhamdulillah... \(^0^)/. Berhubung sudah terlalu lelah, tak banyak yang kami lakukan malam itu kecuali bersih-bersih, ngopi sejenak kemudian tidur.

11 Maret 2016
Refreshing dan Mandi Air Panas di Baturraden
Pintu Masuk Sumber Air Panas Baturraden
Berhubung jam kepulangan kami menuju Jakarta masih jauh (Sore pukul 16.30 dari Stasiun Purwokerto), kami berlima ditambah rombongan Bang Ocit (Beserta Dayat, Abie, dan Salam) sepakat untuk bermain sejenak ke kawasan Sumber Air Panas Baturraden. Untuk menuju kesana, sudah disediakan transportasi oleh pihak Basecamp, dan disepakati Rp 550.000,-/mobil dengan jalur Basecamp Bambangan - Pemandian Air Panas Baturraden - Stasiun Purwokerto. Berhubung sifatnya Charter, jadi kawan-kawan bebas jika ingin mampir membeli oleh-oleh, Sholat Jum'at (berhubung itu hari Jum'at) atau sekedar kuliner diantara tujuan itu.

Sekitar pukul 09.35 WIB kami tiba di depan pintu masuk Sumber Air Panas Baturraden. Bagi yang ingin membeli oleh-oleh berupa kaos dan aneka gelang, di depan gerbang ini banyak pedagang yang menjajakkan aneka dagangannya. Harga pun murah meriah.

HTM untuk masuk kawasan Sumber Air Panas ini dikenakanan Rp 10.000,-/orang. 

Jalur menuju Sumber Air Panas
Untuk menuju tempat Sumber Air Panas, kawan-kawan harus berjalan kaki sekitar lebih kurang 500 hingga 700 meter melewati jalan tangga yang naik dan turun. Tentunya, dengan kaki yang habis capek karena turun dari Slamet, naik turun tangga ini sangat "menyiksa" kami.. T-T . Hingga kalian akan bertemu dengan Icon tempat ini yakni Sumber Air Panas Pancuran 7 (seperti pada gambar di bawah ini)
Pancuran Sumber Air Panas 7
Pijat dan Lulur Belerang, mantap!
Tidak perlu khawatir akan makanan dan minuman, karena setelah kalian tiba disini akan banyak warung yang sudah menanti. Bagi yang merasa pegal-pegal (kami pastinya!), disini juga disediakan jasa lulur plus urut dengan belerang. Tarifnya murah, hanya dikenakan sebesar Rp 20.000,-/orang (untuk kaki, tangan dan pundak), dan Rp 50.000,-/orang (untuk seluruh badan). Jangan lupa sembari pesan kopi hangat, dijamin makin nikmat ! Lihat saja seperti ekspresi kami ini.

Bagi yang ingin berendam, terdapat bilik khusus dimana terdapat banyak kamar mandi yang berisi bath-tube berisi air belerang lengkap dengan air dingin jika dirasa terlalu panas. Untuk dapat masuk dan berendam ke bilik ini dikenakan biaya tambahan Rp 5.000,-/orang. (Maaf gambar tidak bisa ditampilkan karena terlalu vulgar..hahahahahaha).

Selain wisata Sumber Air Panasnya, tempat ini pun mempunyai view yang tidak kalah indahnya, seperti foto saya berikut ini..

View yang indah
Oiya, dibawah saya berpijak ini ada tangga menuju Goa Alam juga lho, tapi karena kaki kami masih terlalu lelah dan kaku, ditambah waktu yang sudah mepet menjelang Sholat Jum'at, kami pun segera menyudahi wisata kami di Baturraden.

Kuliner Bakso Pekih
Plang Bakso Pekih
Berhubung masih ada waktu tersisa (sekitar 3,5 jam sebelum waktu keberangkatan kembali menuju Jakarta) , kami memutuskan untuk kulineran sejenak sekaligus makan siang di waung Bakso Pekih. Warung bakso ini terletak di dalam gang yang hanya muat pas untuk 2 mobil. Namun ajaibnya, pengunjungnya selalu ramai, bahkan rata-rata datang menggunakan kendaraan pribadi. Kami segera memesan sebuah meja untuk 10 orang (termasuk pak Sopir) dan segera memesan menu yang menurut saya sangat murah meriah.

Ya, karena untuk seporsi Bakso Urat & Bakso Telur (digabung dalam 1 mangkok) hanya dihargai Rp 13.500,-/mangkok saja. Ukurannya pun besar, sehingga pasti puas dan kenyang saat menyantapnya.


Bakso Urat & Bakso Telur
Kulineran kami siang itu pun menjadi penutup dari perjalanan kami di Gunung Slamet serta Purwokerto dan sekitarnya. Tepat pukul 16.30 WIB kereta Serayu Malam pun berangkat dari Stasiun Purwokerto mengantar kami kembali menuju Jakarta.

Rincian Pengeluaran :
-Tiket Kereta PP (K.A Serayu Malam, JKT-PWT) : Rp 140.000,-
-Biaya Admin : Rp 7.500,-
-Sewa bantal di kereta PP : Rp 10.000,-
-Nasi Fried Chicken Restorasi : Rp 20.000,-
-Teh Manis Hangat : Rp 5.000,-
-Kopi : Rp 4.000,-
-Patungan Angkot Stasiun Purwokerto - Basecamp Bambangan : Rp 50.000,-/orang
-Makan siang depan Basecamp : Rp 13.000,-
-Simaksi : Rp 5.000,-
-Jajan di Pos 1 PP , Es Teh Rp 5.000,-, Teh hangat Rp 4.000,-, Gorengan Rp 12.000,- (@Rp 2.000,-), Total Rp 21.000,-
-Ngopi pagi-pagi : Rp 3.000,-
-Patungan Mobil Basecamp - Baturraden - Stasiun PWT : Rp 60.000,-/orang
-Souvenir Gelang : Rp 20.000,-
-HTM Baturraden : Rp 10.000,-
-Lulur belerang Kaki-tangan-pundak : Rp 20.000,-
-Berendam Air Panas : Rp 5.000,-
-Jajan di Bakso Pekih (termasuk dengan es teh manis 2 @ Rp 2.500,-) : Rp 18.500,- 
-Nasi Goreng Restorasi : Rp 20.000,-
-Es Krim Brasil : Rp 5.000,-
-Sarapan Lontong :  Rp 10.000,-
--------------------------------------------------------------------------------------------+
Total : Rp 447.000,- *
*Biaya tersebut diluar dari belanja logistik, oleh-oleh, serta ongkos masing-masing orang dari rumah ke mipo PP.

Akhir kata, semoga informasi yang ada bisa bermanfaat bagi siapapun yang ingin berkunjung ke Gunung Slamet, Sumber Air Panas Baturraden ataupun yang ingin Kulineran di seputar Purwokerto.

Cheers,
RPR - Sang Petualang
(Silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)

Sampai jumpa di trip selanjutnya !