Senin, 25 Desember 2017

"Lari Marathon" di Argopuro

Marathon? Laaaah katanya lo nanjak gunung? ngapain bawa-bawa lari marathon?. 

Buat kawan-kawan yang belum tahu, Gunung Argopuro yang secara administratif terletak di 3 Kabupaten , yakni Probolinggo, Jember dan Situbondo ini merupakan gunung dengan Track pendakian terpanjang Se-Jawa, dan bagi pendaki super santai seperti saya ini membutuhkan waktu 5 hari 4 malam untuk menyelesaikan jalurnya. Menurut info dari Pak Arifin yang rumahnya kami singgahi saat tiba di Bremi, panjang Tracknya adalah 63 Km. Wiiiiiw! Ga salah kaki berasa banget setelahnya.. hahaha

Dengan berlandaskan berbagai info blog dan bertanya-tanya ke kawan yang sebelumnya pernah kemari, maka dipilihlah  untuk naik lewat Baderan dan turunnya ke Bremi pada pendakian Argopuro kali ini.


13 Juli 2017

Berangkat!
Pukul 10.00 WIB saya sudah berangkat dari rumah untuk menuju Stasiun Senen dimana saya akan bertemu dengan Bang Mamat rekan seperjuangan saya kali ini untuk kemudian sama-sama berangkat ke Surabaya menuju Stasiun Pasar Turi. Sesuai jadwal, pukul 14.00 WIB kereta KA.Kertajaya berangkat.


14 Juli 2017

Tiba di Surabaya
Tiba di Stasiun Pasar Turi
Setelah melewati perjalanan lebih kurang 12 jam, kami tiba di Stasiun Pasar Turi Surabaya. Setelah rehat sejenak, dan berfoto geje seperti disebelah ini, kami langsung bergerak keluar stasiun dan segera mengisi perut ketika melihat seorang Bapak Tua yang berjualan ala angkringan tepat di seberang pintu keluar.

Harganya juga murah meriah, untuk seporsi nasi dengan telur dadar dan lauk mini ditambah segelas teh manis hangat hanya dikenakan Rp 9.000,-. 

Dengan tampilan kami yang membawa Carrier dan seperti orang mencari-cari transportasi ini jangan heran jika banyak yang langsung menawarkan jasa untuk mengantar . Namun saya bersabar sedikit sehingga ketika kami sedang makan terdengar teriakan "Bungur..Bungur!!" dari Angkot yang sedang ngetem di depan stasiun. Setelah bertanya harga, dikenakanlah Rp 15.000,-/orang untuk mengantar kami menuju Terminal Bungurasih (Purabaya), tempat dimana kami akan mencari bus yang akan mengantarkan kami menuju Besuki.

Angkringan depan Stasiun Pasar Turi
Dengan jalanan yang kosong malam itu, ditambah lagi si Mas ini ngebut bawa mobilnya, tidak terasa setelah 25 menit perjalanan kami sudah tiba di depan pintu keluar Terminal Bungurasih. Saat itu sebenarnya sudah ada bus yang siap jalan menuju Situbundo, namun kami memilih untuk masuk dulu ke terminal, beristirahat sejenak dan menunggu waktu Sholat Subuh di Masjid dekat pintu masuk terminal.

Terminal Purabaya (Bungurasih)

Ketemu Bapak-Bapak Heboh
Setelah Subuh, kami langsung bersiap mencari bus yang bisa mengantar kami menuju Besuki. Saat itu terpikir oleh saya, untuk menghindari calo dan mendapat harga normal kami harus masuk terlebih dahulu menuju terminal utama yang bentuknya seperti ruang tunggu Bandara. Benar saja, ruangannya sangat bagus,ada cafe, ada mini marketnya juga dan banyak terlihat orang yang tidur di bangku.

Disitulah saya bertemu dengan Bapak-Bapak Super Heboh yang sangat bersemangat menggiring kami ke salah 1 bus, bahkan saya pun sempat seperti "diomeli" ketika sedang berpikir akan naik bus yang mana. Hahahaha maklum deh namanya juga ga tau.. -,-". Lucunya, setiap saya ingin nego harga, Bapak ini sudah jalan lagi beberapa meter ke depan sehingga kami seperti main kejar-kejaran. Sampai akhirnya saya berhenti dan memanggil si Bapak untuk nego harga. Beliau bilang Rp 37.000,-/orang, namun ketika saya bilang hanya sampai Besuki, dikenakan Rp 25.000,-/orang saja. Baiklah kami ambil.

Sekitar Pukul 05.20 WIB, bus kami jalan dan langsung masuk tol. Saat Kenek memberi karcis, saya sedikit kaget karena harganya mendadak naik jadi Rp 30.000,-/orang. Hmmmm, jadi Si Bapak Heboh itu Calo juga rupanya.. panteees semangat sekali.. -,-". Tapi saya makasi juga sih sama beliau, mungkin kalau dia ga sesemangat itu saya masih bingung mau naik bus yang mana..


Tiba di Alun-Alun Besuki
Sekitar pukul 10.13 WIB, Bus sudah mulai memasuki Kabupaten Situbondo, dimana laut juga sudah mulai terlihat di sebelah kiri kami, tepatnya sebelum melewati gedung PLTU yang sangat besar. Dan barulah 10.40 WIB, atau setelah melewati hampir sekitar 5,5 Jam Perjalanan kami tiba di Alun-Alun Besuki dan turun di terminal terdekat.

Sesampai di terminal, kami langsung berniat mampir ke Alfamart terdekat untuk membeli aneka logistik termasuk gas yang akan kami gunakan untuk memasak. Disitulah kami diikuti oleh Bapak-Bapak yang sangat getol menawarkan jasanya untuk mengantar kami menuju Basecamp. Setelah nego harga yang sebenarnya tidak bisa dinego dan alot (karena mereka sudah langsung menetapkan Rp 50.000,-/orang diantar pakai motor). Kami iyakan tawaran mereka dan kami bilang bahwa kami akan belanja dan Jum'at an dulu sebelum berangkat. Mereka setuju dan sudah menunggu kami dengan pakaian lengkap seusai Jum'at an.


Menuju Basecamp Baderan
Naik Ojek menuju Basecamp Baderan
Dibutuhkan waktu sekitar 45 menit dari Alun-Alun Besuki untuk menuju Basecamp Baderan. Saya pikir wajar juga dihargai segitu, karena memang jalannya cukup jauh dan melintasi beberapa bukit dan 3 desa. Alhamdulillah udaranya sangat sejuk dan cuaca sangat bersahabat. Dan akhirnya setelah melalui perjalanan panjang dari Jakarta, pukul 12.56 WIB kami tiba di Basecamp Baderan untuk memulai pendakian di gunung Argopuro.

Di Basecamp yang isinya hanya kami ini, tidak banyak yang kami lakukan kecuali langsung bersiap Packing ulang, membayar uang registrasi dan istirahat sejenak sebelum memulai pendakian. Oiya, kami juga sudah memesan Ojek yang akan mengantar kami hingga batas Makadam dengan tarif Rp 40.000,-/orang. Sekedar info, untuk HTM Gunung Argopuro dikenakan sebesar Rp 20.000,-/hari/orang untuk hari kerja (Senin-Jum'at), dan Rp 30.000,-/hari/orang untuk hari libur (Sabtu/Minggu).

Total kami membayar simaksi Rp 100.000,-/orang .

Basecamp Baderan

Pertigaan pertama, ambil yang ke atas
Sekitar pukul 13.56 WIB, atau setelah naik Ojek selama lebih kurang 10 menit hingga di batas Makadam yang membuat pantat sakit T-T, pendakian pun dimulai. Jalur awal pendakian melintasi kebun warga dimana terdapat jalur motor ditengahnya sehingga cukup jelas untuk dilalui. Setelah menemukan petunjuk menuju Mata Air 1 dimana ada pertigaan, ambil yang ke atas dan tidak lama akan memasuki hutan dan akan memasuki jalur air yang pastinya akan sangat licin jika hujan.

Setelah berjalan sekitar 2 jam lamanya dari Batas Makadam, akhirnya kami menemukan "lahan datar pertama" dan memutuskan untuk beristirahat sejenak sembari menuntaskan makan siang yang sangat tertunda. Lahan ini cukup luas, sehingga saya pikir cukup nyaman jika bermalam. Namun tujuan kami hari itu tetap sampai ke Pos Mata Air 1.

Lahan datar pertama

Berhubung hari sudah semakin sore, tidak lama kami berada di lahan tersebut dan langsung mengejar menuju Pos Mata Air 1 dengan melewati jalan hutan yang semakin rapat, dan semakin gelap pastinya. Alhamdulillah jalanan sudah semakin landai. Dan ketika dirasa sudah memasuki adzan Maghrib, kami diam sejenak sembari beristirahat. Rupanya Pos 1 sudah di depan mata. Tidak banyak yang kami lakukan malam itu selain mendirikan tenda, makan dan langsung tertidur pulas.


15 Juli 2017

Pos Mata Air 1, Bertemu Riki !! (+/- 3,5 jam dari Batas Makadam)


Pagi itu kami langsung bangun dan segera sarapan, karena memang perjalanan kami hari ini akan mencapai Cikasur untuk berkemah selanjutnya disana. Bagi yang sempat Camp disini, jangan kaget ketika pagi kalian akan mendapat "tamu" sekitar 2 ekor Beruk besar, dimana salah 1 nya bernama "Riki" (info dari kawan-kawan yang lain). Riki dan "mungkin" pasangannya tidak berbahaya, namun mereka suka iseng, karena suka mengambil sampah para pendaki dan membiarkannya berantakan. Saya pribadi sampai harus "membarter" dengan beberapa roti supaya sampah saya dikembalikan.. hahahaha

Pukul 08.45 Kami melanjutkan perjalanan menuju Pos Mata Air 2. Disambut dengan jalur yang landai disambung perosotan ala-ala kolam renang, hanya saja naik ke atas. Di pos bayangan menuju Pos Mata Air 2 ini kami bertemu dengan 3 pendaki asal Majalengka yang akhirnya bergabung menjadi kawan seperjalanan kami selama di Gunung Argopuro. Karena jujur saja, sepanjang jalan kami hampir tidak bertemu orang, benar-benar serasa gunung milik sendiri.

Menuju Pos Mata Air 2 jalan serasa sangat php. Sebentar naik, sebentar turun. Namun bagusnya pemandangan yang dilalui sangat indah, sehingga tidak membuat kami bosan selama berjalan.

Masuk hutan lagi

Savana yang dilewati

Ketemu lahan datar begini aja udah bahagia banget!

Pos Mata Air 2 ( 1 Jam 15 Menit)

Tiba di Pos, beberapa dari kami segera mengisi persediaan air, sedangkan yang lainnya (termasuk saya) memilih untuk ngasoh sejenak sembari bersandar di pohon. 11.45 setelah berisitirahat "secukupnya", kami kembali melanjutkan perjalanan.

Sedari melewati Pos Mata Air 2, jalanan semakin banyak bonus. Tentunya kembali memasuki hutan yang rapat, namun kali ini dengan bunga berwarna putih di kiri-kanan sepanjang jalan kami. 

Bonus bro! bonus!
Mempersingkat cerita, untuk menuju Cikasur, kami harus melewati beberapa Savana yang sangat indah, Savana tersebut "disekat" oleh hutan rapat. Jadi urutannya Savana-Hutan-Savana-Hutan dan seterusnya. Kira-kira saya hitung ada 5 Savana yang harus dialalui hingga akhirnya bertemu dengan Cikasur. Kondisi jalanan tetap naik turun, tapi tenang saja, terbayar banget kok dengan keindahan yang kalian temui. Oh iya, di Savana yang ke-3, jika beruntung kalian bisa bertemu dengan Burung Merak, namun jika tidak paling hanya mendengar suaranya saja.. Ehehehe..

Savana 1
Savana 2, sempat dikira sudah sampai Cikasur.. -,-"
Savana 3, kalau beruntung bisa bertemu Burung Merak dimari
Savana 4, paling kecil dibanding yang lain
Savana 5, Cikasur sudah terlihat di kejauhan

Ketika melalui Savana ke 5, Cikasur sudah mulai terlihat di kejauhan. Ikuti terus hingga jalur akan terbagi 2, ke atas langsung mengarah ke Camping Ground Cikasur, ke bawah menuju tempat Salada Air. Kami pastinya mau ke bawah dulu, berburu salada air sekaligus menyegarkan diri sejenak.. :D

Berburu Salada Air

Airnya seger banget bro!

Setelah mengambil beberapa salada air dan mengisi perbekalan air, Alhamdulillah sore itu sekitar pukul 17.30 WIB kami tiba di Cikasur. Disana kami sempat bertemu dengan para Akamsi (Anak-anak Kampung Sini) dan kami memutuskan untuk kemah di bekas reruntuhan bangunan tidak jauh dari mereka.

Suasana "Dapur"
Udara sore itu sudah mulai dingin, padahal kami sudah sengaja mengambil tempat yang dikelilingi oleh "barikade" bekas reruntuhan bangunan. Tapi tetap saja tembus. Sehingga kami langsung menghangatkan badan kami dengan memasak air, ngopi-ngopi sejenak, makan malam dan segera tidur. Perjalanan besok masih panjang kawan! :D




16 Juli 2017

Selamat pagi dari Cikasur! Luas banget yeeeeh nih tempat.. (+/- 5 Jam 30 Menit)

Cikasur pagi itu, kereeeeen!
Pukul 05.30 WIB kami sudah terbangun dan langsung disambut indahnya Savana Cikasur dan matahari yang perlahan-lahan mulai naik. Dan jujur semalam dinginnya luar biasa! kami seperti menggigil berjamaah. Untuk yang belum tahu, Cikasur ini terkenal sebagai bekas tempat lapangan udara Jepang pada jaman penjajahan dahulu. Sehingga konon katanya sering terdengar langkah-langkah kaki para serdadu Jepang disini. Wallahu'alam. Namanya bekas lapangan udara, jadi tidak salah jika luasnya bukan main. Tapi hati-hati ya jangan sampai salah masuk jalan yang mana tembus-tembusnya bisa ke arah Jember.

Selama di Cikasur, puas-puasin berfoto sudah pasti menjadi agenda utama , berikut dokumentasinya..

Berfoto bersama para "Akamsi"
View lain, Alhamdulillah cerah banget!


Jika pemandangan yang terlihat seperti ini, jalur kalian benar
Tujuan kami di hari itu adalah Rawa Embik, sehingga setelah puas berfoto, menyegarkan diri sejenak sekaligus mengambil air dekat Salada air, Pukul 10.20 WIB kami segera bergegas melanjutkan perjalanan berikutnya menuju Cisentor. Jalan menuju Cisentor cukup jelas, tinggal kembali ke arah datang ikuti papan petunjuk sehingga sedikit demi sedikit kalian akan menuju ke atas dan bisa melihat betapa luasnya Cikasur.

Untuk menuju Cisentor, pemandangan yang kalian jumpai hampir sama ketika akan menuju Cikasur, yaitu perpaduan antara Savana dan hutan yang terus bergantian. Hmm jujur saya sudah mulai bosan bertemu dengan Savana karena memang di Gunung Argopuro ini seperti "gudangnya" Savana.. hahahaha

Tapi tenang, di ujung Savana entah yang ke berapa belas (eeh masih ngitung :P), kalian akan temui berbagai pemandangan indah seperti Bunga Edelweiss dan sejenis bunga berwarna ungu seperti yang ada di Oro-Oro Ombo Gunung Semeru.

Puas-puasin deh liatin Savana selama disini
Ada beberapa jalur dengan pohon tumbang
Horeeeee! kabut sudah mulai turun

Bunga Edelweiss sudah mulai terlihat
Bunga-bunga berwarna ungu mirip seperti di Oro-Oro Ombo



Kemudian kabut mulai turun, jalanan mulai berganti berkelok kelok sembari melewati tepian jurang yang menganga lebar, sehingga harus ekstra hati-hati melewatinya. Dan ketika suara air semakin terdengar jelas, jalanan menurun dan bertemu dengan sungai yang membelah jalan, artinya kalian sudah tiba di Pos Cisentor. Waktu menunjukkan pukul 14.35 saat itu.


Cisentor (+/- 3,5 - 4 Jam)
Tiba di Cisentor, berhubung dengan dengan sumber air, kami menyempatkan diri untuk memasak makan siang sejenak, sembari beristirahat sedapatnya. Karena melihat dari kondisi dan waktu, sepertinya hari ini kami akan berkemah di Rawa Embik saja.

Pos Cisentor beserta pondokannya.

Savana lagi savana lagi. puas-puasin ngeliat savana disini..:D
Tak lama kami segera melanjutkan perjalanan menuju Rawa Embik, langsung jalanan agak naik dari arah depan Pondokan Cisentor, kembali menemui Savana, dan jalanan akan sedikit demi sedikit nanjak. dilanjut kembali memasuki hutan yang agak rapat. Dan setelah kalian bertemu dengan Plang arah menuju Rawa Embik, artinya kalian memang sudah dekat. Paling lama hanya berjarak sekitar 10 menit dari Plang tersebut berada. Alhamdulillah sebelum Maghrib sekitar pukul 17.35 WIB kami tiba di Rawa Embik dan langsung berkemah disana. Waktunya istirahat! :D

Masuk hutan rapat dan menanjak
dikit lagi sampai bro!

17 Juli 2017

Rawa Embik ( 2 Jam )

Pos Rawa Embik tidaklah terlalu luas, namun enaknya tetap dekat dengan sumber air, meskipun dibanding dengan sumber air sebelumnya, yang ada disini tidak terlalu jernih. Oiya, ada spot asik juga untuk berjemur dekat batu saat matahari mulai terbit lho! Dari sini, niatnya kami akan langsung menuju pertigaan Puncak dan menggapai tiga puncak yang di Argopuro.

Untuk jalan menuju pertigaan puncak, ambil jalan kembali ke arah kalian datang ketika ingin menuju Rawa Embik, dan ikuti tanda panah. Ibarat kata kalian tinggal langsung lurus saja sebelum berbelok ke kanan menuju Rawa Embik. Kalau bingung patokannya ada batu besar seperti di foto berikut.

Patokan batu besar untuk jalan menuju puncak

Setelah melewati batu besar tersebut, kalian akan kembali bertemu Savana dan bisa melihat Puncak Rengganis dengan batuan kapurnya yang berada dikejauhan. Di ujung Savana ini, kalian akan temui jalanan mengecil yang akan langsung melipir naik. Disambung dengan jalur landai sempit dan berujung melipir naik- turun di tepian jurang (sumpah ini bukan lagu!). Diujungnya kalian akan temui cekungan yang mengarah ke bawah, kemudian langsung naik lagi ke atas dengan jalur batu-batuan besar. Dan jika kalian bertemu dengan padang Savana yang sudah agak terbuka dan panjang, artinya kalian sudah mendekati Camp Rengganis (Pertigaan Puncak).

Jalan sempit yang langsung menanjak setelah Savana
Pemandangan lautan awan yang sudah terlihat
Jalan melipir yang naik dan turun
Memasuki jalan berbatu besar
Camp Rengganis sudah dekat ketika kalian tiba disini


Selamat Datang di Camp Rengganis (Pertigaan Puncak!) (2,5 - 3 jam)

Pos Pertigaan Puncak ( Camp Rengganis )
Ketika tiba di pos pertigaan yang ditandai dengan beberapa pohon bernuansa teduh ini, kalian akan bisa melihat petunjuk arah menuju Puncak Rengganis (arah kiri dari arah datang) dan Puncak Argopuro (arah kanan). Jika lurus ke depan adalah Savana Lonceng (umumnya sebagai jalan pintas jika dari Puncak Argopuro kalian mau turun lagi dan tidak melewati Puncak Hyang).

Berhubung kami ingin menggapai ketiga puncak, jadi rencana kami adalah menaruh Carrier di Camp Rengganis, menuju Puncak Rengganis, turun kembali ke pertigaan, dan langsung membawa Carrier menuju Puncak Argopuro dilanjut Puncak Hyang dan terus mengarah menuju Danau Taman Hidup.


Puncak Rengganis ( 10 Menit )

Lapangan kecil sebelum Puncak Rengganis
Dari arah datang, langsung ambil jalan ke kiri yang langsung mengarah ke atas, dan tak lama kalian akan mulai temuin tanah bercampur kapur. Jika kalian sudah melihat gunungan kapur seperti foto saya di bawah ini, artinya kalian sudah semakin dekat ke Puncak Rengganis.

Oiya, sebelum naik ke puncak Rengganis ini, disisi lainnya kalian bisa temui lapangan luas dengan batu-batu di tengahnya. Menurut info yang beredar disini salah 1 bekas petilasan dengan letak tertinggi di Indonesia. Dan dengan sedikit tenaga untuk naik ke atas, tibalah kami di Puncak Rengganis. Berikut dokumentasinya.

Di atas bukit inilah Puncak Rengganis berada
Bekas petilasan
Puncak Rengganis

Puncak Argopuro (30 Menit)

Arah menuju Puncak Argopuro
Setelah puas berfoto di Puncak Rengganis, kami segera kembali menuju ke Camp Rengganis untuk menjemput kawan kami yang sedang beristirahat, menyempatkan memasak air panas untuk ngopi sejenak dan segera melanjutkan perjalanan menuju Puncak Argopuro. Arah yang diambil berseberangan dari Puncak Rengganis dan langsung disambut dengan jalanan berakar dan menanjak hingga tiba di Puncak. Alhamdulillah, tepat pukul 14.00 WIB saat itu, kami sudah tiba di Puncak Argopuro. Akhirnya perjalanan selama lebih kurang 4 hari ini terbayar! Yuhuuuuuuu!!

Summit.. Summit...

Maap yee mau begaya dulu dimari.. ahahaha
Puncak Argopuro 3.088 Mdpl

 Puncak Hyang (10 Menit)

Jalur punggungan menuju Puncak Hyang
Di Puncak Argopuro kami agak sedikit lama, yaa maklum lah karena kemari saja sudah butuh perjuangan.. hahahha. Setelah puas mengabadikan berbagai foto dan moment di Puncak Argopuro, kami segera bergerak ke Puncak Hyang yang hanya berjarak sekitar 10 Menit saja dengan melewati punggungan. Dari Punggungan tersebut pula kawan-kawan bisa melihat Gunung Semeru di kejauhan. Dan berikut dokumentasinya.

Terlihat Gunung Semeru di kejauhan
jalur berbatu melintasi punggungan


Puncak Hyang, dengan Bang Mamat sebagai modelnya.. haha
Puncak Hyang sendiri terdiri atas lahan yang sangat kecil dan sempit, sehingga saya yakin kita juga tidak akan bisa berlama-lama disana. Seperti biasa terdapat plang yang menandakan lokasi puncak, dan jika kawan-kawan bergerak sedikit ke bawah, terdapat arca dengan kepala seperti "terpenggal" dan berbagai macam sesajen di bawahnya. Beberapa saya lihat ada uang recehan. Silahkan saja bagi kawan-kawan yang ingin "menyumbang".


Menuju Kabut! Track Terekstrim di Argopuro!

Serasa masuk kabut..!
Alhamdulillah kami telah mencapai ketiga Puncak yang ada di Gunung Argopuro, dan itu pun menandakan perjalanan kami akan segera berakhir. Saat itu waktu menunjukkan pukul 15.10 WIB, dan tujuan kami di hari itu adalah mencapai Danau Taman Hidup untuk Camp terakhir kalinya sebelum mencapai Basecamp Baderan.

Perjalanan langsung disambut dengan jalur yang menurun tajam dan seperti memasuki kabut. Bagi saya pribadi, jalur ini merupakan yang terekstrim selama perjalanan kami di Argopuro. Dalam beberapa jam kedepan (saya lupa pastinya), jalur akan terus menurun seperti ini hingga kita menemui pertigaan kecil yang merupakan sambungan dari Savana Lonceng (jika dari arah Camp Rengganis tinggal lurus saja ikuti jalur, tapi tidak melewati Puncak Hyang).

Setelah hampir 1,5 jam berjalan menurun, akhirnya kami tiba di lahan yang agak luas dan DATAR, alhasil istirahat sejenak disitu.

Ngedatar dulu brooooo...


Jalur yang hampir tidak terlihat!

Jalur semakin rapat dan cenderung tertutup
Selepas beristirahat, hari pun tidak terasa sudah akan semakin gelap, dan kami belum juga mencapai Danau Taman Hidup. Menuju Cemoro Limo, banyak yang info ke saya jika jalur akan semakin rapat dan cenderung tidak kelihatan, apalagi jika kami ngetrack malam. Dan benar saja, baru beberapa langkah berjalan dari tempat kami istirahat, jalur sudah semakin rapat. Saking fokusnya memperhatikan jalan (karena hari semakin gelap dan sudah sangat ingin cepat sampai) saya lupa apakah Cemoro Lima sudah terlewat atau belum, tapi yang pasti sempat ada Plang bahwa Danau Taman Hidup 1 jam lagi.

Sekitar pukul 17.50 WIB, kami berhenti sejenak karena tahu sudah akan Maghrib dan memilih untuk beristirahat sembari memasak makanan guna mengganjal perut kami yang sudah kembali lapar.

Saat itu kami beristirahat cukup lama dan baru jalan kembali sekitar Pukul 18.35 WIB.


Cemoro Limo (+/- 3 Jam)

Tidak lama berjalan dari tempat kami istirahat sembari menunggu Maghrib, kami tiba di Cemoro Lima. Saat itu waktu menunjukkan pukul 18.45 WIB. Sayang sekali saya tidak sempat lagi mengabadikan suasana tempatnya dikarenakan memang hari sudah sangat gelap, dan kami masih harus mengejar ke Danau Taman Hidup.


Danau Taman Hidup ! Alhamdulillah!! (3 Jam)

Setelah melanjutkan perjalanan dari Cemoro Limo, jalanan sudah sempat terbuka, saya pikir sudah dekat, namun ternyata kembali masuk hutan dan kembali rapat. Selama perjalanan malam itu beberapa kali kami harus melewati pohon tumbang, jalanan berkelok-kelok dan serasa melewati jalan yang sama berulang kali (Ini nih.. "penyakitnya" kalau nge-track malem, DIPUTER... Hadeeeeh...T-T)

Dan Alhamdulillah, setelah melewati perjalanan hampir 3 jam lamanya dari Cemoro Limo, kami bertemu dengan Pertigaan yang bertuliskan ke Kiri ke Danau Taman Hidup dan ke Kanan ke Bremi. Akhirnya sampai juga! Dan memang rejeki anak sholeh (:P) sehabis beramah tamah dan bertegur sapa dengan para pendaki yang sedang Nge-camp, kami disuguhi aneka makanan.. :D . Dan Malam itu pun tidak banyak yang kami lakukan, dan segera beristirahat.


18 Juli 2017
Selamat Pagi dari Danau Taman Hidup!!

Bagi kawan-kawan yang sudah menempuh perjalanan hampir 5 Hari 4 malam lamanya di Argopuro, rasanya belum SAH jika belum menyempatkan berfoto di danau yang sangat terkenal ini. Sampai hari ini pun saya pribadi masih ga ngeh kenapa Danau ini dinamakan Taman Hidup. Ada yang lebih paham?

Pagi itu cuaca cerah dan kami cukup puas untuk berfoto dan mengabadikan berbagai moment disana. berikut dokumentasinya..

Ngasoh dulu bro...

Dermaga yang legendaris itu...

View dari jauh
Terlihat kawan-kawan pendaki yang lain















Menuju Bremi !

Dengan foto-foto tadi di atas, perjalanan kami di gunung Argopuro sudah hampir selesai, dan kami tinggal harus berjuang sedikit lagi untuk mencapai Basecamp Bremi, dimana Pak Arifin sudah menanti disana.

Banyak jalur percabangan
Perlu saya ingatkan, perjalanan menuju Bremi kita akan menemui banyak percabangan, dan banyak juga jalan pintas (umumunya lebih terjal atau curan) yang mana ujung-ujungnya akan menyatu kembali ke jalan yang sama. Silahkan saja kalian mau melewati jalur yang mana, tapi saran saya harus tetap fokus dan tetap mengacu pada jalur utama.

Pagi itu kami memulai perjalanan sekitar pukul 09.35 WIB dan langsung jalan dengan agak bergegas karena rasanya sudah sangat ingin tiba di Basecamp dan leha-leha.. hahahha.

Jalanan menuju Bremi masih seputar di dalam hutan dan masih cenderung naik dan turun, hingga akhirnya jika kalian sudah menemukan Banyak Pohon Damar bergetah yang berjejer dengan rapi, artinya kalian sudah mendekati keluar dari hutan.

Banyak Daun berguguran
Pohon Damar yang berjejer dengan sangat rapi

Keluar hutan! Yok Ngasoh Sejenak..

Ngasoh dulu dimari..
Sekitar pukul 12.33 WIB, saya dan Bang Mamat sudah keluar dari hutan dan ga sengaja menemukan Saung sederhana. Jadilah mengasoh sebentar disitu sembari menunggu kawan-kawan yang tertinggal di belakang. Di Saung ini pun juga sinyal sudah bisa didapat, sehingga kami kalian yang mungkin ingin Insta Story, Upload foto atau apapun itu sudah bisa dilakukan.. Hahaha..

Oiya perjalanan menuju Basecamp dari Saung ini sudah tinggal sedikit lagi, namun tetap perhatikan dengan baik tanda-tanda seperti Pita, atau pun botol mineral yang sengaja digantung agar kalian tidak salah pilih jalan ya.


Basecamp Bremi (3,5 Jam)

Basecamp Bremi, tampak Pak Arifin (baju hijau, bersarung)
Alhamdulillah, sekitar pukul 13.45 WIB, kami semua sudah tiba di Basecamp Bremi dan langsung disambut dengan sangat ramah oleh Pak Arifin si empunya Basecamp. Mission Complete!! yeaaaaay!! Disini, kalian bisa benar-benar beristirahat setelah menempuh perjalanan panjang selama 5 Hari 4 Malam lamanya. Mau makan, mau ngeteh, mau nyusu (Pak Arifin pelihara sapi di bagian belakang rumahnya), mau mandi pun silahkan.

Sembari kami beristirahat, Pak Arifin juga bercerita soal Gunung Argopuro yang baru saja selesai kami turuni ini. Dan menurut info beliau, ternyata kami telah melewati perjalanan sekitar 63 Km jauhnya. Hmmm jadi ga aneh kalau kaki berasa cenat cenut yeee....

Kami memutuskan untuk menginap semalam di Basecamp Pak Arifin sebelum kembali ke Surabaya esok harinya. Menurut info pak Arifin, akan ada bus ukuran sedang yang lewat di depan Basecamp paling pagi setiap pukul 06.00 WIB.


19 Juli 2017

Kembali ke Surabaya 
Pagi-pagi sekali saya sudah bangun untuk Sholat Subuh dan langsung packing barang, ya karena kami akan mengejar Bus jam 06.00 WIB seperti yang diinfokan oleh pak Arifin. Dan benar saja, setelah saya menyelesaikan urusan bayar-membayar jajanan kami selama di Basecamp, Bus yang ditunggu pun sudah datang. Saya dan Bang Mamat langsung bergegas pamit ke Pak Arifin & Istri, sekaligus juga kepada kawan-kawan kami dari Majalengka yang pulang masih agak siangan.

Setelah didapat harga Rp 17.000,-/orang, kami langsung bergegas naik. Cuaca cerah pagi itu, kami pun disuguhi pemandangan alam pedesaaan yang masih sangat asri. Setelah berjalan skitar 1,5 jam lamanya, kami tiba di Pertigaan Mangger dimana akan melanjutkan perjalanan dengan bus Besar untuk menuju Terminal Bungurasih.

Sarapan sekaligus makan siang di Terminal Bungurasih
Setelah menunggu 30 menit, Bus besar AC datang dan kami langsung naik. Ongkos dikenakan Rp 20.000,-/orang, langsung bayar di atas bus. Sekitar pukul 10.50 WIB kami sudah tiba kembali di Terminal Bungurasih, tempat dimana kami memulai perjalanan ini. Berhubung belum sempat sarapan, jadilan kami menyempatkan sarapan sekaligus makan siang sebelum melanjutkan perjalanan ke Stasiun Pasar Turi.

Untuk ke Stasiun Pasar Turi, berhubung masih siang kami harus mampir dulu ke Terminal Joyoboyo dengan menggunakan angkot dengan ongkos Rp 8.000,-/orang, kemudian disambung naik angkot lagi seharga Rp 5.000,-/orang dan langsung turun di depan Stasiun Pasar Turi. Saat itu kami tiba jauuuuuuh lebih awal di depan Stasiun, dan masih ada waktu sekitar 7 jam lagi menjelang waktu kepulangan kami (Pukul 21.00 WIB). Dan dengan tibanya kami kembali ke Stasiun Pasar Turi sekaligus menjadi penutup cerita perjalanan kami di Argopuro ini. Alhamdulillah.....


Berikut rincian pengeluaran Pribadi (Saya) :
- Tiket KA Kertajaya PP : Rp 330.000,-
- Jajan Pribadi (sebelum berangkat) : Rp 50.000,-
- Makan di Warteg Stasiun Senen : Rp 20.000,-
- Makan Malam di KA (Reska) : Rp 23.000,-
- Makan di Angkringan Stasiun Pasar Turi : Rp 9.000,-
- Angkot Omprengan Stasiun Ps.Turi - Terminal Bungurasih : Rp 15.000,-
- Jasa Penitipan + WC : Rp 7.000,-
- Bus Bungurasih - Alun-Alun Besuki : Rp 30.000,-
- Permen : Rp 2.000,-
- Sharecost Logistik (2 orang) : Rp 125.000,-/orang
- Ojek Besuki - Basecamp Baderan : Rp 50.000,-
- Simaksi Argopuro : Rp 100.000/orang
- Ojek ke Batas Makadam : Rp 40.000,-
- Makan siang nasi bungkus : Rp 10.000,-
- Makan, ngopi, nyusu, mandi dll di Basecamp Bremi : Rp 38.000,-
- Bus Bremi - Pertigaan Mangger : Rp 17.000,-
- Ganjel Tahu + Aqua : Rp 7.000,-
- Bus Ac Probolinggo - Bungurasih : Rp 20.000,-
- Makan siang di Bungurasih : Rp 25.000,-
- Penitipan : Rp 5.000,-
- Angkot Bungurasih - Joyoboyo : Rp 8.000,-
- Angkot Joyoboyo - Pasar Turi : Rp 5.000,-
- Jajan di Pasar Turi : Rp 29.500,-
- Sempol Malang : Rp 7.500,- (dapat 8)
- Es Teh Manis : Rp 3.000,-
- Makan Malam Nasi Pecel depan Stasiun : Rp 17.500,-
- Sarapan Pagi di KA : Rp 30.000,-
- Pucuk Harum di Senen : Rp 4.500,-
----------------------------------------------------------------------------- +
Total : Rp 1.028.000,- *

*Biaya di atas tidak termasuk ongkos PP dari rumah masing-masing ke Stasiun Senen.

Jadi sekian dulu cerita dari saya, semoga bisa bermanfaat!

Cheers !

RPR - Sang Petualang
(Silahkan di-follow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)

Sampai jumpa di pendakian berikutnya!