Selasa, 20 Januari 2015

Gunung Lembu, Kecil - Kecil Cabe Rawit..

Jujur, saya pun baru tahu jika di Purwakarta yang jaraknya hanya berkisar 2-3 jam dari Jakarta ini terdapat spot baru yang juga seru untuk dikunjungi.
Terutama bagi kalian pecinta ketinggian yang ingin sejenak bersantai keluar dari Jakarta.

Mungkin kawan-kawan sudah sering mendengar keindahan dari waduk Jatiluhur, serunya rock climbing di Gunung Parang maupun Gunung Bongkok. Tapi apakah kawan-kawan sudah pernah mendengar tentang gunung yang satu ini ?

Yuk kita cek !!

17 Januari 2015
Berbekal info dari seorang kawan tentang info pendakian kali ini , ikutlah saya berkumpul di stasiun Kota Beos pada pagi hari pukul 08.00 WIB.
Setelah peserta sudah lengkap, dengan dikomandoi oleh Afrizal dan Tofan selaku penyelenggara acara, berangkatlah kami menuju Purwakarta dengan menggunakan kereta api.

Suasana Selfie di dalam kereta 3000 nuansa Express
Sekitar pukul 12.30-an, sesuai dengan jadwal, kami pun tiba di Purwakarta dan langsung disambut oleh hujan yang cukup deras. Namun, ada pemandangan unik ketika saya berjalan ke arah toilet, cek deh !  :

Tumpukan gerbong Kereta Api
Setelah hujan mulai reda, kami segera bertolak menuju Basecamp pendakian Gunung Lembu dengan menggunakan kendaraan berupa pick-up dan 1 unit Avanza yang sudah kami sewa dengan biaya Rp 400.000,-/mobil/PP. Umumnya, hanya membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam untuk mencapai Desa Panyindangan, Kec.Sukatani tempat Gunung Lembu berada, namun berhubung perut kami sudah "demo", jadilah kami mampir makan siang di Rumah makan Sunda.

Fyi, untuk sewa kendaraan berupa Mobil bak bisa menghubungi ke  083816514583 (Kang Wawan)

Memulai Pendakian
Basecamp pendakian Gunung Lembu, warung sih tepatnya..
Sekitar pukul 15.30 WIB, kami pun tiba di Basecamp Gunung Lembu yang mungkin lebih tepatnya dibilang warung.

Biaya retribusi masuk Gunung Lembu belum ada tarif resminya, sehingga jika ingin masuk hanya tinggal membayar uang seikhlasnya saja melalui Lurah yang tinggal dekat dengan jalan masuk menuju Gunung Lembu. Tentunya dengan perjanjian hitam diatas putih agar uang tidak disalahgunakan.
fyi, kami bayar Rp 5.000,-/orang.

Setelah beristirahat sejenak sembari packing ulang barang bawaan, tepat pukul 16.15 WIB pun kami memulai pendakian.

Track awal Gunung Lembu
Track awal Gunung Lembu langsung dibuka dengan tanjakan disertai tanah becek akibat hujan. Sangat disarankan memakai sepatu atau sendal gunung yang anti selip. Selama 15 menit pertama, jalanan masih terus menanjak dan seakan-akan tiada bonus. Kemudian, jalanan menjadi agak lebar dan kami pun memasuki hutan bambu, jalanan pun masih tetap dan terus menanjak. Ibaratnya mendaki Cikuray via Pemancar atau Ciremai via Linggarjati. Untuk yang punya alergi, saya sarankan agar memakai sarung tangan ketika berpegangan pada pohon-pohon bambu yang berada di kanan kiri jalan. Kenapa ? karena pada pohon-pohon bambu tersebut terdapat beberapa bulu halus yang bisa membuat kulit gatal-gatal.



Memasuki hutan bambu, masih tetap menanjak
Berhubung medan yang juga bisa dibilang licin, beberapa dari kami pun banyak yang mengalami "selip" sehingga adegan tarik menarik pun menjadi hal yang sangat lumrah pada sore itu. Bahkan, ada juga beberapa yang sudah merasa lemas. Padahal, kami berjalan belum ada 1 jam.

Jika tidak ingin terpleset, saran saya ambil langkah secara zig-zag, atau jika perlu merapat ke kiri atau ke kanan dimana terdapat banyak rumput yang bisa diinjak agar mengurangi tingkat kelicinan.

Adegan tarik menarik
Setelah melewati 2 jam perjalanan dengan Track yang terus menanjak, kami pun beristirahat sebentar di lahan yang agak datar sembari menunggu adzan Maghrib. Belum lagi, hari sudah mulai gelap, dan kami harus menggunakan headlamp untuk kembali meneruskan perjalanan.

Track malam melewati semak-semak yang rapat
Rawan dengan jurang
Beruntungnya, setelah melewati lahan datar tempat kami istirahat tadi, track sudah agak "melunak", hanya saja harus tetap ekstra berhati-hati dikarenakan banyaknya semak dan jalan yang agak sedikit menanjak namun di sebelahnya terdapat jurang besar. Ada beberapa bagian juga dimana kami harus melewati jalan-jalan berbatu dan harus sedikit memanjat ke atas.

Saung Petilasan
Ketika sudah hampir memasuki Pos Helipad 1 (sebenarnya hanya berupa lahan datar yang agak luas untuk bangun tenda), kami melewati saung kecil, dimana didepannya terdapat banyak batu-batu seperti kuburan (kalau kata kawan saya si Tofan) dan terdapat sajadah yang digantung di saung.

Sebelum melewati tempat tersebut, kawan saya Tofan sudah mengingatkan untuk tidak berhenti disana, sehingga kami yang memang ingin mencari aman dan bukan hal aneh-aneh pun langsung meneruskan perjalanan tanpa berhenti disitu.
Meskipun, katanya ada juga beberapa diantara kami yang sempat duduk di saung tersebut karena telat mendengar infonya.

Camping
Sekitar pukul 19.30 WIB, tibalah kami di Pos Helipad 2 dimana kami akan mendirikan tenda, memasak makanan, sekaligus bermalam disini.
Disini pun kami membagi tugas, ada yang membangun tenda, menabur garam disekeliling tenda (menghindari PACET / LINTAH), dan ada juga yang langsung memasak makanan dan minuman untuk mengisi kekosongan perut kami yang sudah lelah karena perjalanan.

Oiya, untuk kawan-kawan yang membawa wangi-wangian seperti parfum, bisa juga disemprot disekeliling tempat camp untuk menghindari ULAR mendekat.
(Mitos tentang ular takut garam itu SALAH BESAR yak.. jangan diikuti.. Garam hanya berlaku untuk hewan berlendir, misal PACET atau LINTAH, sedangkan ULAR itu bersisik )

Dengan adanya bau seperti parfum, ular akan menjauh karena merasa indera penciumannya terganggu. Semoga bisa membantu untuk meluruskan logika yang salah selama ini yaa.

Malam itu, kami pun kedatangan saudara-saudara saya dari komunitas LPP (Langkah Para Petualang), yakni Dicky, Aim, dan 2 orang lagi yang baru saya temui hari itu. Sehingga semakin menambah keseruan kami hari itu.

Suasana Camp saat itu
Bersama "tamu" dari LPP (Langkah Para Petualang)
Setelah beristirahat sejenak, Dicky dan Aim pun mengajak beberapa diantara kami untuk mengunjungi batu besar sembari melihat keindahan lampu-lampu keramba di waduk Jatiluhur saat malam hari. Sayangnya, berhubung saya sudah terlampau lelah, hanya beberapa orang dari kami saja yang ikut. Kira-kira beginilah view-nya :

Tebak, ini orang sebenarnya lagi ngapain ? *peace Jal ! :p
Kami yang tetap berjaga di tenda pun kemudian makan malam bersama dan langsung tertidur tidak lama setelahnya dikarenakan memang sudah lelah.

18 Januari 2015

Kedatangan "Si Nyai"
Pagi itu, sekitar pukul 03.15, tiba-tiba seorang kawan kami, sebut saja "ST", mendadak bertingkah aneh seperti orang terkena gejala Hypo,sehingga Dicky yang tepat berada disebelahnya langsung bangun dan berteriak membangunkan ST dengan sesekali menampar pipinya agar gejala Hypo nya tidak makin parah.

ST pun terbangun saat itu, dan langsung dibawa ke tenda sembari digantikan bajunya, karena ternyata dia tidur dengan mengenakan baju yang basah

*PELAJARAN PERTAMA : JANGAN PERNAH TIDUR DENGAN BAJU YANG BASAH KARENA KERINGAT !! BISA MENYEBABKAN GEJALA HYPOTHERMIA (KEDINGINAN AKUT) , JANGAN BANDEL, JANGAN NGEYEL PLEASE !! -,-"

Tak lama, Dicky, Aim dan kawan-kawan LPP pun pamit pulang. Sebelum pulang, Dicky berpesan pada saya agar kawan-kawan tidak lupa membersihkan sampah-sampah berupa tissue basah yang dipergunakan untuk berbilas setelah BAB.

Saya pikir, situasi saat itu sudah aman, dan saya pun bersiap untuk kembali tidur. Namun, ternyata ST kembali mengingau, bahkan lebih parah karena dia sudah mulai meracau seperti layaknya orang yang kerasukan.

Kami semua pun sontak terbangun kembali dan berjaga disekitarnya. Saya merasakan dengan tangan saya sendiri ketika menahan kakinya agar tidak meronta, itu bukanlah ST, karena kekuatan kakinya bisa dibilang 3x tenaga manusia normal, sehingga tangan saya pun lama-lama terasa pegal hanya untuk menahan lonjakan kakinya.

Kali ini Ragel yang berusaha membangunkan ST dengan mengajak "Dia" (kami sebut dia "Si Nyai") yang didalamnya untuk berkomunikasi dan menanyakan apa maunya. Tofan yang juga berada di dalam tenda pun berusaha terus membisikkan kalimat-kalimat "Astagfirullah" dan "Allahu Akbar" untuk mengusir "Si Nyai" pergi dari tubuh kawan kami. Opie memegang kepalanya, saya dan Afrizal memegang kedua kakinya yang terus meronta-ronta dengan tenaga yang tidak biasa.

Sedangkan yang lain hanya bisa melihat sembari terus membacakan Ayat Kursi, dan asma asma Allah.

Hingga ketika kami berhasil berkomunikasi dengan Dicky yang sudah tiba di bawah, dia memberitahu bahwa mungkin yang merasuki ST adalah Harimau penjaga gunung Lembu, sehingga daritadi hanya bisa seperti mengaum dan tidak bisa bicara.

Dicky pun bertanya kira-kira apa ada hal-hal yang kami langgar selama pendakian seperti apakah ada yang BAK di Batu, Pohon, Kuburan dll ?
Kami pun langsung teringat akan sampah-sampah Tissue yang tidak dirapikan oleh kawan-kawan kami yang baru selesai BAB.

Kawan-kawan yang tersisa pun langsung bergerak membersihkan sampah-sampah tersebut. Dan benar saja, sekejap ST pun tenang kembali.

Namun yang berikutnya malah lebih parah,ST tiba-tiba tertawa dan menangis tanpa sebab, dan yang paling membuat kami merinding ketika ST tiba-tiba tersadar dan menunjuk ke arah semak-semak belakang tenda sembari berkata "ITU APA ??"
Langsung kami pun sontak terkejut dan terasa bulu kuduk sepanjang badan berdiri. Karena kami menyadari, kami tidak sendirian disana.

Berikutnya Erwan yang mengambil tempat Ragel untuk menyadarkan ST, dengan beberapa kali memegang pipi ST, sementara saya dan Afrizal terus menerus memijit jempol kakinya. Sepertinya, yang kedua ini agak-agak PHP yah, karena "Dia" beberapa kali berusaha untuk membohongi kami, padahal "Dia" belum keluar dari tubuh ST.

Dengan berbagai upaya, didoakan, diberi air yang dibacakan lafaz-lafaz Allah, akhirnya sekitar pukul 05.30 WIB, tragedi menyeramkan tersebut berakhir dan ST pun kembali tersadar dan bisa kembali bercanda seperti sedia kala.

Alhamdulillahi rabbil Alamiin...

*PELAJARAN KEDUA : INGATLAH SELALU UNTUK MENJAGA SIKAP DENGAN MENJAGA KEBERSIHAN DIMANAPUN KITA BERADA, INGAT, INI BUKAN RUMAH KITA, DAN KITA HANYALAH TAMU DISANA !!

Mencapai Puncak Gunung Lembu
Setelah kembali terbangun, kami pun bergerak ke arah tenda dimana banyak batu-batu bersusun dan naik sedikit ke atas untuk melihat pemandangan indah yang akan terbentang di depan mata kami sebentar lagi. Hanya berjarak sekitar 3 menit untuk melihat "surga" dari Gunung Lembu ini, sehingga dengan telanjang kaki pun (karena harus manjat-manjat batu), kami pun bisa mencapainya.

Dan inilah view Puncak Gunung Lembu, cekidot :

View Puncak Gunung Lembu

Backpacker Jakarta di Puncak Lembu
Menikmati pagi di Puncak Gunung Lembu

Setelah puas berfoto-foto mengabadikan keindahan alam yang tampak di depan mata, kami pun segera kembali ke tenda untuk segera sarapan dan packing untuk persiapan turun menuju Basecamp.

Sarapan pagi itu
Berhubung sudah pukul 10.00 WIB, kami pun segera bergerak turun, dan barulah pagi itu kami semua melihat jalur yang semalam kami lewati. Rupanya, untuk Gunung yang katanya hanya setinggi 729 mdpl, jalur Gunung Lembu ini termasuk dalam kata "Ekstrim". Kawan-kawan bisa buktikan sendiri jika suatu saat mencoba kesana.

Telah dibuka wahana Perosotan di Gunung Lembu !!
Hal yang ditakutkan pun terjadi, hujan pun turun sehingga membuat jalur semakin licin. Terpleset maupun jatuh tampaknya sudah menjadi hal yang jamak terjadi pada siang hari itu. Sehingga bisa dipastikan banyak celana maupun pantat yang akan "teraniaya" siang itu. hahahaha

But, disamping itu semua kami melalui jalur yang semakin ekstrim ini dengan penuh canda tawa, sehingga tanpa terasa pun kami sudah tiba di Basecamp dan langsung numpang bersih-bersih di rumah Lurah setempat.

Kotor sekotor-kotornya
ini team pawang hujan kali yak? hahaha

Mengingat waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 WIB dan kami harus mengejar kereta, kami pun segera bertolak menuju stasiun untuk kembali ke Jakarta.

Perjalanan menuju stasiun ini sekaligus mengakhiri petualangan kami di Gunung Lembu yang meskipun pendek, ternyata banyak menyimpan misteri didalamnya. Terutama track-nya yang tergolong ekstrim untuk Gunung berketinggian dibawah 1000 mdpl.

Selfie di atas Pick up

Di depan Stasiun Purwakarta sebelum pulang ke Jakarta
Dapat "Oleh2" dari perosotan alam

Jadi, tertarik untuk mencoba kesana ?? :)

In sya Allah selama niat kita baik dan tidak macam-macam, segala hal di atas tidak harus terjadi. Bagi yang sedang HAID atau sekiranya akan HAID , saya sangat menyarankan agar jangan kesana. Selain membahayakan untuk diri sendiri karena pasti stamina akan drop, membahayakan juga untuk kawan-kawannya yang tidak menahu kalau kalian sedang HAID.

Rincian Biaya* :
-Sarapan Ketupat Sayur di BEOS : Rp 10.000,-
-Beli Aqua, cemilan-cemilan pribadi : Rp 16.500,- 
-Sharecost Logistic,Gas, Sewa Tenda, Minyak Goreng, Tiket masuk : Rp 83.000/orang
included: 
*Gas : Rp 5.000,
*Tiket PP Kereta JKT-Purwakarta PP (@ Rp 3.000,- ) : Rp 6.000
*Tiket masuk Lembu Rp 5.000,-,
*Sewa Pick-up & Avanza : Rp 28.000,-/orang
*Sisa Rp 39.000,-/orang dipakai untuk sharecost Logistic, Sewa Tenda, beberapa untuk menambahkan uang sewa kendaraan dan uang seikhlasnya untuk numpang mandi di rumah Lurah
-Makan Siang RM Sunda : Rp 34.000,-  
-Jajan depan stasiun : Rp 5.000,-
---------------------------------------------------------------------------------------------------+
Total : Rp 148.500,-

*Biaya di atas tidak termasuk dengan biaya dari rumah masing-masing menuju Mipo PP..

Semoga informasi yang ada dapat bermanfaat bagi kawan-kawan yang ingin mencoba menjelajah ke Gunung Lembu yang terdapat di Desa Panyindangan, Kec.Sukatani, Purwakarta ini.


Cheers,

RPR - Sang Petualang
(Silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)

Senin, 05 Januari 2015

Menuju Perut Bumi ! Goa Buniayu, Sukabumi Part I

Menjelang penghujung tahun 2014, saya bersama kawan-kawan tertarik untuk mengunjungi sebuah Goa yang terletak di Sukabumi, Jawa Barat, Goa Buniayu namanya.

Bagi kawan-kawan yang belum tahu, "Buniayu" sendiri merupakan nama kawasan Goa-goa alam yang tersebar disini. Keseluruhan ada 3 Goa yang terdapat di Buniayu, yakni Goa Wisata, Goa Landak dan Goa Kerek.
Berdasarkan standar keselamatan yang ada disini, selama musim hujan hanya ada 2 Goa yang bisa dimasuki yakni Goa Landak dan Goa Wisata ( jangan bandel jangan ngeyel kalau mau selamat..hehehe )

That's why, akan ada part II nya saat musim kemarau April-Mei 2015 mendatang dengan tujuan Goa Kerek ! tunggu aja tanggal mainnya.. hehehe

29 Desember 2014
Setelah melalui perjalanan yang cukup melelahkan dengan menggunakan CommuterLine dari Jakarta (Sudirman) menuju Bogor, disambung angkot menuju Terminal Baranangsiang dan disambung lagi Omprengan menuju Cisaat, Sukabumi, kami ber 6 pun dijemput oleh team LPP (Langkah Petualang Sukabumi) menuju Basecampnya untuk beristirahat sekaligus bermalam sebelum memulai aktivitas di Goa Buniayu.

Ini team saya : Rhesty, Mbak Ijul Baso, Pita, Elde dan Metha

Malamnya, kami pun disambut dengan makan malam bersama team LPP Sukabumi, suasana saat itu sangatlah ramai, karena kebetulan banyak juga kawan-kawan yang sedang bermain di basecamp. Saya pribadi mewakili kawan-kawan Jakarta mengucapkan terima kasih banyak pada team LPP Sukabumi atas keramahtamahannya menyambut kami semua, terutama kang Den yang sudah mengizinkan kami berenam untuk "merusuh" di rumahnya. Hehehe..

Suasana makan malam bersama
30 Desember 2014
Berhubung perjalanan ke Goa Buniayu terbilang cukup jauh dan jalanannya banyak yang rusak, kami pun berangkat dari Basecamp sekitar pukul 00.30 WIB dengan men-charter angkot. Di dalam angkot pun terlihat muka-muka yang masih sangat kelelahan namun sangat bersemangat untuk mencicipi petualangan yang akan segera hadir. hehehe

Sekitar pukul 02.30 WIB, kami pun tiba di lokasi Goa Buniayu dan langsung disambut oleh kang Uspur yang nantinya akan memandu kami selama di dalam Goa.

Berhubung masih sangat lelah, kami pun baru memulai masuk Goa sekitar pukul 04.30 WIB (pastinya setelah bersiap-siap mengamankan barang-barang berharga dan mengenakan safety clothes untuk masuk Goa)

Doa bersama dipimpin mang Agus Jaliteung (LPP Sukabumi)

A. Goa Wisata
Perjalanan masuk Goa Wisata diawali dengan melewati medan anak tangga licin, yang terus menerus turun ke bawah tanah dengan banyak kelelawar yang terbang kesana kemari di atas kami semua. Dari dalam Goa ini pun juga beberapa kali tercium bau tidak sedap yang berasal dari "Guano" (kotoran kelelawar). Meskipun perjalanan di Goa ini cukup singkat, namun ornamen-ornamen bawah tanah yang terdapat di dalam Goa ini pun tidak bisa dianggap remeh keindahannya. Lumpur-lumpur yang ada di dalam Goa ini pun cukup lengket dan tidak heran bisa membuat terpleset jika kurang hati-hati. Berikut foto-foto kami :

Perjalanan masuk Goa Wisata
Ada yang bisa menjelaskan ke saya apa yang berwarna silver di atas itu ??

Foto bersama di dalam Goa Wisata
Ornamen-ornamen alam di dalam Goa


Di beberapa bagian, kami pun harus berjalan sembari merunduk

Tiba di bagian Goa yang cukup luas

B.Goa Landak
Setelah menemui jalan buntu di Goa Wisata, kami pun segera bergerak kembali sedikit ke atas dekat pintu masuk untuk masuk ke Goa berikutnya, yakni Goa Landak. Untuk berjalan masuk ke dalam pun harus kami lewati dengan berjalan agak menyamping di antara batu-batu besar, disambung dengan kembali jalan merunduk.Ada juga track dimana kami harus berjalan dengan bertumpu sambil berpegangan pula dengan batu di kanan kiri kami.

Nyamping diantara batu besar

Kembali merunduk

Bertumpu dengan batu dengan sungai kecil di bawahnya

Tiba juga di bagian yang cukup luas

Stalaktit yang sangat besar
Ketika sudah mencapai bagian dalam Goa yang cukup besar, kami pun menumukan berbagai ornamen-ornamen alam yang seru untuk difoto, salah satunya bisa kawan-kawan lihat adalah stalaktit berukuran jumbo seperti foto di atas.

Nah, tak lama beranjak dari stalaktit besar tersebut, kami pun diantar mang Uspur untuk merasakan fenomenan "Kegelapan Abadi" yang konon katanya 4x lebih gelap dari malam hari. Kami semua tiba di sebuah tempat yang agak luas, dimana ada juga kubangan berlumpur (bagi yang ingin mencoba sensasi lumpur Goa Landak). Kemudian, semua penerangan yang ada segera dimatikan, dan langsung terlihatlah fenomena "Kegelapan Abadi" itu.
Benar benar gelap, dan tidak terlihat apa-apa !

Sebelum Fenomena "Kegelapan Abadi" dimulai, foto by Mbak Ijul Baso.

Setelahnya, kami kembali disuguhkan jalanan yang super licin, berlumpur dan banyak genangan air untuk menuju keluar dari Goa Landak ini, bahkan untuk keluar menuju lubang terakhir pun kami harus benar-benar berjalan merangkak, menempel pada tanah dan lumpur (untuk yang badannya tinggi, jujur akan sedikit kesulitan, beruntunglah mereka yang "kecil" ).. hahahaha

Sayangnya, di moment-moment tersebut kami sudah tidak lagi terpikir untuk berfoto dikarenakan tangan dan baju yang sudah kotor dan penuh dengan lumpur.

Setelah bertemu lubang keluar, otomatis mengakhiri petualangan kami di 2 Goa Buniayu tersebut.

Berfoto di depan Plang Goa Buniayu, ceritanya udah pada ganteng-ganteng dan cantik-cantik niiih..hahaha

Rincian Biaya (saya) :
-  Bus Rumah (Pd.Indah - Blok M) - St.Sudirman PP (@ Rp 8.000,- ) : Rp 16.000,-
- Commuter Line Sudirman - Bogor PP (@ Rp 4.000,-)   : Rp 8.000,-
- Angkot Stasiun Bogor - Term.Baranagsiang PP : Rp 8.000,-
- Bus Bogor - Sukabumi (Cisaat) PP (@ Rp 25.000) : Rp 50.000,-
- ShareCost masuk Goa Buniayu : Rp 70.000 (silahkan tambahkan tips seikhlasnya jika pelayanan memuaskan)
- Sewa Angkot Basecamp - Buniayu PP : Rp 50.000 / orang ---> karena bertujuh dengan mang Agus, kena Rp 350.000,-/angkot
------------------------------------------------------------------------------------------------------- +
Total : Rp 202.000,-

Note : Biaya tersebut diluar dari biaya makan selama di perjalanan dan tempat wisata.

Untuk kawan-kawan yang ingin Booking masuk ke dalam Goa Buniayu, bisa menghubungi mang Uspur di 085864773582,
saat itu paketan yang kami ambil adalah Rp 70.000/orang untuk Goa Landak & Wisata, dan Rp 150.000,-/orang jika masuk ke Goa Kerek.
Disarankan untuk berkunjung saat musim kemarau (April, Mei) sehingga lebih puas karena bisa mengeksplore sekaligus ketiga Goa (asalkan stamina kuat).

Paketan sudah lengkap dengan :
1. Helm
2. Safety Clothes
3. Sepatu

untuk Dry bag dan  Head lamp tidak disediakan, jadi harus bawa sendiri.

Beliau pun juga menyediakan paketan jika kawan-kawan ingin menginap langsung di sekitar Goa Buniayu dan dapat makan (silahkan nego langsung ke beliau yak ! )

Akhir kata, sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih banyak untuk kawan-kawan yang sudah mengikuti ekspedisi singkat dan sederhana ini, semoga ga kapok ya, Rhesty, mbak Ijul, Pita, Metha dan Elde..

Terima kasih juga untuk mang Agus Jaliteung yang sudah mengkordinir keadaan di lapangan sehingga niatan kami berkunjung ke Goa Buniayu bisa tercapai, dan tentunya mang Uspur yang telah memandu kami selama di dalam Goa.


Sekian dulu, semoga bermanfaat..

Sampai jumpa di petualangan berikutnya..

Cheers..
RPR - Sang Petualang
(Silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)