Sabtu, 21 Februari 2015

Jelajah Tangerang Spesial Imlek

Bertepatan dengan perayaan tahun baru Cina (Imlek) yang jatuh pada 19 Februari 2015 ini, saya bersama beberapa kawan dari BPJ (Backpackers Jakarta), berkesempatan mengunjungi Kota Tangerang guna menyaksikan berbagai perayaan Imlek yang ada disana.

Ok.. let's the story begins !

Sekitar pukul 06.00 WIB saya bersama Ses Ninuk pergi menuju Stasiun Tebet guna naik kereta yang akan mengantar kami menuju Tangerang, dimana kami akan bertemu dengan kawan-kawan yang lain disana. Sebelumnya, kami pun singgah di Stasiun Manggarai untuk bertemu dulu dengan Ryan. Rute yang kami ambil adalah Tebet - Duri (Transit) - Tangerang.

Stasiun Tangerang pagi itu
Saya, Ses Ninuk dan Ryan pun tiba lebih awal, sekitar pukul 08.15 kami sudah tiba dan tak lama bertemu dengan Bung Ferdinand saat berjalan menuju arah Pasar Lama (ditandai dengan jam besar Argo Pantes di tengah simpang jalan)

Sembari menunggu kedatangan kawan kami yang lain, kami pun bergerak mencari sarapan untuk mengisi kekosongan perut kami.
Maka, nasi bakar lah yang menjadi pilihan kami.

Nasi Bakar Ibu Rini ini bisa ditemui tidak jauh dari simpang Jam Argo Pantes, bisa dinikmati dengan harga Rp 13.000,-/porsi.

Tidak jauh dari Nasi Bakar ini, kawan-kawan bisa temui juga berbagai macam kuliner seru, karena memang letaknya juga yang dekat dengan pasar, seperti : Bubur ayam, lontong sayur, nasi uduk,Cilok Bandung. Bahkan ada juga yang segar - segar seperti Es Podeng dan Es Dongdong.

Menjelang pukul 10.00, kawan-kawan kami pun berdatangan satu demi satu, dimulai dari Firman, Noviar & Nita, mbak Endah dan akhirnya mas Adi.

Perjalanan pun dimulai dengan bergerak ke arah pasar dan kemudian berbelok ketika kami melihat plang adanya Klenteng.

A. Klenteng Bon Tek Bio
Klenteng ini bisa dicapai dengan berjalan kaki sekitar 400-500 meter dari arah Stasiun Tangerang menuju Pasar Lama . Hanya saja, berhubung lokasinya terdapat di dalam kompleks pasar, kami harus berjalan masuk ke dalam. Disekitar jalan menuju Klenteng, kawan-kawan bisa saksikan berbagai macam toko maupun lapak yang menjual berbagai macam ornamen Imlek. Namun, satu hal yang membuat saya miris, di sekitar Klenteng ini banyak sekali pengemis sehingga membuat suasana menjadi kumuh.

Jalan di dalam pasar menuju Klenteng Bon Tek Bio

Bagian depan Klenteng Bon Tek Bio

Berbicang dengan penjaga Klenteng (saya lupa disebutnya apa jika di Klenteng)
Ukuran Klenteng ini termasuk kecil, ditambah dengan banyaknya lilin setinggi manusia dan banyaknya bara api sehingga membuat suhu udara di dalamnya cukup panas. Di sini, kami bisa menyaksikan berbagai macam warga keturunan Tiong Hoa yang sedang beribadah. Berikut foto-fotonya..

Lilin-lilin sebesar manusia

Salah satu sumber bau Dupa terkuat

Beberapa warga sedang beribadah

Ornamen Lilin yang tersusun rapi

"Jalan Kebenaran" katanya..

Seorang Pak Tua yang sedang berdoa

Sayangnya, tidak semua bagian pada Klenteng bisa kami masuki, dan setelah puas berfoto-foto kami pun segera melanjutkan perjalanan menuju Klenteng kedua yang jaraknya cukup jauh.

Untuk menuju ke Klenteng berikutnya (Bun San Bio), berhubung jaraknya yang cukup jauh jika berjalan kaki (sekitar 52 hingga  jam dari Klenteng Bon Tek Bio), kawan-kawan bisa memilih antara berjalan kaki atau charter angkot.

Tapi, kami memilih untuk berjalan kaki sembari berfoto dan menikmati segala suasana yang ada.hehehe

Jika memilih berjalan kaki, kawan-kawan tinggal berjalan lurus mengikuti jalan (jika berasal dari arah masuk menuju Klenteng Bon Tek Bio) hingga bertemu dengan Sungai Cisadane. Susuri jalan sepanjang pinggir sungai hingga bertemu Jembatan penyebrangan.

Menyebrangi jembatan penyeberangan
Welcome to Kota Tangerang ^^
Sebrangi jembatan dan masuk ke jl.Dadang Suprapto (sebelah kanan dari arah datang). Susuri jalan sepanjang sungai dimana terlihat atap Vihara dikejauhan. Kalau tidak salah, kawan-kawan harus berjalan sekitar 1 Km menuju jalan yang terbagi dua nantinya. Ambil yang sebelah kiri, ikuti jalan. Ambil belok kanan saat bertemu pertigaan. Nah, Klenteng Bun San Bio terletak tidak jauh dari pertigaan tersebut (sekitar 100 meter)


B. Klenteng Bun San Bio
Di dekat pintu masuk, kawan-kawan bisa saksikan banyak pedagang-pedagang yang menjajakkan barang-barang khas Imlek, bagi anda penyuka batu akik/permata, tampaknya kemarin saya melihat beberapa batu giok dan gelang giok dipajang deh. Hehehe..

Klenteng ini bisa dibilang merupakan Klenteng terbesar yang kami kunjungi di hari itu, dan enaknya lagi, kami bebas jika ingin berkeliling dan memotret apapun yang kami suka. Yeeey !

Ketika masuk, kawan-kawan akan langsung disambut dengan hiasan lampion yang banyak digantung di atas langit-langit, dari arah gerbang menuju tempat ibadah. Sehingga, menambah kemegahan suasana Imlek di Klenteng tersebut.

Gerbang masuk Klenteng Bun San Bio

Lautan lampion di langit-langit
Bergerak ke bagian tengah, dapat kita jumpai terdapat 2 ornamen singa dengan masing-masing terdapat pagoda disebelahnya.
Di Pagoda ini pun beberapa kali saya lihat beberapa warga Tiong Hoa mengambil kertas dan memasukkannya ke dalam pagoda tersebut untuk selanjutnya dibakar.


Ornamen Singa beserta pagoda

Bagian tengah Klenteng

Berjalan ke bagian dalam Klenteng, kawan-kawan bisa jumpai terdapat kursi antik dimana terdapat pemandangan gunung indah di belakangnya. Tadinya saya ingin berfoto sembari duduk disitu, tapi saya ragu, takutnya ada yang "sedang duduk" disitu. Paham lah kalian. 

Kursi Antik dengan pemandangan gunung
Berjalan lagi ke bagian belakang, bisa kita jumpai taman yang cukup luas. Namun yang menarik perhatian saya saat itu adalah patung besar Dewi Quan In dan kolam berisi kura-kura besar di dalamnya.

Jika diperhatikan benar-benar, di dalam kolam dapat kita lihat banyak terdapat uang receh, langsung saya berpikir, mungkin saja orang-orang berdoa disini dan diakhiri dengan melempar uang logam ke dalam kolam dengan harapan agar doanya dikabulkan sang Dewi.

Oh ya, fyi , kura-kura besar yang ada disini saya rasa cukup narsis lho ya, bagaimana tidak? setiap ada orang dia selalu menjulurkan kepalanya keluar dan seakan-akan tidak menolak jika difoto oleh orang yang datang. Atas dasar penasaran, saya pun ikut-ikutan berfoto dengan kura-kura besar bin narsis ini.

Tempat pemujaan di bagian belakang (dekat taman)

Patung Dewi Quan In

Si Kura-kura besar bin Narsis

Anak-anak pun berani bermain bersama kura-kura besar tsb

Kolam tempat orang berdoa sembari melempar recehan

Mari berfoto !
Di bagian belakang Klenteng, terdapat juga kantin dimana orang-orang bisa berkumpul sembari menyantap makan siang. Dan tidak jauh dari itu, terdapat juga makam keramat. Terlihat beberapa orang sedang memanjatkan doa saat saya lewat disekitarnya. Bahkan ada beberapa stasiun TV juga yang sedang meliput.


C. Pura Kerta Jaya
Tidak jauh saat kami keluar dari Klenteng, sekitar 50 meter berjalan menyusuri jalan satu arah ini pun kami sempat mampir di sebuah bangunan Pura. Setelah meminta ijin untuk masuk dari Bapak yang berjaga di depan, kemudian disambut oleh Bli Supri (yang menjaga Pura) kami pun mulai berkeliling sejenak dan berfoto-foto disekitar Pura.

Hanya saja, saya tidak sempat masuk ke dalam tempat ibadahnya dikarenakan ada beberapa syarat untuk bisa masuk ke dalam, yakni melepas alas kaki, memakai kain Bali (disediakan), dan saya lupa syarat terakhir.
Karena syarat terakhir itulah saya mengurungkan niat untuk masuk, tapi saya lupa.

Berfoto di depan Pura Kerta Jaya

Beberapa larangan masuk ke Puri

Gerbangnya yang cukup mewah

Pintu masuk menuju tempat ibadahnya
Mungkin ada yang akan bertanya apa arti dari "Cuntaka" ?
menurut Bli yang ada disitu, Cuntaka berarti dalam keadaan sedang berkabung, sehingga orang-orang yang masih sedih karena ditinggal pergi (meninggal dunia) sanak saudara atau familinya dilarang masuk ke dalam tempat ibadah.

Note : Tidak jauh dari pertigaan setelah Pintu masuk Pura, terdapat Masjd jika kawan-kawan ingin menunaikan sholat (bagi yang muslim) atau sekedar "leyeh-leyeh" melemaskan kaki.

D. Pintu Air 10
Destinasi kami berikutnya memang agak jauh, tapi masih bisa dicapai dengan berjalan kaki sekitar 1-3 Km (anggap saja olahraga sore-sore gitu).
Pintu Air 10 ini bisa dicapai mengambil belok kiri saat ada pertigaan dari jalan satu arah ini. Selanjutnya kawan-kawan tinggal berjalan lurus saja ke arah Kotabumi hingga akhirnya bisa terlihat Pintu Air 10 seperti di bawah ini dikejauhan.

Refleksi bayangan Pintu Air 10 dari kejauhan

Sisi utama

Sisi lainnya

Langsung mengarah ke Sungai Cisadane

Mirisnya melihat masih banyak sampah

Sebenarnya tidak ada yang istimewa dari Pintu Air 10 ini, kecuali jika kawan-kawan ingin berfoto-foto dengan menantang nyali berada tepat di atas sungai yang deras (disisi yang tidak terlihat ketika datang). Hanya saja, miris sekali rasanya melihat masih banyak sampah yang dibuang ke sungai ini. Kawan-kawan bisa melihat lebih jelas ke arah pintu airnya nanti, tapi hati-hati terjatuh yaa.. :P


E. Klenteng Tjong Tek Bio
Untuk menuju ke Klenteng terakhir ini, kawan-kawan bisa berjalan dengan menyebrangi Pintu Air 10, dilanjutkan dengan melewati komplek perumahan dan ambil belok kiri ketika bertemu pertigaan jalan raya. Sekitar 100 meter selanjutnya Pintu masuk menuju Komplek perumahan Cina dimana Klenteng Tjong Tek Bio berada sudah terlihat.

Klenteng ini berada di dalam komplek perumahan Cina, dan tidak terlalu besar ukurannya jika dibanding dengan Klenteng pertama dan kedua tadi. Ditambah lagi, berhubung kami sudah agak siang ketika tiba disana sehingga suasana sudah sepi.

Gerbang masuk komplek
Pintu masuk Klenteng Tjong Tek Bio

Tempat ibadah
Ornamen Singa, lilin besar beserta kue-kue sebagai sesajen
Berbagai macam buah-buahan
Dengan kunjungan kami kemari, berakhirlah penjelajahan kami di kota Tangerang dalam rangka Imlek ini. Fyi, tidak dipungut biaya tiket masuk ketika kawan-kawan berkunjung ke tempat-tempat yang saya sebutkan di atas. Hanya saja, jika kalian datang dalam jumlah banyak ("bedol desa" sebutan dari saya), alangkah lebih baiknya memberi tips seikhlasnya kepada para penjaga yang ada di sana.

Dari Klenteng ketiga ini, jika ingin kembali ke Stasiun Tangerang, saya sarankan kawan-kawan charter angkot dengan biaya per orang maks Rp 10.000,- (coba saja ditawar dulu) atau bisa juga mampir ke sekitar jam Argo Pantes jika kawan-kawan ingin makan dulu sebelum pulang.

Note : Di sekitar Simpang Argo Pantes terdapat kedai Mie Aceh yang rasanya cukup ajib dan cocok sebagai pilihan makan siang/malam kawan-kawan semua dengan harga yang cukup terjangkau.

Coba aja mampir kesini jika lapar

Ini list harganya, sudah termasuk pajak lho!

Ini yang saya pesan, Martabak Aceh

Akhir kata, saya ucapkan Gong Xi Fat Choi, Selamat Hari Imlek (Tahun Baru Cina) bagi setiap mereka yang merayakannya...


Cheers,

RPR - Sang Petualang
(jika berkenan silahkan follow IG saya : @rezkirusian)

Rabu, 11 Februari 2015

Safety First..

Melalui tulisan ini, saya hanya ingin berbagi beberapa pengalaman saya selama bermain di dunia "Ketinggian" (baca : Gunung ), sama sekali tidak ada maksud untuk mengajari, atau pun menggurui kawan-kawan semua, karena saya selalu sadar seperti pepatah dalam dunia pecinta alam, "Di atas langit masih ada langit"..  jadi tidak ada gunanya juga saya berbangga diri karena saya yakin masih banyak yang jauh lebih hebat dari saya.

Lautan awan Gunung Lawu

Harapan saya hanya satu, semoga tulisan ini bisa berguna bagi kawan-kawan, para sahabat, dan adik-adik yang mungkin ingin menjajaki dunia "ketinggian" ini, atau pun sedang berada di dalamnya.

NAIK GUNUNG ? 
Iya naik gunung, rasanya sudah tidak asing dengan jenis olah-raga yang satu ini, olah-raga yang terkesan menyenangkan, menguji adrenalin, seru tapi justru bisa berakibat fatal dan salah-salah nyawa taruhannya.
Bukan ingin menakut-nakuti, tapi memang seperti itulah fakta yang ada. Kawan-kawan bisa buktikan sendiri dengan melihat di berbagai media dimana banyak kawan-kawan kita yang hilang atau pun meninggal di gunung, terlepas dari kesalahan pribadi, atau pun memang sudah ajalnya.

Bahkan Soe Hok Gie, seorang ikon dunia "Ketinggian" yang merupakan salah seorang pendiri MAPALA UI pun meninggal di puncak Mahameru (Gunung Semeru) pada 16 Desember 1969 bersama rekannya Idhan Davantari Lubis akibat menghirup asap beracun yang keluar dari Kawah Jongkring Saloko. Film tentang beliau pun sempat dibuat , diperankan oleh Nicholas Saputra berjudul "GIE : Catatan seorang Demonstran".


Mendaki gunung, tampaknya sudah menjadi jenis kegiatan dan olah raga yang seru sejak jaman beliau (Alm Soe Hok Gie, dkk), diangkat pula pada film Dono, Kasino , Indro (Warkop DKI, maaf saya lupa judul filmnya ) yang beberapa kali mengambil set di Alun-alun Surya Kencana Gunung Gede (dimana ternyata mereka pun juga anggota dari MAPALA UI, kecuali Indro yang merupakan anak Universitas Pancasila ), dan pada tahun 2012 silam kegiatan ini pun kembali naik daun dengan munculnya film 5cm yang berkisah persahabatan 5 sekawan selama berpetualang ke Gunung Semeru 3.676 mdpl.

Warkop DKI

Poster Film 5 Cm
Semenjak adanya film tersebut, kegiatan naik gunung langsung banyak digemari dan banyak juga yang "latah" ingin mencoba serunya dunia "Ketinggian" meskipun tidak atau belum memiliki pengetahuan yang cukup. Sehingga pada akhirnya, cenderung membahayakan keselamatan mereka sendiri.

Saya rasa, sebenarnya tidak ada yang salah dengan semakin ramainya kegiatan yang satu ini, namun harus selalu kita ingat untuk menerapkan asas "SAFETY FIRST" dalam setiap pendakian yang ada.

Memang,  ajal / kematian tidak ada yang tahu dan bisa terjadi kapan saja, pada siapa saja dan dimana saja, tapi setidaknya dengan adanya persiapan yang matang (bukan hanya sekedar mengandalkan ego ataupun hasrat keinginan semata), kita bisa meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan tersebut.

Beberapa hal yang saya lakukan sebelum memulai pendakian umumnya adalah mulai dari mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang gunung yang akan dituju termasuk merencakan perjalanan, memilih musim pendakian yang baik, menyiapkan segala perlengkapan baik pribadi maupun kelompok, melakukan olah-raga demi meningkatkan daya tangan tubuh , mengajak orang yang lebih berpengalaman untuk memback-up kita selama disana, dan last but not least, yakni adanya izin dari orang tua.

Mungkin masih ada beberapa yang bingung, yuk kita bahas satu persatu..

A. Mencari Info Sebanyak-banyaknya, Menyiapkan Rencana Perjalanan
Sehebat dan sesering apapun kita naik gunung, satu hal yang harus diingat adalah kondisi setiap gunung akan selalu berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu mencari tahu lebih dahulu seluk beluk tentang gunung yang akan dituju sudah menjadi wajib hukumnya. 

Saat ini, tidak sulit untuk mendapatkan informasi-informasi tersebut, dengan segala kemajuan dunia teknologi yang ada, kita dapat dengan mudah menemukannya ketika bertanya ke mbah "Google", ataupun membaca dari blog-blog orang yang mungkin sudah pernah kesana sebelumnya.

Pastikan , kalian mengetahui dengan pasti medan maupun jalur yang akan dilewati, serta aksesnya menuju kesana (transportasinya) sehingga kalian bisa menyiapkan estimasi waktu keberangkatan, waktu selama kalian di gunung, serta waktu kepulangan kalian.

Jika waktu sudah beres, segeralah persiapkan anggaran perjalanan yang disesuaikan dengan jumlah hari selama kita bepergian, namun dahulukan untuk memesan tiket bus, kereta atau pesawat jauh-jauh hari (jika destinasinya cukup jauh) untuk mengamankan posisi kalian.

Jangan lupa juga untuk menyediakan uang berlebih misal untuk keperluan-keperluan lainnya seperti jajan selama di perjalanan dan tentunya untuk membeli souvenir.Karena sepengalaman saya bermain di dunia "Ketinggian", pasti ada saja barang menarik yang sayang jika tidak dibeli. Minimal kaos, pin, atau emblem. Hehehe.

Dalam tahapan ini, kemampuan kalian dalam mengestimasi pengeluaran dan estimasi waktu akan sangat diuji. Karena jika terjadi kesalahan, bukan tidak mungkin akan membuat kalian "manyun". hehehehe

Note : Sebisa mungkin hindari bepergian secara gambling tanpa adanya rencana, estimasi biaya dan waktu yang matang, karena akan sangat nyesek rasanya jika kalian harus ketinggalan bus, kereta, bahkan paling nistanya ketinggalan pesawat karena estimasi waktu yang salah.. *jangan sampe deeh...

Lain soal jika kalian sangat siap untuk "bergembel ria" hingga tidur di stasiun atau bandara demi menunggu keberangkatan berikutnya jikalau situasi terburuk seperti yang saya tulis di atas terjadi ya.. hehehe

Jangan malas mencari informasi !

B. Memilih Musim Pendakian yang baik.
Musim pendakian yang baik umumnya musim kemarau, yakni antara bulan April hingga September, selebihnya tidak disarankan  karena berpotensi banyak turun hujan. Tapi silahkan saja jika ingin coba, paling-paling naik dan turun habis dihajar hujan. He he he. 

Beberapa gunung terkenal di Indonesia seperti Gunung Gede, Semeru, Kerinci, Rinjani pun biasanya kompak untuk menutup pendakian terutama pada musim-musim hujan besar pada akhir Desember hingga 31 Maret.

Saran saya , hindari juga tanggal-tanggal dimana gunung akan terasa sangat ramai layaknya pasar malam, yakni seperti hari kemerdekaan, libur panjang, atau pun tahun baru. Apalagi jika akan ada event besar dengan jumlah ratusan hingga ribuan orang. Karena percuma saja, tidak akan nyaman juga naik gunung tapi seperti mengantri beli sembako ( pengalaman pribadi T-T ).

Hindari suasana pendakian seperti ini , mencatat rekor dengan peserta terbanyak sekitar 1700 - 2500 orang dan sukses membuat Ranu Kumbolo jadi lautan sampah (Sumber Foto : Memoria (navfal.blogspot.com, salah seorang kawan sesama pendaki penmas Gunung Semeru Nov'2012)

C. Menyiapkan Perlengkapan
Perlengkapan yang kita bawa, akan menjadi teman kita yang paling setia selama di perjalanan dan selama di Gunung, berikut saya cantumkan berbagai perlengkapan yang umumnya harus dibawa saat mendaki, dan ini sudah menjadi standard pribadi, khususnya bagi saya ketika mendaki. Monggo disimak :

Peralatan Pribadi :
  1. Carier / Ransel
  2. Jaket tebal (Wind proof dengan dalaman Polar jika ada)
  3. Sarung Tangan
  4. Kaos Kaki
  5. Sleeping Bag ( bukan sarung bag please !! )
  6. Ponco / Jas Hujan
  7. Pelindung Kepala / Topi Rimba
  8. Buff / pelindung mulut / masker
  9. Sepatu Trackking
  10. Perlengkapan mandi (termasuk handuk, odol, sikat gigi, dll yang biasanya bisa dititip di pos pendakian sebelum naik)
  11. Baju ganti * bawa seperlunya sesuai jumlah hari, rumusan saya :  (JUMLAH HARI - 1)
  12. Celana panjang senyaman mungkin, pastikan yang mudah bergerak, misal celana kargo
  13. Plastik untuk baju kotor
  14. Obat-obatan pribadi
  15. Air Minum minimum 3 Liter
  16. Makanan kecil / cemilan selama di jalan, misal : Gula Merah bagus untuk menambah tenaga, Roti untuk penunda lapar, atau pun biskuit.
  17. Gelas Minum Kopi & Kopi Sachetan atau minuman hangat lainnya sesuai selera.
  18. Tissue kering dan Tissue Basah 
  19. Head lamp + Batere cadangan
  20. Peralatan makan seperti sendok, garpu dan wadah makan.
  21. Matras
  22. Peluit (sangat berguna jika dalam keadaan urgent untuk memberitahu posisi kita)
  23. Tools serba guna (biasanya sudah lengkap dengan sendok, garpu, alat pembuka kaleng dll)
  24. Korek Api
  25. Kompas
  26. Webbing (saat summit biasanya akan sangat terpakai untuk "mengangkut" kawan-kawan yang kesulitan untuk naik/manjat)
  27. Plastik sampah
  28. Power Bank / Charger (bahaya juga jika Hp kita baterenya habis sehingga sulit dihubungi)
  29. Kamera (jika ingin membawanya, usahakan bawa yang ukurannya seminim mungkin agar tidak menyusahkan kita dalam bergerak )
  30. Cover Bag

Perlengkapan kelompok (bisa dibagi-bagi dalam membawanya biar adil ) :
  1. Tenda dome (ada yang kapasitas 2, 3, 4, 5, bahkan 7 orang ), amannya yang double layer
  2. Flysheet + Tali rapia
  3. Kompor mini & Gas, atau bisa juga Kompor parafin & parafin (bahan bakar padat)
  4. Nesting
  5. Berbagai logistik (bahan masakan), seperti :
  • Telur *
  • Mie Instan *
  • Beras
  • Sosis *
  • Kornet *
  • Sardine *
  • Nugget *
  • Minyak Goreng
  • Sayur-sayuran 
* tidak perlu semuanya dibawa, sesuaikan saja dengan selera masing-masing, atau jika ada menu lain silahkan saja, menu di atas tidak mengikat.

      6. Pisau
      7. Kertas makan untuk wadah makan bersama ( kertas coklat biasanya )

Pasti kalian akan berpikir, kok banyak banget ya bawaannya ? MEMANG..!!

Siapa bilang naik gunung itu enak??? : p

Sedikit akan saya bahas juga, bagaimana seni packing yang biasanya saya gunakan supaya ruang-ruang di dalam Carier dapat digunakan secara efisien,  :
  1. Masukkan kantong plastik sampah besar ke dalam Carier, bentuk hingga mengisi seluruh ruang di dalam Carier (gunanya sebagai pelapis tambahan agar isi Carier tidak basah)
  2. Bentuk Matras menjadi seperti tabung dan masukkan ke dalam Carier yang sudah diisi dengan plastik sampah, dimana matras ini akan berguna seperti "tulang/frame" agar bentuk Carier kita bagus.
  3. Masukkan Sleeping bag di bagian paling bawah Carier (bungkus dulu dalam plastik).
  4. Jika membawa tenda (misal ukuran 2-3 orang), letakkan secara vertikal di tengah-tengah Carier.
  5. Gulung berbagai macam baju, handuk dan celana menjadi seperti gulungan sushi (tentunya dengan dibungkus plastik juga terlebih dahulu) dan susun di atas Sleeping Bag dengan mengapit tenda. Posisikan juga secara berdiri agar tidak makan tempat.
  6. Jika bawa sandal jepit, bisa juga diselipkan di antara bungkusan baju-baju dan celana yang sudah dilipat
  7. Lapisan selanjutnya di atasnya, masukkan bahan-bahan makanan, gelas, kopi sachet , nesting ,  kompor, dll atur sedemikian rupa mengikuti bentuk Carier yang sudah dilapisi matras. Usahakan Serapat mungkin.
  8. Masukkan jaket di bagian paling atas tabung Carier.
  9. Untuk barang-barang yang sifatnya Urgent seperti Jas Hujan, baiknya ditaruh dibagian terluar/teratas dari Carier (biasanya di Carier terdapat bagian atas yang bisa dilepas), di bagian ini pula bisa disimpan kaos tangan dan kaos kaki agar tidak repot mengambil ke dalam Carier.
  10. Untuk air minum bisa diletakkan di kanan kiri Carier.
  11. Untuk kantong yang biasanya terletak di kanan dan kiri. Misalnya di kiri bisa diisi dengan Headlamp, batere cadangan, Tools serba guna dan bagian kanan bisa diisi dengan obat-obat-an pribadi, serta alat-alat mandi (jika tidak dititip)
  12. Letakkan barang-barang yang sifatnya vital seperti Hp, Dompet, Powerbank, Tiket dll dalam tas kecil yang terpisah agar kalian tidak kesulitan mengambilnya jika sedang butuh. (jangan pula lapisi pula barang-barang tersebut dengan plastik agar tidak basah jika hujan)
  13. Setelah selesai di-packing, jangan lupa pakaikan Cover Bag di luar Carier agar penampilannya makin oke
  14. Pastikan ketika mendaki tidak banyak yang kita pegang atau tenteng, sehingga tidak mempersulit kita ketika dalam pendakian.
Note : Untuk barang-barang seperti Hp / Powerbank, sebelum kita tidur , masukkan dulu ke dalam kantong hangat (misalnya beludru) sebelum dilapisi plastik untuk meminimalisir terkena perubahan suhu udara yang ekstrim .

Jika sudah, kira-kira nanti jadinya akan seperti ini :

Bersama kawan seperjuangan saya, "Si Jagoan"

D. Olah Raga
Sekedar informasi saja, naik gunung itu bukanlah olah raga ringan, butuh stamina yang prima, ditambah lagi kalian harus menanggung beban di punggung dengan menggendong Carier yang beratnya bisa antara 10- 20 kg sembari berjalan atau sesekali memanjat.

Beberapa olah raga yang saya sarankan salah satunya adalah dengan sering jogging atau lari. Bisa dengan mengelilingi taman, komplek, atau bagi kalian yang berdomisili di Jakarta mungkin sesekali bisa berlari keliling Gelora Bung Karno selama beberapa putaran. Jangan malas !! Karena ini untuk kalian juga manfaatnya. Terus manfaatnya apa? selain membuat kaki kalian jadi kuat, dengan berlari dapat melatih pernafasan ataupun detak jantung.

Asal jangan lari dari kenyataan saja yah.. ups! :P

Berlari membuat kaki jadi kuat, melatih nafas dan jantung

Selain lari, kalian bisa juga mencoba untuk renang, karena dengan renang, semua badan akan bergerak mulai dari tangan, kaki dan tentunya juga melatih pernafasan. Di berbagai tempat saya rasa sudah sangat mudah untuk menemukan tempat yang bisa dipakai untuk latihan renang. Jika tidak bisa renang ? yang penting nyebur saja dulu, baru nanti minta diajari kawannya yang bisa.

Renang juga melatih pernafasan

Terakhir, bagi kalian yang memiliki materi (uang) berlebih, Fitness di pusat-pusat kebugaran bisa menjadi alternatif yang bagus, ditambah lagi di tempat Fitness biasanya juga terdapat instruktur-instruktur yang siap membantu, sehingga kalian bisa berolah-raga dan membentuk badan sesuai dengan tujuan kalian.


Kegiatan Fitness

E. Ajaklah orang yang  lebih berpengalaman
Jika kita termasuk baru dalam dunia ketinggian, atau pun belum pernah pergi ke gunung yang akan dituju, jangan pernah merasa ragu atau gengsi untuk mengajak kawan atau kenalan kita yang sekiranya lebih berpengalaman . Lebih baik lagi jika ternyata dia sudah pernah kesana sebelumnya, sehingga secara tidak langsung kita mendapat "Guide Gratis". Hehehe.
Saya rasa beliau pun akan dengan senang hati mau menemani jika memang jadwal dan waktunya tidak bentrok.

Terima kasih buat mas Tono dan pasukan (3 orang dibawah) yang sudah memback-up team saya ketika ke Sumbing

Jika tidak ada ? biasanya di beberapa gunung disediakan juga jasa porter sekaligus guide yang akan memandu kita selama perjalanan. Selain memandu jalan, porter-porter ini pun juga akan membantu membawa barang bawaan kita, memasak , sekaligus mendirikan tenda untuk kita ketika mereka sampai. Tentunya sih mereka akan selalu tiba duluan..hahaha

Ketika di Rinjani, kami menyewa porter dengan biaya Rp 150.000,-/orang/hari dengan maksimal beban 25kg/orang. Update terbarunya (2016) saat ini sekitar Rp 200.000,-/orang/hari dengan beban maksimal yang sama.

Porter-porter yang membantu team saya di Rinjani

F. Mendapat restu / Izin Orang Tua
Saya paham dan sangat paham banyak sebagian dari kalian (terutama) wanita yang masih banyak dilarang orang tuanya dikarenakan mungkin orang tuanya paham bahwa naik gunung adalah olah raga berbahaya, ekstrim dan nyawa taruhannya. Tapi saran saya, sebisa mungkin jangan sampai berbohong pada mereka bahwa kita akan naik gunung. Misalnya, bilangnya kerja / nginap di rumah kawan, tapi ternyata pergi ke gunung. 
Karena percaya atau tidak, saya sudah sering melihat banyak kawan-kawan saya yang "celaka" saat di Gunung ( meskipun tidak sampai meninggal ), ternyata setelah ditelusuri pergi naik gunung tanpa restu dari orang tuanya, parahnya lagi berbohong.

"Lah, tapi kalau ga bohong nanti ga dapat izin,bang ? malah ga akan bisa pergi kemana-mana ?"

Untuk pendekatannya seperti apa, tentunya hanya kalian yang tahu , karena setiap orang tua pasti berbeda-beda watak dan karakternya. Ada yang masih kolot, easy going, dll. Tapi saran saya, kawan-kawan bisa tunjukkan efek-efek positif dari kegiatan naik gunung. Apakah itu bisa menambah wawasan, meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama, melatih jiwa kepemimpinan, bertemu dengan saudara-saudara maupun relasi baru yang mungkin ujung-ujungnya bisa membantu dalam pekerjaan, dll (In sya Allah saya akan menulisnya setelah selesai artikel yang satu ini..hehehe, tapi sementara kawan-kawan bisa juga cari di mbah Google dulu..hehehe )

Pentingnya meminta izin dari orang tua

Selama di Gunung harus bagaimana ?
- Usahakan untuk selalu menjaga tutur kata, jangan berkata tidak sopan maupun mengumpat.

- Menjaga kebersihan dimana pun kalian berada. Jikalau memang kalian harus BAB (Buang Air Besar), sebisa mungkin dikubur dan jangan meninggalkan bekas-bekas berupa tissue basah secara sembarangan. Jika ingin kencing pun harus permisi-permisi, sebisa mungkin jangan kencing di batu atau jalur pendakian.

- Dalam bersikap, diharapkan jangan sotoy, jangan ngeyel, dan JANGAN PERNAH MEMBUKA JALUR DILUAR JALUR RESMI, APALAGI MASUK SECARA ILEGAL,  dikarenakan sangat berpotensi membuat kalian tersesat. Ikuti saja arahan dan petunjuk dari orang-orang yang sudah lebih mengenal medannya ataupun guide.

- Bagi kalian yang sedang HAID atau akan HAID, saran saya ditunda dulu naik gunungnya, karena biasanya wanita yang sedang HAID tidak akan stabil secara emosi maupun staminanya, sehingga akan membahayakan bagi diri sendiri maupun orang-orang yang berada di sekitar. Terlebih, jika gunung yang akan kalian datangi termasuk keramat, sakral, ataupun angker. Saya yakin kalian paham yang saya maksud. Percaya tidak percaya sih. Wallahu' alam.

- Mematikan bekas api unggun jikalau kalian memang harus menyalakan api unggun untuk menjaga suhu badan.

- Pastikan membawa turun sampah-sampah kalian kembali ke bawah.

NOTE : Jangan pernah tidur dengan menggunakan pakaian yang basah karena keringat, karena berpotensi menyebabkan Hypothermia (Kedinginan Akut) jika mendadak suhu turun. Biasanya dengan alasan menghemat baju kotor, beberapa pendaki sering memakai baju yang basah untuk tidur, sebenarnya itu sangat berbahaya.

Yak, setelah melalui segala tahapan-tahapan di atas, saya pribadi hanya bisa mendoakan semoga kawan-kawan sekalian selalu diberi keselamatan selama di perjalanan naik dan turun, serta dapat kembali lagi ke rumah masing-masing.

Selamat berpetualang dan menjelajah indahnya gunung-gunung di Indonesa !!

*Sedikit oleh-oleh dari beberapa Seven Summits di Indonesia (belum semua juga sih), tapi yakin saja suatu saat kalian bisa kesana :)

Puncak Mahameru 3.676 mdpl

Puncak Dewi Anjani 3.726 mdpl

Atap Sumatera, Puncak Kerinci 3.805 mdpl

Cheers,

RPR - Sang Petualang
(silahkan di-follow IG saya jika berkenan : @rezkirusian )
Terima kasih