Rabu, 13 Agustus 2014

"Artis" Kendaraan Umum di Ibukota Jakarta

Pengamen jalanan di bawah 10 Tahun (Google.com)
Hmm..
Melenceng jauh dari edisi per"gunung"an yang sering saya posting sebelumnya. Sebenarnya ini merupakan postingan lama saya tentang pengamatan kecil-kecilan yang saya lakukan selama naik turun angkot/kendaraan umum di Ibukota Jakarta, khususnya bus. Namun, seiring dengan info-info terbaru yang saya dapat, postingan ini pun saya perbaharui kembali dengan fenomena yang update saat ini.

Tidak tahu kenapa hal yang 1 ini pasti dan selalu muncul.
Parahnya lagi, saat ini seperti sudah ada yang mengatur. Ibaratnya, ada oknum tertentu yang mengambil keuntungan dari kerja keras mereka "ngamen" di jalan.

Tebak apa?
Pasti kita sudah tidak asing lagi dengan para pengamen, peminta-minta, maupun "atlet sulap dadakan" yang suka muncul di bus kota.
Naaaaah, untuk mempermudahnya, saya akan menjabarkannya satu persatu, silahkan disimak..
Para pengamen ini pun, teryata bisa terbagi dalam beberapa jenis :

A. Pengamen sopan dan solo career (sendiri) : tipe yang 1 ini tipe pengamen yang paling asik ,tutur bahasanya bagus, dan berpakaian rapi. Biasanya sebagian dari mereka memainkan lagu-lagu yang sedang hits di ibukota, seperti lagu-lagu Wali, Bondan, Ungu, Kerispatih, dsb. Dalam penampilannya, mereka membawakan sekitar 2-3 lagu, diawali dan diakhiri pula dengan salam, misalnya "Assalamualaikum" atau salam sejahtera bagi mereka yang beragama lain. 
Tipe pengamen ini tidak memaksa jika tidak dikasi uang, dan mereka juga tidak rese. Jadi klo emang lagu dan cara mainnya bagus, ngasi berapa pun dijamin ridho lah.. :)
fyi : Beberapa dari mereka saya rasa sangat stylish dalam berpenampilan, sehingga saya rasa musisi ibukota pun bisa kalah dalam soal gaya. Hehehe

B. Pengamen dalam format band : tipe pengamen yang 1 ini biasanya datang dengan bergerombol, jumlahnya antara 2-4 orang. Instrumennya bisa berupa gitar, keyboard, biola, dan selalu disertai dengan drum yang bisa dibongkar pasang.
Dilihat dari penampilan biasanya juga sangat musisi sekali. Dalam sekali pertemuan biasanya membawakan 2-3 lagu, dan bisa ditemui di bus dengan trayek yang agak panjang seperti misalnya  Blok M - Pulo Gadung, ataupun Blok M - Cawang, dan begitu pula sebaliknya.
Jika anda beruntung, mereka pun bisa ditemui di Bus Metro Mini 610 yang mengarah ke Pd.Labu, ataupun 72 yang mengarah ke Lebak Bulus.
Mengapa saya katakan beruntung ? karena memang mereka bisa menjadi "penghibur" kita di kala macet Jakarta yang semakin parah.

C. Pengamen wanita bertas branded : Naaaah, saya sering bertemu pengamen yang 1 ini saat pulang dari Blok M menuju rumah, Pd.Indah dan sekitarnya. Pengamennya "berwujud" seorang ibu-ibu, umurnya mungkin sekitar 40 tahunan, beliau ngamen menggunakan botol seperti bekas y*k*lt yang diisi dengan pasir, kemudian dikecrek-kecrek deh.. hahaha
Yang bikin saya heran , setiap ngamen, ibu ini selalu menggunakan tas bermerk, dan ganti-ganti. Bisa Levi's, Louis Vuitton, atau Guess. Saya sih kurang tahu itu asli apa palsu, tapi bisa jadi KW lah ya? Kalian yang menilai sendiri deh.

D. Pengamen tukang tipu : Pengamen yang 1 ini agak-agak kurang ajar. "Cover" nya sih seperti orang yang tidak bisa ngomong alias gagu. Dia menggunakan gitar ukulele, dan sepanjang lagu nyanyinya cuma "unanu unanu unanu".. ituuuuu terus... atau versi lainnya "Enjoim enjoim enjoim" dan biasanya membuat orang-orang yang melihat menjadi iba. Padahal, waktu saya coba iseng-iseng mengikuti dia (karena rasa penasaran yang tingkat tinggi kali yaa?). Saya cukup kaget, karena tahu-tahu dia ngomong ke temennya "woy bang!! mau kmana lo??" Paraaaaaaah, ternyata dia sebenarnya bisa ngomong dong??!!! ckckckck -,-

E. Pengamen tukang dumel : yang 1 ini sering saya temui di dekat perempatan Blok m. "cover"nya pria berumur sekitar 30 tahunan, berbaju lusuh, megang rokok Samsu, dengan kalimat favoritnya sebelumnya mulai menyanyi " misi om tante, numpang ngamen buat nyari makan" , diucapkan dengan suaranya yang serak-serak berat. Tapi saya akui suaranya ternyata cukup bagus..heheh.
Tapi yang jadi masalah, setelah dia selesai nyanyi, coba saja kawan-kawan tidak  ngasi, pasti sebentar lagi dia bakal ngedumel dan mengata-ngatai kita..seperti "tolong yah, saya disni bukan orasi kayak anak punk!!".. tapi kalau kawan-kawan ngasi, dia bakal muji kita habis-habisan, "terima kasih, om yang baik hati, berjiwa sosial, pendengar musik !!".

F. Pengamen tipe anak punk : Ini dia tipe yang  bikin kita jadi malas naik angkot atau naik bus. Saya pun jika tahu mereka akan naik, mending tidak naik dulu. Setelah mereka turun, barulah saya naik. 
Mereka ini biasanya masuk secara bergerombol, bisa 2-4 orang, mengenakan setelan anak punk yang kalau menurut saya sangat absurd dan tidak jelas. Tindikan dimana-mana, tato, paku payung, dan celana-celana yang ngepres abissss...
Umumnya mereka membawakan lagu-lagu sindiran terhadap pemerintah. Tapi cara nyanyinya mah kasar, tidak ada intonasinya sama sekali. Bagi kawan-kawan yang paham musik, lebih baik tutup telinga deh !!!
Yang bikin kita tambah malas, setelah nyanyi biasanya mereka akan berkata  seperti ini, "Bapak Ibu, kami disini mencari makan, bukan mencari kesombongan anda, tolong hargai suara kami.. anda manusia, kami pun manusia.. seribu dua ribu tidak akan membuat anda jatuh miskin, apalah artinya itu untuk anda semua.. lebih baik tolong menolong daripada saling menodong",  hargai suara kami seperti kami menghargai anda semua, kesombongan kalianlah yang sering membuat kami menjadi gelap mata."

Ujung-ujungnya, jika tidak dikasih pasti mereka tidak akan meninggalkan kalian begitu saja, minimal mengejek atau berkata "Pelit luh!"..

G. Pengamen anak bocah di bawah 10 tahun : Ini yang saya rasa paling bikin miris. Jika dilihat secara fisik, badannya saja masih kalah sama roda bus metro mini.
Mereka biasanya naik turun bus sendiri atau berdua, dan membawakan lagu-lagu hits masa kini, tapi yang paling sering saya dengar sih lagu "Bang Toyib" nya Wali, atau "Butiran Debu".. dan tidak tahu kenapa tiap pengamen di bawah 10 tahun yang dateng selalu bawain lagu itu.. ( janjian kali yeeeh??? ckckck ).
Kocaknya sebenarnya anak-anak ini menyanyikan lagu dengan penuh penghayatan, sayangnya karena mereka (mungkin) tidak biasa latihan nafas, sehingga saat masuk reff lagu sering turun 1 oktaf gitu deh nadanya.. hehehehehhe

H. Pengamen berwujud banci : buru-buru ngasi saja deh klo bertemu yang seperti ini sebelum dia mulai mencolek.. hiiiiii !!!

I. Pengamen dangdut dadakan : Pengamen ini biasanya berwujud Bapak-Bapak atau Ibu-ibu dengan membawa mesin seperti pemutar musik dan sepasang mikrofon. Bisa dibilang sih beliau ini tinggal lipsync saja mengikuti lagu yang keluar. Umumnya yang dibawakan adalah lagu dangdut, atau kroncong.

J.Pengamen kombinasi gitar dan biola : Ini dia tipe pengamen  yang paling saya suka dan menurut saya yang paling "berkelas" diantaranya kawan-kawannya. Kenapa? karena mereka lebih sering membawakan lagu-lagu klasik yang mayoritas bersifat instrumental. Bahkan oleh beberapa dari mereka, saya pun pernah mendengar mereka membawakan lagu "Canon" yang pastinya sering kita dengar saat wisuda. Hehehe.
Formasinya, mereka maksimal terdiri dari 2 orang, dan salah satunya gitar. Jadi berasa lagi menonton konser dadakan saja deh.. :)

K. Pengamen Bertopi : Kalau kata Bang Napi, "Waspadalah-waspadalah !!", tipe pengamen yang seperti ini cukup meresahkan. Saya pun sempat menjadi korban "kejahilan" tangan mereka sewaktu pulang kantor dulu. Jadi mereka ini biasanya berformasi 2-4 orang. Dan lucunya, mereka semua kompak mengenakan topi.

Pembukaannya hampir sama seperti si anak punk, istilahnya sekarang "Orasi", nah di akhir orasinya, mereka akan menyodorkan topi-topi mereka tersebut secara "bersamaan". Iya, secara "bersamaan". Secara refleks, pasti kita akan menepis dan berusaha menyingkirkan topi-topi tersebut. Disaat itulah salah seorang dari mereka akan beraksi dan merogoh kantong baju atau tas kita. Jika tidak berhasil, maka mereka pun akan buru-buru turun sebelum atau ketika aksinya ketahuan.

Untuk tipe yang satu ini saya menemukannya di Terminal Blok M, Jakarta Selatan. Harap sangat berhati-hati ! karena mungkin saja mereka masih sering berkeliaran. Terutama di jam-jam ramai orang pulang kantor.

L. Si Kaki Buntung : Mereka biasanya digendong sama temannya, dan tidak tahu kenapa, jumlahnya juga banyak.. biasanya berwujud bocah umur di bawah 10 tahun, dan rupanya lusuh banget.
Parahnya, saya  tidak ingat kapan waktunya, tapi saya pernah bertemu dengan 4 anak yang buntung kakinya sama-sama di kaki kanan.
Kalau kita pikir baik-baik, "lah?? buntung kok bisa kompakan gitu sih??"
Buat kawan-kawan yang bertemu dengan  orang-orang macam ini, up to you aja yah mau ngasi atau tidak.. Wallahu alam sih.. ;)

M. Pesulap Dadakan : Biasanya mereka masuk berdua atau bertiga. Berwujud mas-mas dan mempunyai kata-kata sambutan favorit " Bang Markum kecebur empang", terus temennya jawab "apaan tuh bang?".. "Assalamualaikum para penumpang".
Mereka akan membuka dengan berkata "lapar tuan.. lapar nyonya.. banyak sodara-sodara kami yang gelap mata sampai menodong, merampok, bahkan membunuh.. ada juga yang sampai rela menjual harga dirinya. aki-aki ga pakai celana, kalau rejeki ga akan kemana, semoga dibalik kerapihan tuan dan nyonya masih ada jiwa-jiwa sosialnya untuk membantu kami anak jalanan"

Selanjutnya mereka bakal melakukan aksi nyilet-nyilet diri mereka sendiri dengan silet. Ujung-ujungnya sih mereka agak-agak maksa juga mintanya.. karena diakhiri dengan "apalah artinya seribu dua ribu untuk anda" (hampir sama seperti si anak punk di atas).

Yups, inilah sekilas informasi buat kawan-kawan semua, terutama yang sering naik kendaraan umum. dan mohon maaf sebelumnya, disini saya tidak ada maksud untuk menyudutkan profesi tertentu. Hanya untuk sekedar sharing.

Jika ada penulisan yang tidak baku atau apa, mohon dimaafkan. Karena memang dalam tulisan ini saya ingin sedikit berbahasa informal. (Biar ga kaku boss !! )
Semoga bermanfaat !!!

Note : Maaf tidak bisa menampilkan  foto tentang "wujud" pengamen-pengamen tersebut, karena demi keselamatan saya juga saat "meneliti" mereka. Hehehe


cheeers !! :D

RPR- Sang Petualang
(Silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)

Kamis, 07 Agustus 2014

"Jalan Panjang" Menuju Atap Sumatera 3.805 mdpl

29 Juli 2014

Sesungguhnya, perjalanan kali ini terasa sangat mendadak persiapannya bagi saya. Berhubung tidak jadi pulang kampung ke Banda Aceh saat Lebaran, seorang sahabat dari LPP (Mas Joko) mengajak saya untuk mendaki Gunung Kerinci di Jambi sana.

Awalnya saya ragu, antara ikut atau tidak, mengingat beliau mengajak untuk bertemu langsung di Pos Kersik Tuo pada tgl 30 Juli 2014,  yang mana itu merupakan hari ke-3 Lebaran Idul Fitri.

Seperti yang kita tahu, Gunung Kerinci adalah gunung berapi no.1 tertinggi se-Indonesia dengan ketinggian 3.805 mdpl, berada di perbatasan propinsi Sumatera Barat dan Jambi, dan memiliki medan yang masih sangat alami. Bahkan, gosip yang saya dengar jalurnya masih sering dilalui oleh Harimau Sumatera saat malam. Oleh karena itu, merupakan pantangan bagi kita semua untuk membawa makanan yang berbau amis saat mendaki gunung Kerinci.

Berhubung beberapa kawan saya sudah berangkat duluan pada tgl 24 dan 25 malam, jadilah saya berangkat seorang diri dengan menggunakan pesawat pada tgl 29 Juli 2014 ( fyi, ini adalah hari kedua Lebaran bro..haha)


Pagi itu, saya terbangun pukul 05.00 WIB, "mengumpulkan" nyawa sejenak, menunaikan sholat Subuh dan segera bersiap-siap untuk segera berangkat menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta ketika jam sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB. Berhubung pesawat berangkat pukul 10.30 WIB, jadilah saya mengestimasi setidaknya sudah hadir di bandara dari pukul 08.00 WIB.

Saya diantar oleh Ayah saya menuju terminal 1B Bandara Internasional Soekarno Hatta untuk "terbang" menuju Padang dengan maskapai "Singa Terbang".

Tak disangka, meskipun saat itu adalah Lebaran hari kedua, suasana didalam tempat check in bagasi masih sangat ramai layaknya hari normal.



Suasana Check In bagasi yang sangat ramai
Sesampai di bandara terminal 1B, saya  langsung bergegas memasuki lobby tempat Check In bagasi. Benar saja, suasana saat itu termasuk sangat ramai untuk Lebaran Hari kedua yang seharusnya orang-orang sudah sampai di kampungnya. Ckck.

Setelah mengantri sekian lama, dan hampir "rebutan" dengan beberapa porter, bagasi pun masuk, dan Alhamdulillah beratnya tidak melewati batas, hanya 12,5 kg. (fyi, batas maksimal bagasi di "Singa Terbang" ini hanya 15 kg, selebihnya akan dikenakan bayar tambahan )


Bandara Internasional Minangkabau, Padang

Setelah melewati perjalanan selama kurang lebih 1,5 Jam bersama pramugari-pramugari yang cantik (eh, ini beneran lho.. ketika saya naik dan turun dari pesawat, yang menyambut dan melayani di dalam pesawat Alhamdulillahnya pramugari yang cantik-cantik, masih muda juga , lumayan buat cuci mata..heheheh :P Intermezzo sedikit ) , sampailah saya di bandara internasional Minangkabau, Padang, yang merupakan titik awal perjalanan panjang menuju atap Sumatera. 

Setelah mengambil "si jagoan" (ini nama carier kebanggaan saya..). Saya bergegas keluar dan berkenalan dengan beberapa orang travel yang menyanggupi untuk mengantar saya dengan tarif Rp 300.000,- langsung menuju desa Kersik Tuo, sebut saya SM. Ketika saya ingin menawar, muncul alasan yang "kurang enak" dan seperti tidak terbantahkan. Yakni "Kan harga Lebaran boss..". Capee deeeeeh.. ----,---- *tepok jidat

Menurut info dari uda yang satu itu, travel akan berangkat sekitar pukul 15.00 WIB, yang artinya masih ada waktu 1,5 jam lagi. Saya pun bergegas mencari restoran untuk nongkrong sekaligus makan siang sembari menunggu datangnya jam 15.00. Siang itu saya makan nasi dengan menu tempe orek, kentang pengantin (katanya), telur dan segelas teh tarik dingin plus teh hangat setelahnya. Muncul harga yang cukup bagus...
Rp 51.000,- (ya.. ya..ya maklum deh namanya juga makan bandara.. *meringis )

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 WIB, dan saya pun segera menghubungi uda yang menawarkan jasa angkutan tersebut. Ketika sudah bertemu, dan saya tanya lagi, kabar buruknya travel sudah penuh, dan jika mau saya harus naik yang pukul 18.00 WIB nanti. Oke, saya langsung cari alternatif lain, yaitu naik DAMRI.

Posisi DAMRI terletak di ujung bandara, hampir mirip seperti yang ada di bandara Soekarno Hatta, hanya saja jauh lebih kecil. Berhubung DAMRI masih lama jalannya, saya naik Ojek dengan harga Rp 40.000,- (lagi-lagi harga Lebaran) menuju Loket travel SKW yang berada di Ulak Karang untuk mencari travel yang bisa mengantar saya menuju desa Kersik Tuo hari itu juga.


Suasana Kota Padang
Serunya jelajah kota dengan menggunakan motor (maksudnya sih "ngojek") Kita bisa melihat dan merekam kondisi sekitar dalam jarak yang lebih dekat.

Ternyata, macet bukan hanya di Jakarta saja , Padang pun bisa juga macet seperti layaknya Jakarta. Bisa kawan-kawan lihat dalam gambar berikut. Tapi berhubung Bapak ini cukup lihai, saya pun bebas dari macet. hehe

Sekitar 30 menit merasakan serunya suasana kota Padang, tibalah saya di loket SKW yang dimaksud oleh Pak Amran, supir travel yang merekomendasikan agar saya naik dari loket SKW di Ulak Karang. Fyi, SKW adalah travel yang biasa direkomendasikan untuk membawa tamu yang akan menginap di Paiman Homestay, Desa Kersik Tuo. Saya juga awalnya tahu info ini dari mbak Herni Suhardi (kawan saya dalam pendakian Rinjani sebelumnya).


Loket SKW yang tutup dan Warung Pak Jafar Sufi
Sesampai di depan loket SKW, ternyata loket ini TUTUP !! Astaga, saat itu saya sempat bingung, dan langsung duduk sembari menelpon pak Amran untuk memastikan status keberangkatan saya hari itu. Dan jawaban-jawaban tidak pasti pun saya terima, bahkan hingga lewat pukul 18.00 WIB pun (yang artinya saya sudah menunggu 2 jam dari saya sampai) belum juga ada kepastian.

Alhamdulillahnya, saat itu saya ditemani oleh pemilik warung sebelah yang setelah diketahui bernama Bp.M.Jafar Sufi. Beliau ternyata juga orang Aceh, tepatnya lahir di Sigli, dan bisa jadi merupakan saudara jauh saya (Kakek saya, M.Rusli pun lahir di Sigli).

Bp. M.Jafar Sufi
Sembari menunggu jemputan yang tak kunjung tiba, saya sembari melengkapi logistik saya dengan berbelanja di warung Pak Sufi. Habislah sekitar Rp 11.000,- untuk 2 jenis minuman. Keputusan sore hari itu, berhubung hari sudah gelap dan warung Pak Sufi akan tutup, saya memutuskan menginap di hotel Prima yang berada tepat di seberang loket.


Segelas Teh tarik hangat
Saya menyewa kamar dengan harga Rp 225.000,-/malam, tanpa AC (dengan kipas Angin, Kamar mandi di dalam, namun lucunya tanpa handuk, tanpa TV, dan berada diujung lantai 3 hotel tersebut). Setelah selesai mandi dan menyegarkan diri, saya pun berniat untuk mencari makan malam. Sayang seribu sayang, berhubung masih hari Lebaran, warung pun masih banyak yang tutup sehingga saya harus berjalan sekitar 500 meter untuk mendapat menu makan Nasi Goreng & Es Teh manis yang cukup mengenyangkan. Malamnya? tidak lupa saya tutup dengan segelas teh tarik yang memang sudah saya siapkan..hehehe..


Srupuuuuut aaaah...

30 Juli 2014
Esok pagi, saya terbangun sekitar pukul 05.00 WIB, langsung menunaikan shalat Shubuh, dan dilanjut mandi agar badan segar dalam memulai pendakian..hehe. Semalam, saya sudah dihubungi juga oleh Mbak Tika dari Paiman Homestay bahwa yang akan menjemput dan mengantar saya hari ini adalah Pak Dede.

Sembari menunggu, saya pun menyempatkan sarapan Lontong sayur di seberang hotel dengan harga Rp 8.000,- . Udara di Ulak Karang cukup panas saat itu, bahkan tengah malam pun saya masih merasa gerah dikarenakan udara yang kurang bersahabat. Setelah selesai sarapan, saya pun segera mendatangi loket SKW sekali lagi untuk memastikan apakah jemputan saya sudah datang.

Tak lama, saya pun bertemu dengan pak Dede, setelah berbincang sebentar dan membeli logistik untuk perjalanan dari Padang ke desa Kersik Tuo (mengingat perjalanan dari Padang Menuju Kersik Tuo sekitar 6-7 jam lamanya), saya berpamitan dengan pak Jafar Sufi, dan kami pun berangkat. Sekitar pukul 08.45 WIB menuju Jambi.

Oiya tarif Elf ini dari Padang (Ulak Karang, bisa juga dijemput di Bandara tergantung kesepakatan) adalah Rp 150.000 /orang. Boleh juga jika ingin memberikan uang tips jika mau.

Saya pikir, Pak Dede langsung akan mengantar saya menuju Desa Kersik Tuo di Jambi, namun ternyata beliau "ngetem" dulu sembari menunggu muatan penuh seperti layaknya angkot di ibukota. Dan kami pun baru benar-benar jalan menuju kesana (Sungai Penuh, Kerinci, Kersik Tuo dan sekitarnya) sekitar pukul 09.30

Saran : Lain kali jika ingin menggunakan travel ini, pastikan jumlah anda 6-7 orang, sehingga anda akan langsung berangkat tanpa harus banyak ngetem mencari penumpang.

Mirip di Puncak ya?
Suasana jalan di tengah hutan

Rumah Makan di daerah Muara Labuoh
Suasana jalan yang kami lewati cukup berliku-liku dan naik turun melewati bukit, bisa dikata hampir sama lah seperti jalanan dari Jakarta menuju Cibodas (bagi yang pernah ke Gunung Gede pasti tahu). Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, kami pun berhenti sejenak di salah satu rumah makan Minang yang berada di tengah hutan. Nama daerahnya "Muara Labuoh" kalau tidak salah (mohon koreksi saya jika salah).

Berhubung memang sudah jam makan siang dan cukup lapar, saya pun segera masuk dan makan dengan lahapnya, saya makan dengan nasi, Ayam kalio, rendang dan segelas es teh manis. Hmm mantap laaah untuk istirahat siang itu.

Tapi ketika membayar, saya cukup kaget dengan harga yang muncul, Rp 33.000,- (lagi-lagi mereka main tembak harga.. ckckck)

Ada satu kebiasaan para supir Travel disini yang saya tidak suka dan cukup mengganggu, mereka ini suka sekali ngobrol dan ngerumpi berlama-berlama setelah makan dengan ditemani segelas kopi dan rokok di tangan.
Parahnya lagi, waktu kami sering terbuang hanya untuk menunggu mereka menyelesaikan ritual ngobrol dan ngopinya, dan kami pun sebagai penumpang hanya bisa pasrah menunggu (nasiiiib..nasiiib T-T )

Foto bersama komandan

Akhirnya, setelah melewati perjalanan yang cukup panjang, sekitar pukul 17.45 WIB, saya pun tiba di Homestay Paiman (Kersik Tuo), dan langsung disambut oleh mbak Tika (anak pemilik penginapan).  saya pun segera menghubungi Joko Supartono dan Bro Saihu yang katanya juga sudah berada di sekitar Paiman Homestay (bahkan mereka sempat naik dan turun lagi dari Pintu Rimba..haha kerajinan banget !).


Akhirnya berjumpa juga dengan 2 manusia ini.
Yuhuuu.. langsung foto narsis dengan background Gn.Kerinci
Oiya, jika kawan-kawan ingin ke Kerinci, saya bisa rekomendasikan untuk bermalam di Paiman Homestay sebelum mendaki. Fasilitas di dalam penginapan ini sederhana namun sangat Homy. Lengkap dengan kamar mandi yang airnya sedingin es, tempat jemuran baju, ruang makan, ruang keluarga dan toko souvenir di bagian depannya. Kamar tersedia di lantai bawah dan atas. Rata-rata bisa diisi 3-6 orang jika ingin agak maksa dan hemat. Tarif semalamnya Rp 40.000/orang.*

Setiap harinya, Ibu pemilik penginapan masak untuk para pendaki yang menginap, dan kita tinggal langsung mengambil saja ala prasmanan. Tarif 1x makan termasuk murah, hanya Rp 15.000/1x makan*, itu pun kami juga diperbolehkan untuk nambah. Minuman sih self service saja. Bebas bagi yang ingin ngopi atau ngeteh.Semua sudah tersedia.

Untuk reservasi dan pemesanan bisa hubungi Mbak Tika di 0856 6420 5259 (disarankan jangan memesan kamar secara mendadak, karena homestay ini juga termasuk ramai dikunjungi)

*Note : Harga bisa berubah sewaktu-waktu tergantung kebijakan yang punya rumah..hehee

Lanjuuut...
Malamnya, kami tinggal menunggu kedatangan Kak Lady dan Riza yang denger-denger sih lagi main ke danau Kaco... (hmm, bikin iri saja.. -,- )

Ketika kami bertiga baru mulai tidur, datanglah kawan kami yang dua itu ditemani oleh kawan baru kami disana, namanya Bang Giwan. Setelah berbincang-bincang sebentar dan bertanya kabar, kami pun segera mulai packing ulang agar besok tidak perlu terburu-buru.

31 Juli 2014

Mijit memijit di pagi hari
Pagi harinya, kami segera bersih-bersih sejenak dilanjut dengan sarapan nasi goreng dengan telur (fyi, untuk sarapan hanya Rp 8.000,-/piring)*. Dan sembari menunggu bekal makanan yang dibuatkan si Ibu siap, kami pun melakukan aksi seperti di samping ini.hahahaa.

Kebetulan, pagi itu kami kedatangan kawan juga yang rupanya masih sama-sama berasal dari daerah Jakarta Timur, salah dua diantaranya bernama Rafi dan Maulana.

Selesai packing dan mengambil bekal kami segera bergegas keluar untuk berfoto bersama dengan background Gn.Kerinci yang saat itu juga Alhamdulillah sangat cerah .

Ki-Ka : Rezki - Kak Lady - Riza - Bro Saihu - Komandan Joko

Untuk transport menuju ke Pintu Rimba, kami sudah dipesanka elf L 300 dengan sewa Rp 70.000,- untuk 6 orang (termasuk dengan bang Giwan yang ikut mengantar kami ke 2 pos sebelum Pintu Rimba (kalau bukan hari Lebaran bisa Rp 10.000,-/orang)
Oiya, sebelum berangkat, inilah foto homestay tempat kami menginap..

Trio Saihu, Kak Lady dan Bang Giwan
Homestay Paiman


Foto bersama di Tugu Macan


Suasana di dalam mobil

Gerbang utama
Dan, setelah melewati Pos "Pintu Rimba" seperti di bawah inilah, petualangan kami mendaki Gunung Kerinci dengan ketinggian 3.805 mdpl pun dimulai !! Saat itu waktu menunjukkan pukul 09.40 WIB.


Pintu Rimba
Plang Pintu Rimba (sayang tulisannya tidak kelihatan jika difoto)

Pose dulu aaah...
Perjalanan kami dimulai dengan melewati jalur yang terbilang masih sangat alami, bahkan tidak sedikit saya menemukan rintangan-rintangan seperti gambar di samping ini. Di sepanjang jalan, kami pun "disuguhkan" dengan nyanyian lutung yang saling bersahutan dari pohon ke pohon.

Sekedar saran : Jangan coba-coba mengabadikan mereka dengan kamera jika mereka sedang dekat, karena akan sulit untuk "membarter" barang kita kembali jika sudah diambil..

Banyak pohon tumbang
Setelah berjalan sekitar 20 menit  melewati hutan yang masih sangat alami, sampailah kami pada Pos 1 "Bangku Panjang". Saat itu tepat pukul 10.00 WIB.

Pos I Bangku Panjang
Pos ini terdiri dari bangunan shelter tanpa alas dan terdapat bangku bersemen berbentuk "U", meskipun terlihat cukup nyaman untuk membangun tenda, namun sangat tidak disarankan bermalam disini (kecuali dalam keadaan darurat), karena hingga ketinggian 2.500 mdpl, pada malam hari masih merupakan jalur lintasan Harimau Sumatera . *ga mau kaaan diketok malam-malam sama harimau ? 

Lanjuuut, setelah melewati Pos Bangku Panjang, jalanan mulai terus naik dengan jalur akar yang terjal, terus dan terus naik. Bisa dibilang medan di Gunung Kerinci ini seakan-akan tiada berbonus.


Keadaan jalan setelah melewati Pos I
Setelah berjalan sekitar 30 menit lamanya, tibalah kami di Pos II Batu Lumut, namun tanpa beristirahat lama-lama kami pun langsung mengejar ke Pos berikutnya, yaitu menuju Pos III Pondok Panorama. Dari Pos II ke Pos III dapat dicapai dalam waktu 49 menit dengan medan yang relatif sama. Yakni, jalur akar dengan jalanan yang semakin naik pastinya.

Di Pos III Pondok Panorama ini, kawan-kawan bisa mengisi persediaan air minum dengan berjalan sekitar 200 meter naik turun dari arah depan shelter (tenang saja, ada petunjuk jalannya kok.)

Saran : Kalau bisa jangan sendiri ya, setidaknya berdua. :)

Perjalanan menuju Shelter 1 terbilang lebih berat dan lebih lama dari jarak pos-pos sebelumnya, waktu yang kami tempuh dari Pos III Pondok Panorama menuju Shelter 1 adalah 75 menit (itu pun sudah termasuk makan siang di jalan dikarenakan serangan rasa lapar yang tiada tara..hehe). Kira-kira seperti inilah keadaan jalan menuju dan di Shelter 1 (gambar di bawah).

Jalan menuju Shelter 1

Tiba di Shelter 1

Berhubung kami sudah makan siang dalam perjalanan menuju Shelter 1, yang ternyata jaraknya hanya sekitar 1 menit sebelum mencapai Shelter 1, jadilah kami langsung melanjutkan kembali perjalanan dengan memasuki jalan yang nyaris tidak terlihat dan bebentuk seperti terowongan.

Lewat dari terowongan, perjalanan dilanjutkan dengan melewati jalur yang agak berlumpur, dan dilanjut dengan tanjakan disertai akar yang terus dan terus menanjak. Bisa dibilang perjalanan menuju Shelter 2 ini hampir tidak ada bonus. Jadi, yang kakinya mudah pegal jangan lupa bawa serep yaa (kidding!! hehe :P )

Medan yang mulai berlumpur


Tanjakan demi tanjakan tiada henti

Setelahnya, kami jumpai kembali jalur yang masih sangat alami dan terdapat banyak pohon melintang, hampir mirip-mirip seperti jalur pada Pintu Rimba menuju Pos I bangku panjang, hanya saja melintangnya secara vertikal dan menanjak.

Kami pun harus melewatinya dengan sedikit mengangkat berat badan dengan kedua tangan untuk melewati rintangan tersebut. Yah, anggap saja fitness gratis laaah..hehehe

Rintangan pohon melintang vertikal

View dari atas

Jalur Air

Lanjuuut !!! Perjalanan kami setelah melewati jalur pohon melintang kemudian dilanjut dengan melewati jalur air yang semakin banyak jumlahnya. Alhamdulillah nya, saat itu tidak hujan, namun hanya sedikit gerimis yang berasal dari embun. Sehingga bisa dibayangkan betapa sulitnya jalur ini jika sedang hujan, kaaaan? Terpleset ? itu sudah pasti sering terjadi. Heehehehe

Setelah melewati berbagai jalur air, sampailah kami pada semua lahan terbuka yang tidak terlalu luas (cukup sekitar 2 tenda ), dan menyuguhkan pemandangan yang cukup menyejukkan mata di siang itu.
cekidot !!

Lautan Awan di jalan menuju Shelter 2
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama dari Pukul 13.36 WIB hingga 17.40 WIB, yang artinya 4 jam 4 menit. Kami pun tiba di Shelter II. Bisa saya katakan, perjalanan dari Shelter I menuju Shelter II inilah yang paling lama dan melelahkan. Itupun, kami sempat makan lagi di jalur karena rasa lapar yang kembali menyerang. Dan Jalur menuju Shelter III pun sudah terlihat, yaitu sesuai dengan foto di bawah ini. Yak, betul sekali, jalurnya langsung menanjak.

Menurut info yang saya dapat dari kawan-kawan yang sebelumnya pernah kesini, dan kami pun telah membuktikan sendiri bahwa jalur dari Shelter II menuju Shelter III adalah yang paling sulit dan menyiksa. Perjalanan memang tidak selama dari Shelter I ke Shelter II, namun sulitnya medan yang dilalui melebihi jalan sebelumnya.
Berhubung hari sudah mulai gelap , kami pun memutuskan untuk langsung bablas menuju Shelter III dan berencana akan membangun tenda disana.

Tanjakan untuk menuju Shelter III, dilihat dari Shelter 2


Jalur air yang makin sadis
Setelah melewati jalanan tangga batu seperti foto di atas, beberapa menit kemudian kami sudah disambut kembali dengan track jalur air yang semakin sempit, namun tetap menanjak. Saking sempitnya, jalan ini pun hanya bisa dilewati oleh satu orang saja, sehingga kami harus melewatinya secara bergantian sembari berpegangan pada sisi kiri dan kanan tebing.

Selanjutnya, track ini pun dilengkapi dengan adegan manjat pohon, seperti yang kawan-kawan bisa lihat dan foto di bawah ini.

Dan yang paling seru, terdapat juga "Terowongan akar" yang menurut mitos penduduk setempat jangan pernah melewatinya secara terpisah jika mendadak turun kabut,karena bisa mendadak "disesatkan". Cekidot!

Adegan panjat pohon ala lutung

Terowongan Akar

Hari sudah gelap

Ketika hari sudah gelap, kalau tidak salah waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, kami mendengar teriakan di ujung jalan . Ternyata, teriakan tersebut berasal dari seorang pendaki yang sama-sama tinggal di Homestay yang sama dengan kami. Well, kita sebut saja "Mama Keles" dan anaknya. 

Beberapa dari kami pun langsung bergegas naik ke atas untuk segera memberikan bantuan, yaitu mas Joko dan bro Saihu, sedangkan saya tetap di belakang untuk meng-cover kak Lady.

Sesampai di atas, rupanya anak dari "Mama Keles" ini kedinginan, namun tidak sampai Hypo. Berhubung frame tenda mereka rusak, jadilah si "Mama Keles" dan anaknya sementara berteduh di dalam tenda kami, sementara kami yang berada di luar pun langsung memasak air dan berbagai macam makanan untuk menghangatkan badan kami yang mulai kedinginan juga.

Setelah anak si "Mama Keles" sudah agak mendingan (meskipun masih muntah-muntah), dia pun segera berkumpul kembali dengan anggota keluarganya yang lain, sedangkan kami berlima segera masuk ke dalam tenda untuk makan malam bersama sebelum akhirnya tidur guna persiapan tenaga untuk Summit Attack keesokan harinya.

1 Agustus 2014

Pagi hari, kami pun bangun untuk mengepak barang-barang yang sekiranya akan kami pakai dalam perjalanan Summit Attack kali ini. Setelah mengisi perut dengan minuman hangat, dan berdoa bersama, maka kami pun siap untuk menggapai atap pulau Sumatera.

Berhubung malam itu kami camp sekitar 5 menit sebelum Shelter III, maka kami pun harus kembali merasakan sisa-sisa jalan yang sangat menyiksa itu saat keadaan gelap. Tak disangka justru jalur air yang kami lewati semakin sempit, bahkan tingginya sudah melebihi badan kami, sehingga untuk melewatinya kami harus sembari berjalan zig-zag dengan menempel di dindingnya.

Memulai perjalanan Summit Attack

Permukaan jalan yang semakin tinggi

Setelah memasuki medan berpasir dimana angin mulai kencang, dan tak jarang kami pun nyaris terhempas, adegan tarik menarik pun terjadi demi menghindari resiko terpeleset. Kami pun secara bergantian maju ke depan untuk menarik yang masih di belakang.

Kak Lady sedang ditarik oleh Riza

Perjalanan menuju Puncak Kerinci ini hampir sama dengan perjalanan menuju Puncak Mahameru di Semeru maupun Puncak Dewi Anjani di Rinjani, sama-sama didominasi oleh pasir saat menuju ke Puncak.
Hanya saja, rumus 3-5 seperti di Semeru tidak berlaku disini, yang ada hanyalah rumus "minus 1" (naik satu, jika salah nginjak langsung jatuh terjerembab alias kepleset).

Mengapa? karena disana banyak batu-batu yang sifatnya menipu, seakan-akan keras dan kokoh, namun saat diinjak langsung terlepas dari lapisannya.

Ketika hari sudah mulai terang, dan sinar mentari mulai keluar dari peraduannya (meskipun belum bisa dibilang sebagai sunrise), barulah kita bisa melihat indahnya Danau Kawah Gunung Tujuh, Bukit Barisan (mohon koreksinya jika salah) dan Samudera Hindia dari atas. Kira-kira seperti inilah view-view yang kami dapat ketika di atas.
Saya harap semoga bisa membuat kalian semakin penasaran untuk segera kesana yaaa.. hehehehe

Anggap saja kayak fim "5cm"


Asiiik kami di atas gunung..hahaha

View Samudera Hindia


View Bukit Barisan

View Danau Kawah Gunung Tujuh, the best angle i think!! :D

Dan Akhirnya yang ditunggu-tunggu pun hadir, inilah sunrise dari Gunung Kerinci (meskipun belum sampai puncak ya..hehe

Sunrise dari punggungan menuju Puncak Kerinci

Bergaya saat Sunrise

Mas Joko dan bro Saihu dengan view Bukit

Setelah puas berfoto-foto dengan Euphoria sunrise, kami kembali melanjutkan perjalanan, karena kami tahu saat itu perjalanan tinggal sedikit lagi dan kabut pun mulai kembali turun sehingga membuat jangkauan padangan kami hanya berkisar beberapa puluh meter saja.


Perjalanan menuju puncak yang sudah sedikit lagi

Ki-ka : Kak Lady, Riza, Mas Joko, the best shoot too i think!!

Kabut mulai turun.
Alhamdulillah, setelah melalui perjalanan panjang dari Jakarta menuju Pulau Sumatera, tentunya berangkat dengan hari yang berbeda-beda pula, ada yang naik mobil, ada yang "ngeteng naik bus", dan ada juga yang naik pesawat karena harus berlebaran dulu di Jakarta, dilanjut dengan melewati medan berat, jalan berliku dan menanjak yang seakan tiada habisnya, dibumbui juga dengan track jalur air yang cukup menyiksa kaki dan tangan, dan ditutup dengan jalur berpasir berangin kencang yang seakan-akan mampun menerbangkan kami semua,

Pada Tanggal 1 Agustus 2014, pukul 08.10 WIB,  kami berlima, Saya Rezki Putera Rusian, Joko Supartono, Bro Ahmad Saihu, Kak Lady Lidya Novita Sari Hutabarat dan Riza Firmansyah berhasil menginjakkan kaki di atap Sumatera, Puncak Gunung Kerinci 3.805 mdpl !!!! Yeaaaaaaah !!!!!!!

Foto menjelang sampai Puncak Kerinci

Puncak Kerinci yang tertutup kabut
Sujud syukur pun langsung kami lakukan dan tiada terasa air mata kami menetes karena berhasil mencapai atap Sumatera, yang sekaligus merupakan gunung berapi tertinggi no.1 di Indonesia. Alhamdulillah.

Berhubung saat itu angin semakin besar dan bau asap belerang pun sudah semakin naik, maka kami pun bergerak cepat untuk mengabadikan moment-moment ini baik pose sendiri, rame-rame maupun Foto dengan almamater masing-masing.

Berikut foto-foto kami selama di puncak Kerinci.. Enjoy !!

Bendera LPP di Puncak Kerinci


Khatulistiwa Paramadina

Foto-foto Solo :
 
Riza Firmansyah
 
Joko Supartono
 
Ahmad Saihu
 
Lady Lidya Novita Sari Hutabarat
 
Rezki Putera Rusian
Sebelum turun, kami pun berdiri berangkulan membentuk lingkaran dan mendengarkan lagu "Tanah Air" yang mengalun dari hp , sembari berpikir dan mensyukuri bahwa kami masih termasuk dalam orang-orang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT untuk mengunjungi tempat yang indah ini. Kami pun menangis terharu akan pencapaian kami di pagi itu.

Selanjutnya, kami segera melanjutkan perjalanan kembali menuju ke bawah, dikarenakan memang target awal kami adalah bisa kembali ke Homestay Paiman malam ini, agar besok pagi kami bisa langsung bersiap kembali ke Jakarta dengan menggunakan travel yang sudah dipesankan oleh mbak Tika.

Ternyata, menuruni puncak Kerinci tidaklah semudah menuruni puncak Mahameru yang banyak ditutupi oleh pasir. Pada Puncak Kerinci ini, kita harus ekstra berhati-hati karena banyak batu-batu yang sangat mungkin membuat kita jatuh dan terluka (cielaaaah.. :P )

Pastinya perjalanan turun lebih cepat dari naik, hanya sekitar 2 jam perjalanan, sampailah kami kembali ke tempat kami membangun tenda. Kami pun beristirahat sejenak dan bersiap packing untuk segera turun. Ternyata, tetangga kami si "Mama Keles" sudah selesai packing (karena beliau juga tidak summit rupanya) dan turun duluan mendahului kami.

Singkat kata singkat cerita, setelah menuruni jalur air yang curam, berbagai rintangan pohon, akar dllnya,sekitar pukul 18.45, tibalah kami kembali di Pos tempat kami pertama kali diturunkan oleh Pak Sugino yang mengantar kami menuju Pintu Rimba.

Saya pun sudah menghubungi pak Sugino ketika turun, sehingga tak lama pun kami segera dijemput dan diantar kembali ke Homestay Paiman, dimana makan malam sudah menunggu.. Hmmm yummy !!

Tiba di Homestay Paiman sekitar pukul 19.00 WIB, kami langsung disambut oleh Mbak Tika yang langsung menyediakan kamar untuk kami beristirahat malam itu sebelum kembali ke Jakarta. Dan saya pun tidak lupa untuk mengambil pesanan saya di toko souvenir bagian depan berupa kaos seharga Rp 80.000,- dan 2 gantungan kunci (@ Rp 10.000,-) sekaligus mulai "hitung-hitungan" soal biaya yang harus kami bayar selama menginap.

Setelah makan malam dan memberihkan diri (fyi, airnya sangat dingiiiin !!! kalau tidak kuat mending minta saja dibuatkan air panas oleh mbak Tika atau Ibu), kami pun memutuskan untuk segera beristirahat dikarenakan esok hari kami akan bangun pukul 05.00 WIB untuk persiapan pulang ke Jakarta.


2 Agustus 2014

Saya pun terbangun paling awal pagi itu karena memang sudah memasang alarm, dan segera membangunkan kawan-kawan saya yang masih bermuka bantal..hahaha. Pagi itu kami pun sarapan lebih awal sekitar pukul 06.30, karena kami tahu travel kami akan datang sekitar pukul 07.00 WIB. Setelah menyelesaikan administrasi penginapan, kami pun beranjak keluar Homestay sekaligus berpamitan dengan mbak Tika beserta Ibu. Jujur kami sangat berterima kasih sekali atas pelayanan dan keramahan yang diberikan oleh Paiman Homestay. Recommended lah pokoknya !! :D

Saat keluar, mobil travel yang menjemput kami sudah datang, supirnya seorang Bapak bernama Sukamto yang menurut saya berumur 40 tahunan dan ditemani oleh istri dan anaknya 2 orang, kalau tidak salah bernama Reno dan Bima.

Tas-tas kami yang terlantar di tempat travel F

Kami diantar Pak Sukamto menuju Sungai Penuh untuk berganti kendaraan Travel lain yang akan lanjut mengantar kami menuju Bangko.

Nah, disinilah terjadi hal yang sangat kami sesalkan dari travel ini (sebut saja travel F). Menurut saya pribadi, orang di travel ini terlalu berbelit-belit dan tidak transparan. Parahnya lagi, mereka rela membiarkan kami menunggu selama hampir 5 jam tanpa adanya kepastian. Bilangnya sih, sebentar lagi mobil akan sampai, namun sampai hampir 5 jam kemudian pun tetap tidak ada kepastian dan akhirnya membuat kami menjadi naik darah sehingga berkali-kali kami mengancam mereka untuk membatalkan saja dan mengembalikan uang kami (fyi, kami membayar travel ini dengan paket Rp 550.000,-/orang dari Kersik Tuo hingga Jakarta )

Karena merasa tidak enak hati, akhirnya Pak Sukamto pun mengantar kami ke seberang hotel Kerinci dimana bang Jamie (pemilik Kerinci Merchandise di Sungai Penuh) dan bang Giwan sudah menunggu. Disana pun kami kembali berdiskusi dengan pak Sukamto agar kami bisa sampai di Bangko tepat waktu.

Akhirnya, pak Sukamto pun berinisiatif mengantar kami ke Bangko beserta keluarganya (coba dari tadi pak? -,- ).

Setelah carier naik, dan kami pun naik. Perjalanan menuju Bangko pun dimulai !! Di kanan kiri jalan mulai kami lihat sawah-sawah dan pegunungan yang tiada habisnya (menurut info katanya itu adalah bukit barisan). Berhubung Pak Sukamto belum makan dari siang, makan kami pun sempat berhenti sejenak di Rumah Makan Minang.

Sembari menunggu Pak Sukamto berserta keluarga makan siang, kami pun berfoto-foto dengan Background Danau Kerinci yang rupanya tidak berada jauh dari kami.


Hamparan sawah dan pegunungan

View Danau Kerinci dari jauh

Setelah pak Sukamto sekeluarga selesai makan siang, perjalanan pun kami lanjutkan. 

Perjalanan menuju Bangko ini rasanya hampir sama ketika saya jalan dari Padang menuju Kersik Tuo. Kami banyak melewati jalan berliku dan berbukit-bukit, banyak juga melewati tikungan-tikungan tajam yang berkali-kali "sukses" membuat saya "agak ngeri" dan berpegangan erat. Namun, tambahannya kami juga beberapa kali melewati tanjakan yang sangat panjang dan curam (sayangnya tidak saya foto, karena saya sudah cukup lelah hari itu..hehe). Tapi Alhamdulillahnya mobil yang kami tumpangi ini termasuk kuat mesinnya meskipun sudah cukup berumur.

Selain tanjakan dan jalan berliku tadi, kami pun melewati daerah wisata Danau Kerinci secara dekat, dimana terlihat cukup ramai juga pengunjungnya.

Setelah melalui perjalanan sekitar 5 jam lamanya, sekitar pukul 19.00 WIB, sampailah kami di kantor pusat PO. "F" yang nantinya akan mengantarkan kami menuju Jakarta. Saat itu, kami diberitahukan bahwa bus akan datang paling cepat pukul 22.00 WIB dan paling lambat pukul 00.00 WIB dikarenakan bus tersebut sempat kena macet parah di daerah Padang Panjang.

Jujur kami tidak bermasalah dengan jam kedatangan bus asalkan sifatnya pasti dan tidak "php" seperti kejadian di Sungai Penuh. Dan setelah menyelesaikan segala administrasi dan memastikan bahwa kami tidak akan ditagihkan dana lagi sepeserpun selama perjalanan menuju Jakarta, Pak Sukamto pun pamit dan kami pun tak lupa berterima kasih atas bantuan beliau yang rela mengantar kami sekaligus membawa keluarganya.

Sekitar pukul 22.55 WIB, bus yang ditunggu pun datang, kami pun segera memasukkan barang-barang ke bagasi dan langsung bergegas duduk di tempat yang memang sudah disediakan untuk kami. Kami duduk berdekatan di deretan belakang. Oiya, sebelum jalan pulang menuju Jakarta, kami pun mendapat kawan baru bernama Firman, yang kebetulan ingin ke Bogor, dan dia pun hanya seorang diri dari Bangko.

Tak lama, bus pun berjalan, dan itu artinya perjalanan panjang kami menuju Jakarta sudah dimulai.

Inilah foto terakhir kami sebelum naik bus menuju Jakarta. Pastinya sudah pada lecek mukanya..

hahahaa

Orang-orang terdampar di Bangko

3 Agustus 2014
Meskipun beberapa kali berhenti untuk makan maupun istirahat sejenak, saya rasa perjalanan dengan bus ini termasuk cepat, ditambah dengan moment arus balik Lebaran, yang Alhamdulillah tidak seramai di pulau Jawa.

Oiya, ada kejadian pribadi yang agak "mengesalkan" ketika kami tiba di Restoran Minang, sebut saja "Si-Ma" di Kalianda sekitar pukul 23.00 kurang. Tepatnya beberapa saat sebelum bus kami memasuki kapal feri di pelabuhan Bakauheni. Saat itu perut saya sudah sangat lapar dan dengan pedenya langsung masuk ke restoran tersebut.

Saya ingat betul, hanya makan nasi + Ayam kalio + Rendang + segelas air putih. Setelah selesai makan dan ingin membayar, saya dikagetkan dengan harga yang "sangat biadab", yakni Rp 35.000,- !!
(rasanya kok uang Rp 50.000,- cepat sekali habisnya yaaa.. hmmm -,- )

Saran : Kalau mau makan di restoran Minang, apalagi di daerahlintas Sumatera seperti ini, pikir-pikir dulu saja, kecuali jika memang anda sudah siap dengan kantong yang "cukup tebal"..hehe

4 Agustus 2014
Pukul 00.05 WIB, bus kami pun langsung mengantri untuk memasuki kapal, dan ketika kapal berjalan sekitar 1,5 jam kemudian, artinya itulah akhir dari petualangan kami berlima di tanah Sumatera.

Alhamdulillah... \(^0^)/ 

Terima kasih buat kawan-kawan sekalian yang sudah mampir dan membaca tulisan saya yang panjang ini..hehe

sebagai bonus, berikut saya berikan perincian waktu dan biaya selama saya disana, mana tahu bisa menajadi referensi maupun acuan bagi kawan-kawan semua ketika ingin mendaki Gunung Kerinci.


Estimasi Perjalanan dari Kersik Tuo (Paiman Homestay) menuju Puncak Kerinci (kecepatan 5 orang, komposisi 4 cowok & 1 cewek ) :

- Homestay Paiman --> Pintu Rimba : 15 menit (termasuk dengan naik mobil dan jalan kaki menuju PR)
- Pintu Rimba --> Pos 1 Bangku Panjang : 20 menit
- Pos 1 Bangku Panjang --> Pos 2 Batu Lumut : 32 menit
- Pos 2 Batu Lumut --> Pos 3 Pondok Panorama : 49 menit
- Pos 3 Pondok Panorama --> Shelter 1 : 1 jam, 15 menit (termasuk makan siang)
- Shelter 1 --> Shelter 2 :  4 jam, 4 menit (termasuk makan sore)
- Shelter 2 --> Shelter 3 :  1 jam, 25 menit
- Shelter 3 --> Tugu Yuda : 3 Jam
- Tugu Yudha --> Puncak : 30 menit

Total waktu yang dibutuhkan : +/- 12 jam, 10 menit

Untuk menghitung estimasi waktu turunnya, kawan-kawan tinggal membagi 2 saja tiap waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tiap-tiap pos tersebut . Pastinya sih, turun itu lebih cepat dari naik yaa.. hehe

Rincian Biaya yang dibutuhkan (versi saya) :

Tgl 29 Juli 2014
Tiket Pesawat JKT-PDG (Singa Terbang) : Rp 815.700,- *
Airport Tax : Rp 40.000,- *
Makan di Airport : Rp 51.000,- *
Ojek dari Bandara ke Ulak Karang : Rp 40.000,- *
Belanja Logistik : Rp 11.000,- *
Kamar Hotel : Rp 225.000,- /malam*
Makan malam : Rp 13.000,-*


Tgl 30 Juli 2014
Sarapan Lontong Sayur : Rp 8.000,-*
Rokok dan minuman selama Padang menuju Kersik Tuo : Rp 19.000,-*
Makan siang RM.Padang : Rp 33.000,-*
Travel Ulak Karang - Homestay : Rp 150.000,-/orang
Tips : Rp 20.000,- *


Tgl 31 Juli 2014
Patungan beli gas : Rp 5.000,- (fyi harga gas di Homestay Rp 25.000,-/piece)
Transport ke Pintu Rimba : Rp 15.000,- (umumnya Rp 10.000 jika bukan lebaran)


Tgl 1 Agustus 2014
Beli kaos @ Rp 80.000,- dan 2 Gantungan kunci @ Rp 10.000,- : Rp 100.000,- *


Tgl 2 Agustus 2014
Travel dan bus Kersik Tuo - Jakarta : Rp 550.000,-/orang
Sewa & Makan Homestay Paiman : Rp 120.000,- /orang*
Makan siang : Rp 15.000,- *
Makan malam & teh : Rp 20.000,- *
Keperluan pribadi : Rp 25.000,- *


Tgl 3 Agustus 2014
Minum : Rp 10.000,- *
Makan malam Rm Si-Ma : Rp 35.000,- *

------------------------------------------------------------------------------------------------------ +

Total : Rp. 2.320.700,-


* Note : Harga ini tidak mengikat atau pasti, tergantung dari kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. 

Semoga bermanfaat..

Cheers....

RPR - Sang Petualang
(silahkan di-follow jika berkenan IG : @rezkirusian)