Senin, 21 November 2016

Danau Biru Cigaru di Tangerang

Beberapa waktu belakangan ini banyak beredar tentang keindahan sebuah danau bekas pertambangan pasir yang mempunyai warna air dan fenomena yang begitu indah layaknya Danau Kaolin yang di Belitung, atau Danau Kelimutu yang berada di Flores.

Alhasil, berbekal pengetahuan dari berbagai Blog dan bertanya pada kawan yang pernah kesana, jadilah kami berencana untuk "survey" kesana.


19 November 2016
Berkumpul di Stasiun Tanah Abang.
Sekitar pukul 07.45 WIB, saya sudah tiba di Stasiun Abang. Satu persatu kawan-kawan pun tiba. Jujur dari sekian yang hadir, sebenarnya hanya 2 orang saja yang memang sudah saya kenal. Sisanya benar-benar baru pertama kali bertemu. Tapi itulah serunya, menambah kawan-kawan baru! :D. 

Untuk menuju tempat Danau Biru Cigaru berada, bisa dengan menaiki KRL tujuan Maja dengan tarif Rp 6.000,-, dan jangan lupa turun di stasiun Tiga Raksa. Lama perjalanan sekitar 1,5 Jam.


Tiba di Stasiun Tiga Raksa 

Suasana di depan Stasiun Tiga Raksa
Sampai di Stasiun Tiga Raksa, ketika keluar kami langsung disambut oleh berbagai tukang ojek yang menawarkan jasanya untuk mengantar ke Danau Biru.

Bagi yang ingin benar-benar merasakan suasana Backpacker, saya sarankan segera ambil jalan ke kiri setelah keluar stasiun, lurus ikuti jalan hingga menemukan perempatan tempat perlintasan mobil, kemudian ambil kanan hingga menemukan Indomaret besar di sisi kanan jalan. Diseberangnya bisa kalian temukan Pangkalan Angkot berwarna Putih-Hijau Tozca jurusan Adiyasa - Balaraja, minta turun di SMAN 8 Tangerang/Cigaru.

Indomaret di sisi kanan jalan
Tempat angkot jurusan Adiyasa - Balaraja mangkal
Jika jumlah kalian banyak (diatas 10 orang) saya boleh saran agar kalian men-charter saja supaya bisa langsung jalan (harga silahkan nego). Karena pengalaman kami kemarin, ketika kami ingin naik normal (tanpa men-charter), kami harus menunggu agak lama setidaknya hingga angkot terisi penuh. Fyi tarifnya Rp 6.000,-/orang dengan lama perjalanan 30 menit menuju depan jalan SMAN 8 Cigaru.


Tiba di depan jalan menuju SMAN 8 Cigaru 

Turunnya disini yak.
Untuk menuju Danau Biru Cigaru, diperlukan waktu sekitar 45 menit berjalan kaki. atau silahkan naik ojek bagi kalian yang malas jalan (saya kurang paham harganya, tapi berkisar Rp 10.000 - Rp 15.000,- lah).

Karena ingin menghemat budget, kami pun memilih untuk berjalan kaki. Tidak ada salahnya juga, biar kalian lebih mengenal lingkungan yang akan dilalui. Di sepanjang jalan kalian bisa temui petak-petak sawah, kerbau, monyet-monyet yang bergelantungan kesana kemari,dll. Pokoknya seru lah, banyak pemandangan yang mungkin ga kalian temukan lagi di Jakarta. Ehehehhee

Jalannya sama , tapi ambil yang kiri saja karena lebih dekat
Ketika ada persimpangan jalan seperti foto di atas, silahkan ambil yang ke kiri (conblock) saja. Sebenarnya sih sama saja, tapi lebih singkat. Disini juga ada Masjid, silahkan bagi kalian yang ingin sholat atau sekedar beristirahat untuk singgah disini.

Terus saja ikuti jalan hingga menemukan Petunjuk arah menuju Danau Biru seperti dibawah ini :

Udah dekat nih kalau udah ketemu Plang ini

Setelah 30 menit berjalan kaki melewati berbagai petak sawah dan rumah-rumah warga, kalian akan tiba di "portal pertama", ditandai dengan adanya jembatan besar yang sedang dibangun. Pintu masuknya melalui jalan kecil disebelah jembatan yang dijaga oleh beberapa pemuda setempat. Disini kami hanya membayar seikhlasnya. Berhubung kami 9 orang, saya berikan saja Rp 20.000,- atau setidaknya Rp 2.000,-/orang. Kata mreka juga kalau pejalan kaki ya seikhlasnya saja.

Setelah melewati portal pertama, sebenanya sudah tidak terlalu jauh. Dimana nanti akan disambut kembali dengan Portal kedua yang dijaga juga oleh Pemuda setempat. Disini juga belum ada tarif resmi per-orangnya, namun berhubung kami rombongan, dikenakan biaya Rp 10.000,-/grup atau setara dengan parkir 1 mobil disana. Untuk motor dikenakan Rp 5.000,-

Alhamdulillah, sekitar pukul 13.05 WIB kami tiba di pinggir Danau Biru Cigaru dan langsung disuguhkan pemandangan yang indah. Siang itu agak mendung, jadinya tidak terlalu panas untuk kami berkeliling dan berfoto. 

Danau Biru Cigaru dengan kendahannya.
Di kawasan ini terdapat 4 danau yang sangat fotogenik untuk diabadikan. Saya lihat ada 2 yang berwarna hijau, dan 2 berwarna biru kehijau Tozca. Siang itu juga sedang terlalu ramai, jadinya hampir semua spot sangat ciamik dijadikan objek foto. Kira-kira inilah hasil jepretan saya selama disana..

Birunya seger banget.. (model by : Fia)

Disini disewakan perahu untuk objek foto juga
Awas jatoh! (model by : Vici)

Danau Biru yang agak mojok
Bagi kalian yang merasa lapar dan haus, tidak perlu khawatir karena disini terdapat banyak waung yang menawarkan aneka jajanan. Harganya pun murah meriah. Tapi tidak ada salahnya juga jika ingin bertanya terlebih dahulu yaa.. :D

Setelah puas berfoto-foto, sekitar pukul 14.45 WIB, kami berjalan kembali ke depan untuk mengambil angkot yang akan mengantar kami kembali menuju ke Stasiun Tiga Raksa. Dengan naiknya kami kembali menuju Stasiun Tanah Abang dan sekitarnya, berarti sekaligus mengakhiri petualangan kami di hari itu.

Fyi : Jika KRL jurusan MAJA-Tanah Abang telalu lama, kalian bisa gunakan Kereta Api Patas tujuan Angke dengan harga tiket Rp 8.000,- (tidak perlu TAP). Turun di Duri, kalian tinggal keluar kemudian masuk lagi (TAP) untuk menuju ke Stasiun Tanah Abang, Karet, Sudirman dan seterusnya (ambil arah BOGOR).

Salahnya kami kemarin, karena sudah terlanjur TAP di Tiga Raksa, kami jadi bayar Dobel.. hahaha -,-"


Rincian Pengeluaran (saya) :
-CL Tanah Abang - Maja : Rp 6.000,-
-Angkot Adiyasa - Balaraja PP : Rp 12.000,-/orang
-Makan Batagor/Siomay : Rp 5.000,-
-HTM  : sekitar Rp 3.000,-/orang (lihat keterangan di atas)
-Es Teh Manis : Rp 3.000,-
-Jajan Es Krim : Rp 3.000,-
-Kereta Patas arah Angke : Rp 8.000,-
-CL Tiga Raksa - Sudirman : Rp 6.000,- (karena terlanjur TAP sebelum beli tiket Patas)
--------------------------------------------------------------- +
Total : Rp 46.000,-*

*Biaya di atas tidak termasuk dengan ongkos PP menuju tempat Mipo. 

Alhasil, semoga informasi yang ada dapat bermanfaat bagi siapa pun yang ingin berkunjung kesana..
Aamiin!

Cheers,
RPR - Sang Petualang
(Silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)

Sampai jumpa di trip berikutnya!

Kamis, 13 Oktober 2016

Berburu Curug di Sentul

Bagi kawan-kawan yang hobi bermain air (nyurug), dengan biaya murah dan lokasi tidak jauh dari Ibukota Jakarta, saya rasa tujuan "ngayap" saya kali ini bisa menjadi referensi.

Sebenarnya ini kali kedua saya mengunjungi sebuah Curug yang mendadak terkenal di Sentul, Bogor. Curug Leuwi Hejo namanya. Dan saya yakin kawan-kawan pernah mendengar ataupun melihat foto-foto curug tersebut di berbagai media sosial. Hanya saja, kali ini saya akan lebih meng-explore beberapa Curug lain yang masih berada dalam satu kawasan dengan Curug Leuwi Hejo, yakni Curug Barong, Curug Leuwi Cepeut dan Leuwi Lieuk. Yuk disimak!


8 Oktober 2016
Awal Perjalanan
Berhubung sudah tahu bahwa jalan yang akan dilalui didominasi oleh jalan rusak, jadilah kami memiih untuk "motoran" kesana. Kebetulan jumlah kami juga 8 orang, jadi hanya perlu 4 motor untuk menuju kesana.

Sekitar pukul 07.00 WIB kurang, saya sudah tiba di tempat mipo yang kami rencanakan. Satu persatu kawan-kawan datang, dan baru pukul 08.00 WIB kami memulai perjalanan .


Rute Jalan :
Jalan Raya Bogor --> Cibinong (lewati Cibinong City Mall) --> Sentul (Arah Sirkuit) --> Perempatan The Jungle --> Pertigaan Gunung Pancar --> Babakan Madang --> Pintu Masuk Leuwi Hejo

Setelah melewati pertigaan jalan berbentuk "Y", dimana kekanan menuju Gunung Pancar, kita ambil kiri. Mulai dari sini jalanan akan mulai rusak, jadi harap ekstra berhati-hati. Siapkan juga beberapa uang receh, misal Rp 1.000,- an, karena akan ada beberapa "portal" dimana kita "diwajibkan" membayar untuk partisipasi jalan alias Pungli. Saat kami kesana, jumlah Pungli di jalanan sudah tidak sebanyak dulu, saya perhatikan hanya ada 4 pos. Silahkan jika mau dikasi per Pos, tapi saran saya yang benar-benar dirasa butuh saja seperti misalnya karena perbaikan jalan, bukan hanya sekedar "minta-minta".


Tiba di Rumah Pak RT

Tiba di rumah pak RT, langsung ngerujak
Sekitar pukul 10.00 WIB, kami tiba dengan selamat di rumah Pak RT. Posisinya tidak  begitu jauh dari parkiran utama Leuwi Hejo yang sangat ramai, lurus sedikit sekitar 50 meter, ketika ada turunan tajam siap-siap berbelok ke kanan. Kenapa saya pilih parkir disini? dikarenakan lebih nyaman, dan tidak terlalu ramai oleh pengunjung, sehingga kita bisa duduk-duduk di terasnya dengan leluasa sembari beristirahat. Disini juga terdapat Musholla bagi kawan-kawan yang ingin menunaikan Sholat. Bagi yang lapar atau haus, tersedia juga aneka jajanan.

Langsung masuk hutan
Setelah siap, sekitar pukul 10.30 WIB kami memulai perjalanan. Melewati kandang kambing, kami langsung disuguhkan jalan memasuki hutan. Belum lama kami berjalan, terdapat sebuah Pos dimana kami harus membayar HTM sebesar Rp 15.000,-/orang (wow! naik Rp 5.000,- dari tahun sebelumnya.. -,-). Jujur suasana jalur sudah agak berubah, saya yang pernah kesana pun jadi agak "keder". Berhubung kami ingin lebih dahulu menuju Leuwi Lieuk, kami mengambil jalan ke kanan terlebih dahulu. Disini langsung ada percabangan jalan, ambil yang ke bawah. Terus ikuti jalan setapak yang ada.

Kami terus mengikuti jalan yang ada hingga bertemu dengan 3 Akamsi (Anak Kampung Sini) yang menawarkan jasa guide . Berhubung saya baru pertama kali juga melewati jalan ini, jadilah kami minta diantar. Setelah melewati jalan-jalan hutan, tetiba kami masuk kembali ke area parkir motor, yang mana saya langsung paham ini merupakan areal parkir motor yang ramai (utama). Tidak lama melewati parkiran motor, kami langsung kembali naik ke atas dengan memotong jalan kecil. Kembali menyusuri jalan hutan hingga menemukan "Check Point" pertama yakni sebuah warung dengan banyak tangga kayu di depannya.

Saran :
- jika kalian ragu, minta saja diantar oleh mereka, setidaknya hingga menemukan jalan tangga berkayu (bisa dilihat di foto saya nanti). Karena setelah melewati tangga berkayu, jalanan sudah sangat jelas dan tidak memerlukan guide.

- Meskipun di awal tidak mematok harga, namun kalian harus pastikan jumlah yang akan kalian kasih ke mereka, saran saya kisaran Rp 20.000,- , maksimal Rp 30.000,- sudah sangat cukup (hitung saja seorang Rp 10.000,- ) . Karena jarak juga tidak terlalu jauh.

Jika sudah tiba disini, jasa guide tidak diperlukan lagi.

Curug Leuwi Cepeut sudah terlihat
Setelah memisahkan diri dari para Akamsi, kami tinggal menaiki tangga kayu sedikit lagi saja untuk menuju gerbang masuk Leuwi Lieuk dan Leuwi Cepeut. Ya, ditandai dengan adanya gapura kecil dengan warung disebelahnya. Disini juga kita harus membayar HTM, yakni Rp 5.000,-/orang. Dari warung, untuk menuju Leuwi Cepeut dan Lieuk sudah sangat jelas jalurnya. Tinggal menuruni tangga hingga bertemu jembatan penyeberangan. Jika ingin ke Leuwi Cepeut dulu, silahkan langsung naik sedikit ke atas kemudian turun lagi ke bawah, namun karena kami ingin ke Leuwi Lieuk terlebih dahulu, kami memilih menyeberangi jembatan.

Dari jembatan, kalian tinggal berjalan sedikit ke atas dengan melintasi berbagai macam warung yang ada disana. Kebetulan memang jalannya harus melintasi warung. Papan petunjuk juga sudah ada. Jika saya hitung, kira-kira hanya butuh waktu sekitar 5 menit saja dari jembatan menuju Curug Leuwi Lieuk.


A. Curug Leuwi Lieuk

Curug Leuwi Lieuk (doc by Peppy)
Alhamdulillah sekitar pukul 11.37 WIB, kami tiba di salah satu surga tersembunyi di Sentul, Bogor. Curug Leuwi Lieuk ini bisa dibilang "Mini" dari Green Canyon yang berada di Pangandaran. Dengan dinding-dinding batu yang masih alami dan air yang berwarna hijau tozca, pastinya membuat siapa pun yang berkunjung ingin berlama-lama menikmati suasana dan bermain air didalamnya. Bagi yang ingin menguji adrenalin, kalian bisa coba untuk menaiki batu dan meloncat dari atas. Pastikan kalian bisa berenang ya, karena di ujung Curug Leuwi Lieuk ini cukup dalam, ada sekitar 3 meter. Dibanding Curug-curug yang akan kami kunjungi setelahnya, curug ini tidak terlalu ramai dengan pengunjung. Yah mungkin dikarenakan untuk mencapainya butuh "perjuangan" juga sehingga tidak semua orang ingin kemari.


B. Curug Leuwi Cepeut

Curug Leuwi Cepeut
Setelah puas bermain-main di Curug Leuwi Lieuk, kami bergerak kembali ke arah jembatan untuk menyambangi "adiknya". Kira-kira hanya butuh sekitar 2 menit saja dari Leuwi Lieuk untuk menuju Leuwi Cepeut. Disini suasana jauh lebih ramai. Kedalamannya juga tidak seperti Leuwi Lieuk, paling hanya kisaran 1 meter lebih sedikit. Tentunya lebih aman bagi kamu-kamu yang tidak bisa berenang untuk bermain-main disini. Oiya,tetap perhatikan barang-barang ya guys, karena disini cukup ramai. Meskipun ada tempat penitipan yang disediakan, namun penjaganya tidak mungkin juga memperhatikan barang kalian satu persatu. :)

Berhubung hari sudah mulai hujan rintik-rintik, kami segera bergerak menuju 2 sisa curug lainnya agar "misi" hari itu tercapai semua. Untuk menuju Curug Barong dan Leuwi Hejo, kami melewati jalur yang berbeda dari arah datang. Yakni dari arah Leuwi Lieuk (ada warung terakhir) kalian tinggal ambil jalan lurus dan ikutin jalan mengarah pada bukit (sekali lagi jika ragu silahkan bertanya, atau cari tulisan "Arah Pulang"). Di pinggir bukit ini pemandangannya cukup bagus, sehingga tidak ada salahnya jika kalian berfoto.

Foto dengan Background Bukit (Doc by Peppy)

Jalur yang dilalui
Lanjut!
Kami kembali menuruni jalan berbukit dan bertangga untuk menuju destinasi selanjutnya. Jalur disini masih melewati hutan, dan juga agak licin (terutama karena sempat hujan juga tadi), jadi pastikan kalian berhati-hati dalam melangkah . Patokannya ketika kalian sudah mendekati Curug Barong adalah ketika kalian bertemu turunan tajam dengan tanjakan terjal di depannya. Dimana jalan akan terbagi menjadi 4 arah. Dari arah kalian datang, kekiri adalah menuju Curug Barong. Ke kanan adalah Curug Leuwi Hejo. Nah kalau lurus jujur saya kurang paham, tapi tampaknya kemarin ada yang datang dari arah situ. Sebenarnya ada papan petunjuk jalan juga, namun tidak terlalu terlihat jika dari arah kami datang. Maka, berbeloklah kami terlebih dahulu untuk "mencicipi" Curug Barong.


C. Curug Barong

Segarnya Curug Barong
Curug Barong ditandai dengan adanya berbagai batu-batu besar. Tampaknya sih kemarin kami tidak benar-benar berada di bagian atasnya Curug Barong, tapi bisa bermain di spot yang ini saja rasanya sudah sangat senang sekali. Seperti biasa airnya dingin-dingin sejuk, dan juga tidak terlalu dalam. Di Curug Barong inilah kami benar-benar menikmati suasana sore itu karena kami semua akhirnya nyebur tanpa terkecuali. Asiknya lagi, disitu sangat sepi, sehingga Curug benar-benar terasa seperti milik sendiri. ^^


D. Curug Leuwi Hejo

Curug Leuwi Hejo, segar!!
Curug Leuwi Hejo menjadi destinasi terakhir kami di hari itu. Tinggal menyeberang dari arah Curug Barong, kemudian mengikuti jalan yang menurun sekitar 3 menit, kami sudah tiba di Curug Leuwi Hejo yang sangat populer itu. Dan seperti biasa Curug ini cukup ramai. Disini banyak dari kami tidak "menyeburkan" diri, entah karena memang sudah terlalu capek, atau memang sudah malas melihat ramainya Curug . Meskipun yaa, menurut saya yang kemarin itu tidak seramai dari kunjungan saya setahun yang lalu. Disini juga kami menghabiskan waktu dengan ngopi sekaligus memasak aneka Mie, karena tanpa terasa perut sudah mulai lapar.


Untuk arah kembali ke parkiran rumah Pak RT, sebenarnya saya ingin kembali mencoba jalur melewati tepian sawah seperti kunjungan saya setahun yang lalu. Namun apa daya, niat itu harus dikubur karena mendadak saya "keder" karena keadaan sudah sangat berubah. Sepertinya jalannya tertutup oleh warung T-T. Jadilah kami kembali ke parkiran dengan melewati jembatan terdekat dari Curug Leuwi Hejo  mengarah ke parkiran yang ramai (utama) ditandai dengan adanya banyak warung untuk singgah, yang kemudian berbelok ke jalan kecil kembali ke jalan yang dilalui bersama para Akamsi tadi pagi.

Alhamdulillah, jauh sebelum adzan Maghrib berkumandang, sekitar pukul 16.30-an kami sudah tiba kembali di rumah Pak RT, dan bersiap-siap untuk pulang menuju Jakarta dan rumah masing-masing.

*Rincian Pengeluaran* :

- Bensin : Rp 15.000,-
- Pungutan "partisipasi" jalan : Rp 2.000,-
- HTM Leuwi Hejo & Barong : Rp 15.000,-/orang **
- HTM Curug Leuwi Lieuk & Cepeut : Rp 5.000,-/orang
- Guide Akamsi : Rp 20.000,-/8 : Rp 2.500,-/orang
- Parkir : Rp 5.000,-/motor
- Mandi : Rp 2.000,-/masuk
- Makan menjelang sore (Mie Goreng Telur & Susu Jahe) : Rp 11.000,-
- Makan Malam dekat Sentul ( Pecel Ayam + Es Teh Manis) : Rp 24.000,-
------------------------------------------------------------------------------+
Total : Rp 81.500,- *

*Biaya tersebut tidak termasuk ongkos dari rumah masing-masing ke Mipo PP

**Pengalaman saya setahun lalu, jika kita mengunjungi Taman Wisata Alam (TWA) ini dari bawah (urutan Leuwi Hejo - Barong - Cepeut - Lieuk), entah mengapa sebelum memasuki Leuwi Hejo akan diminta bayar lagi sebesar Rp 5.000,-/orang ( padahal sudah bayar di awal dengan tulisan Curug Leuwi Hejo & Barong), yang mana jadinya biaya untuk masuk Leuwi Hejo & Barong saja sudah bisa Rp 20.000,-/orang?? Please deeeeeh!!

Ternyata, ada untungnya juga kami memutar jalur sehingga tidak harus membayar 3x. Hmmmm (mikir).

Jadi, sekian dulu tentang perjalanan singkat kami berburu Curug di Sentul dan sekitarnya. Tidak ada salahnya juga kapan-kapan kalian mencoba kemari, tentunya pastikan kendaraan kalian dalam kondisi prima . Dan ingat, urungkan niat bermain air jika debit air sudah tinggi. Apalagi jika hujan deras sudah turun. Safety first selalu kawan.

Semoga bermanfaat, Terima kasih!

Cheers,
RPR - Sang Petualang
(Silahkan di-follow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)

Jumat, 02 September 2016

"Get Lost" di Sulawesi Selatan

Tulisan berikut merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya yakni "Menginjakkan kaki di atap Sulawesi". Situasinya masih bermula dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar, hanya saja jumlah kami tinggal 10 orang setelah 3 orang kawan (Choky, Rudy, Kak Gemi) pulang duluan serta Bang Ryan selaku Guide pamit.


18 Agustus 2016
Rumah Kawan

Pagi itu kami berencana untuk mengunjungi Taman Wisata Alam Bantimurung yang berada di Maros. Alhamdulillahnya, ada seorang kawan yang berbaik hati untuk "menampung kami" sehingga kami tidak perlu jalan sembari menenteng para "kulkas" (You know what i mean lah yaaa..).

Rumahnya tidak begitu jauh dari Bandara, sekitar 10-15 menit . Dan baru pagi itu pula kami mencoba taksi bandara yang berbentuk mobil pribadi. Unik juga, selain taksi yang bentuknya mirip-mirip seperti di Jakarta,  di bandara tersedia berbagai macam taksi dalam bentuk kendaraan pribadi. System pemesanannya pun tinggal memencet tombol di counter pemesanan. Tapi ya harap maklum , suasananya akan ramai seperti di pasar karena Bapak-Bapak ini pastinya berebut mengambil hati penumpang. ^^

Berhubung kami 10 orang dengan tambahan barang, dipesanlah 2 mobil dengan tarif Rp 100.000,-/mobilnya. Bapak Sopirnya sangat ramah, beliau langsung membantu kami memasukkan barang dan mengemudikan kendaraan sembari mencari alamat yang kami tuju.

Tiba di rumah kawan, kami langsung membagi "kavling" dan langsung bersih-bersih, ada pula yang langsung mencuci pakaian, sebut saja Jawir.hahhaha. Sembari menunggu giliran mandi, saya pun sempat tidur-tiduran (dan nyaris ketiduran). Aaaah enak sekali sudah lama tidak merasakan kasur empuk.

Setelah semua siap, kami bergegas menuju Taman Wisata Alam Bantimurung. Jujur di depan rumah kawan ini agak sulit mencari angkot sehingga akhirnya kami memesan "mobil aplikasi" untuk menuju Taman Wisata Alam Bantimurung.


E. Taman Wisata Alam Bantimurung

Pintu Masuk Taman Nasional Bantimurung
Sekitar pukul 12.30 WITA, kami tiba di depan pintu masuk TWA Bantimurung. Dari luar, sekilas suasana mirip-mirip seperti Kebun Binatang Ragunan yang ada di Jakarta. ^^.

Saat baca-baca info di dekat pintu masuk, dan melihat keadaan sekeliling. TWA Bantimurung ini rupanya merupakan tempat penangkaran bagi berbagai jenis kupu-kupu. Hanya saja dikombinasi dengan berbagai wisata alam seperti Curug, Kolam renang,bahkan aneka macam Goa yang bisa dikunjungi. Wow! Saya pikir andaikan punya waktu lebih panjang, seru juga jika bisa menjelajah semua wahana yang ada disini.

Museum Kupu-Kupu (doc by Riska Icha)
HTM untuk masuk kemari dikenakan Rp 25.000,-/orang. Ketika berjalan beberapa meter ke dalam, di sebelah kanan dapat dilihat ada museum Kupu-Kupu. Dijual juga berbagai macam souvenir Kupu-Kupu langka yang telat diawetkan didalamnya. HTM Rp 5.000,-/orang jika ingin masuk.

Lanjut! Bergerak ke depan, disebelah kiri dapat dilihat kolam berwarna biru terang. Kolam Jamala namanya. Menurut plangnya, kolam ini dipercaya bisa membuat enteng jodoh bagi siapa pun yang membasuh muka atau sekedar mencuci tangan didalamnya. Bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya?

Kolam Jamala dengan modelnya.. #eh
Berjalan lebih ke depan bisa ditemui adanya kolam renang (mirip-mirip Taman Impian Jaya Ancol), Lorong yang cukup teduh dan sepertinya asik buat tempat pacaran (cieeeee) dan diujungnya bisa kita lihat ada Curug yang sangat segar untuk bermain air.
Landmark TWA Bantimurung (Doc by Lia)

Kolam renang
Lorong teduh

Curug di TWA  Bantimurung
Pintu masuk Goa Mimpi
Sebenarnya ada dua goa yang terdapat di dalam TWA Bantimurung, yakni Goa Batu dan Goa Mimpi. Namun sayang karena keterbatasan waktu dan harus mengejar ke Rammang-Rammang sebelum hari gelap, jadilah saya hanya memotret pintu masuknya saja dari luar. Selesai dari Bantimurung, kami bergerak kembali menuju parkiran untuk menuju angkot yang sudah kami pesan untuk mengantarkan kami menuju Rammang - Rammang. Kena Rp 120.000,- kalau tidak salah.

Oiya, bagi kalian yang ingin mencari oleh-oleh dari TWA Bantimurung, di tempat parkir ini dijajakkan berbagai macam oleh-oleh berupa Kupu-kupu (mungkin sudah jadi jasad kali yaa) yang telah diawetkan. Ada yang dalam bentuk gantungan kunci seharga Rp 15.000,- per 2 pcs, ada juga yang sudah dibingkai dalam pigura. Dengan harga bervariasi juga tentunya. Pintar-pintar saja untuk menawar.

Aneka oleh-oleh dari TWA Bantimurung

F. Rammang - Rammang

Dermaga 01/Perintis menuju Rammang Rammang
Saat menuju Rammang - Rammang kami hanya tinggal 8 orang karena 2 kawan (Anhar & Ismail) sudah harus mengejar pesawat mereka menuju Jakarta malam ini. Di Bantimurung tadi juga terakhir kami berjumpa dengan Bang Ryan (Guide kami di Latimojong) yang tetiba datang untuk mengantar kaos pesanan kami. Makasi ya bang Bro.. semoga bisa ketemu lagi lain kesempatan.. ;).

Perjalanan menyusuri Rammang - Rammang
Ternyata cukup jauh untuk menuju Rammang - Rammang, sekitar pukul 15.45 WITA kami baru tiba di dermaga dan langsung disambut oleh Pak Harris (0812 410 29 609) . Disini kami menyewa perahu untuk kami ber-8 dengan harga sewa Rp 250.000,- . Perjalanan di wisata ini adalah menyusuri sungai (mungkin rawa tepatnya) dengan pemandangan berbagai bukit batuan Karst di depannya. Bisa dilihat juga sesekali ada Rombongan bebek dan hewan-hewan unggas lainnya yang melintas. Jika melihat ke udara, terlihat elang dengan gagahnya terbang kesana kemari menguasai udara. Dan ketika sudah melewati lintasan berupa terowongan, artinya kita sudah dekat dengan tujuan, yakni Kampung Berua.

8 orang yang tersisa, lengkap dengan Pak Harris dan Sopir Angkot
Sudah akan memasuki Kampung Berua

G. Kampung Berua

Papan Penunjuk arah Kampung Berua
Kampung yang satu ini memang agak tersembunyi, karena untuk mencapainya harus menaiki perahu terlebih dahulu melewati Rammang-Rammang.

Rombongan tiba sekitar pukul 16.15 WITA. Oiya, dikenakan HTM Rp 2.500,-/orang untuk bisa menjelajah kampung yang dikelilingi oleh bukit batuan Karst ini. Suasana disini sangat sejuk dan asri. Ingin rasanya suatu saat bisa bermalam dan merasakan indahnya sunrise di kampung ini. Berikut beberapa view menarik yang saya ambil.

Sekilas landscape Kampung Berua
View lain
Setelah puas jalan-jalan dan berfoto didalamnya, tujuan kami berikutnya adalah Pantai Losari di Kota Makassar. Oiya, biaya parkir dikenakan Rp 10.000,-/mobil sebelum keluar dari area dermaga.


H. Pallu Basa Datumuseng & Mie Titi - Pantai Losari

Pallu Basa Datumuseng & Nasinya. Sedap!
Untuk menuju Pantai Losari, kami kembali men-charter angkot (yang sama), dengan tarif Rp 130.000,- dari Rammang - Rammang. Sekitar Pukul 19.40 WITA kami sudah tiba di dekat Pantai Losari. Namun, kami tidak langsung berfoto, namun mencari kuliner dulu karena kami pun sudah lapar. Beberapa kawan tertarik mencoba Mie Titi, namun saya yang sudah merasa "butuh" nasi pun memilih untuk mencoba Pallu Basah Datumuseng. Bisa dibilang sejenis Sup daging berkuah (dengan santan) yang sambalnya bisa ditakar sendiri (saran saya jangan banyak-banyak, karena sambalnya pedas sekali !). Nah, cara makanya lebih kurang seperti Soto, bisa dicampur dengan nasi.Seporisi dihargai Rp 20.000,- dan Nasinya Rp 5.000,-. Barulah setelah kenyang mengisi perut, kami berfoto dengan pantai Iconic yang berada di pusat kota Makassar ini.
Belum sah ke Makassar jika belum foto disini!
Malamnya, kami kembali menginap di rumah kawan dengan menggunakan mobil aplikasi untuk persiapan esok pagi menuju Tanjung Bira.


19 Agustus 2016
Menuju Tanjung Bira, singgah di Terminal Malengkeri

Terminal Malengkeri, Gowa
Pagi sekitar pukul 09.30 WITA, kami pamit dari rumah kawan menuju Tanjung Bira. Menurut info dari beberapa orang yang kami tanya ketika di Losari, dan kami konfirmasikan ulang ke Pak Rustan selaku driver mobil aplikasi yang saya tumpangi, ternyata memang tidak ada kendaraan yang bisa langsung menuju Tanjung Bira. Sehingga kami harus tetap singgah di Terminal Malengkeri untuk mencari kendaraan menuju Tanjung Bira.


Pak Samad (berpeci) dan mobil yang kami tumpangi
10.15 WITA, mobil yang saya tumpangi tiba terlebih dahulu di terminal dan dengan ditemani Pak Rustan kami langsung mencari info soal bus menuju Tanjung Bira. Sayang disayang, bus menuju Tanjung Bira sudah jalan sekitar 09.00 WITA tadi, dan baru ada lagi esok hari. Saat itulah kami berkenalan dengan Pak Samad, bisa dibilang "calo" nya terminal Malengkeri. Dengan perawakannya yang tinggi besar, jujur saya sempat takut salah ngomong , tapi beruntungnya ternyata beliau sangat baik dan ramah. See? Don't judge a book by it's cover lah yaaa..

Awalnya kami ditawari untuk menyewa 2 Avanza dengan tarif Rp 500.000,- per mobil. Tapi berhubung kami ingin bareng-bareng dalam 1 mobil saja, akhirnya disepakati sebuah Kijang Krista untuk kami ber 8 plus barang-barang dengan harga Rp 700.000,- menuju Tanjung Bira.

Setelah memastikan bahwa kami tidak akan dimintai biaya lagi di sepanjang jalan (Pak Samad sampai memanggil Pak Hajar sang sopir ke hadapan kami untuk mengkonfirmasi), kami menyerahkan sebagian tarif sebagai DP dan langsung pamit berangkat setelah rombongan kedua tiba. Sekitar pukul 10.40 WITA kalau tidak salah.


Perjalanan Menuju Tanjung Bira
Berhubung hari itu hari Jum'at, menjelang adzan kami sempat mampir untuk Jum'at-an terlebih dahulu. Kalau tidak salah setelah melewati Kabupaten Takalar. Perjalanan pun lanjut setelah selesai Jum'at-an.

Mampir di rumah makan di Kab.Bantaeng
Sekitar pukul 14.32 WITA, laut sudah terlihat di sebelah kanan yang menandakan kami sudah memasuki kabupaten Bantaeng. Disitu pun kami makan siang di restoran yang memang sudah menjadi langganannya para driver ini. sekitar 15.28 WITA kembali melanjutkan perjalanan. Pemandangan saat itu menjadi semakin indah karena view yang kami lihat berganti-gantian dari ladang warga kemudian pantai dan seterusnya. Tak lama sekitar pukul 16.06 kami sudah memasuki Kabupaten Bulukumba, yang artinya tidak lama lagi akan mencapai Tanjung Bira.


I. Tanjung Bira

Di depan Homestay Salassa
17.03 WITA, memasuki Tanjung Bira, kami dikenakan biaya Rp 15.000,-/orang dan parkir mobil Rp 10.000,-. Ternyata Homestay tujuan kami (Salassa) tidak jauh berada dari pintu masuk sehingga tepat pukul 17.07 WITA, kami sudah tiba di depan penginapan. Akhirnya, Tanjung Bira!!

Setelah menurunkan barang-barang, Pak Hajar pamit. Rencananya besok beliau akan menjemput lagi kami disini setelah mendapat kabar jam kepulangan dari kami. Setelah proses registrasi selesai, kami langsung menuju kamar untuk menaruh barang-barang dan berencana berburu Sunsets di pantai yang katanya merupakan salah satu pantai terindah di Indonesia ini (kata kawan-kawan saya yang pernah kesini lho yaa..)

Bagian dalam Salassa
Bagi kawan-kawan yang ingin menginap di Salassa , bisa menghubungi no. 0812 426 5672 , 0813 5463 4200, atau 0811 444 8804, bisa juga email ke sallassaguesthouse@yahoo.com atau salassaguesthouse@yahoo.com (silahkan dicoba saja keduanya, takut salah) . Saat itu kami dikenakan tarif Rp 730.000,-/hari untuk dua kamar, yakni 1 kamar untuk 3 orang (Included 1 extra Bed) dan 1 kamar seperti mini Bungalow yang bisa diisi 5 orang (saya kurang tau pasti extra bed-nya berapa disini karena di kamar cewek...haha) . Sempat kena charge tambahan  Rp 50.000,- karena keluar melebihi jam Check Out.

Asiknya , Homestay kami hanya berjarak sekitar 500 meter-an dari bibir pantai, sehingga sore itu kami bisa menyaksikan Sunsets yang begitu indah sembari bermain-main di tepi pantai (kebetulan saat itu air laut sedang surut). Berikut beberapa foto yang tertangkap oleh saya.

Sunsets!

Terlihat air laut yang sedang surut
View malam dengan background restoran Kapal
Setelah puas bermain-main di pantai hingga hari sudah larut, kami yang kembali kelaparan ini memutuskan untuk membeli beberapa logistik seperti beras dan beberapa telur untuk kami masak sendiri di pekarangan Homestay . Kebetulan juga sisa gas dari pendakian Latimojong masih ada dua, jadi sekalian saja dihabiskan, itung-itung ngirit budget lah!


20 Agustus 2016
J. Pulau Penyu - Penangkaran Penyu

Pagi-pagi sekali kami sudah terbangun, kemudian bersiap-siap dan segera sarapan untuk mengejar agenda kami hari ini. Waktunya main air !

Setelah menyelesaikan sarapan, kami bergerak menuju ke arah bibir pantai untuk bertemu dengan salah seorang penyedia jasa wahana air di sekitar pantai. Dikenakanlah biaya Rp 350.000,- untuk kami ber 8 bermain air lengkap dengan Life Jacket dan Snorkel.

Dermaga Pulau Penyu
Pukul 09.30 WITA, kami tiba di dermaga pulau penyu, jujur disini kami tidak mendapat Spot yang bagus untuk Snorkel, selain itu karena misskom, alhasil si Bapak Perahu hanya akan meminjamkan 5 alat saja, padahal kami 8 orang.

Sempat terjadi adu mulut antara beberapa kawan dengan si Bapak Perahu. Karena menurut info dari Boss-nya, seharusnya kami mendapat tempat untuk Snorkeling dan 8 Snorkel. Kami  tidak mau tahu karena itu bukan kesalahan kami. Si Bapak pun akhirnya menelpon sang Boss. Akhirnya alat Snorkel pun didapat 8 buah, tapi tetap kami tidak dapat Spot untuk Snorkling dan Bapak Perahu pun segera melesat pergi dengan sebelumnya sudah bertanya "mau dijemput jam berapa?"

Pastinya kami tidak puas dengan yang terjadi saat itu, tapi yaa apa mau dikata? Tidak ada maksud untuk menjelekkan sebuah pelayanan di suatu daerah, namun memang itu yang sempat terjadi pada kami, dan bukan berarti tidak mungkin terjadi pada kalian saat kesana.

Saran saya, sebelum mulai beraktivitas, apalagi di daerah baru, sebaiknya tanyakan dulu dengan jelas apa saja yang termasuk dalam paketan yang kalian ambil, termasuk jumlah destinasi, dan berapa jumlah alat yang memang disewakan. jangan lupa juga minta konfirmasi antara si Boss dengan anak buahnya yang akan membawa kalian. Bukannya apa-apa, agar tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan yang ujung-ujungnya pasti merugikan pengguna.

But, the show must go on...

Penangkaran Penyu (Atap merah)
Pagi itu kami menghabiskan waktu bermain-main dengan 4 penyu berukuran raksasa yang berada tidak jauh dari dermaga (bisa dilihat bangunan beratap merah).

Untuk bisa masuk dan bermain didalamnya, dikenakan lagi biaya Rp 10.000,-/orang. Setelah menaruh barang-barang dalam posisi yang aman, kami pun secara bergantian turun ke kolam tempat penyu-penyu tersebut berada. Alhamdulillahnya, penyu-penyu disini sangat jinak, sehingga mereka tidak merasa terganggu dengan kehadiran kami yang sempat heboh di kolam mereka. Berikut beberapa keseruan di penangkaran penyu tersebut.

Turunnya dari tangga ini
Santai dulu ah main sama si penyu. (doc by Riska Icha)
Dikelilingi penyu raksasa (doc by Riska Icha)
Tidak terasa, waktu pun berlalu begitu cepat saking asyiknya kami bermain dengan para penyu. Sekitar pukul 10.54 WITA, kami sudah dijemput kembali oleh si Bapak Perahu untuk menuju destinasi berikutnya, yang mana akan menjadi destinasi terakhir kami di Tanjung Bira, yakni Pulau Bara dengan pantai pasir putihnya yang eksotis.


K. Pantai Pasir Putih Pulau Bara

Pantai Pasir Putih Pulau Bara
Sekitar pukul 11.08 WITA, kami tiba di Pantai pasir Putih Pulau Bara. Wow, pantainya sangat jernih, airnya biru dengan campuran hijau tozca. Pasirnya sangat putih dan halus, dan membuat saya jadi pengen "jumpalitan" diatasnya. ^^ Di Pantai yang cantik dan masih sepi dengan penduduk ini, tidak banyak yang kami lakukan selain bermain air dan foto-foto. Senam SKJ'88 pun kami lakukan demi meluapkan energi yang sepertinya sedang banyak ini. hahaha
Berikut gambaran suasana disana dan beberapa keseruan yang terjadi..

Seru-seruan di Pantai Pasir Putih
View lain pantai
Setelah puas bermain air, kami pun segera kembali menuju penginapan agar tidak terlalu terlambat untuk Check Out. Belum lagi pastinya kami juga harus mandi, guna menyegarkan diri menempuh perjalanan jauh untuk kembali ke Makassar.

Berhubung pagi sudah dihubungi saat sarapan, Pak Hajar selaku driver pun sudah tiba di penginapan. Pukul 13.52 WITA, setelah menyelesaikan segala administrasi penginapan, dan dengan melajunya mobil Pak Hajar yang kami tumpangi, maka berakhirlah petualangan kami di Tanjung Bira.

Bye Tanjung Bira, semoga bisa kesana lagi di lain waktu..!!

Liburan kami pun tak terasa sebentar lagi akan usai, namun masih ada yang sedikit mengganjal karena kami belum kesampaian untuk makan Pisang Epe yang berada di pinggir Pantai Losari, sekaligus membeli oleh-oleh di Toko Unggul yang tidak jauh dari Pantai.

Selama di perjalanan menuju Makassar, tidak banyak suara-suara yang kami buat, karena memang sepertinya sudah pada capek. Saya yang masih terjaga pun menemani Pak Hajar sembari mengobrol sepanjang jalan.

Pukul 19.23 WITA, setelah melalui perjalanan yang panjang plus macet dari Tanjung Bira, Alhamdulillah kami tiba di dekat Terminal Malengkeri dan berniat charter angkot untuk menuju Pantai Losari. Disepakatilah harga Rp 50.000,- dengan asumsi Rp 5.000,-/orang ditambah lebihnya Rp 10.000,-. Maka setelah menaruh barang-barang, kami pun berpamitan dengan Pak Hajar dan melaju menuju Pantai Losari untuk kedua kalinya.


L. Pisang Epe, Toko Oleh-Oleh Unggul (Pantai Losari)

Pisang Epe Keju Susu
Saat kami tiba disana (Pukul 20.15 WITA) suasana Pantai Losari sedang sangat ramai. Tidak bisa dipungkiri karena memang saat itu sedang malam minggu. Jadi jangan heran jikalau banyak muda mudi yang wara-wiri di sekitar pantai. Di sekitar pantai banyak bisa ditemui pedagang yang menjual Pisang Epe, tapi pintar-pintar juga mencari lapak yang enak ya, sehingga betah nongkrongnya. Pisang Epe seperti disamping ini dihargai Rp 10.000,-/porsi dengan teh manis hangat Rp 5.000,-/gelas.

Toko Kerajinan Unggul
Berhubung kami masih ingin mencari oleh-oleh, tidak lama setelah menyantap Pisang Epe, kami bergerak menuju Toko Oleh-Oleh Unggul yang berada tidak jauh dari tempat kami makan. Kalau dari depan Hotel Losari Beach, tinggal lurus saja hingga bertemu pertigaan besar, kemudian ambil belok kanan. Toko ini menyediakan aneka macam oleh-oleh Makassar, terutama yang bersifat umum bisa kalian temui disini (beberapa memang harus dari daerahnya langsung). Mulai dari Kopi Toraja, Kain tenun, Sarung, Aneka gelang, gantungan kunci, baju kaos, makanan dan cemilan khas, serta tas dan dompet yang bisa kalian dapatkan dengan harga yang relatif terjangkau.
 
Setelah puas berbelanja dan toko pun sudah tutup, kami kembali ke tempat Pisang Epe dimana Ardy Jawir masih setia menunggui Tas dan Carrier kami. Berhubung jam keberangkatan pesawat menuju Jakarta masih lama, kami memilih untuk bersantai sejenak sembari menikmati suasana tepi pantai.

Tak terasa, di Pantai Losari inilah petualangan kami akan berakhir. Aaaaah, rasanya waktu cepat sekali berlalu. 


21 Agustus 2016

Bye Makassar, hope to see u again!
Maka dengan kami menuju Bandara setelahnya, dan esoknya menaiki pesawat masing-masing untuk kembali ke Jakarta, berakhirlah sudah petualangan kami selama 8 hari menjelajah Sulawesi Selatan. Ingin sekali rasanya suatu saat saya kembali kesini. Semoga saja. Aamiin.

Foto disamping inilah yang menjadi saksi bisu saat pesawat yang saya tumpangin akan lepas landas dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar menuju Bandara Soekarno- Hatta, Jakarta. ;)






Rincian Pengeluaran Taman Wisata Alam Bantimurung (10 orang) :

-Sewa 2 Mobil Bandara - Rumah Kawan @ 100.000 : Rp 200.000,-
-2 Mobil aplikasi Rumah Kawan -Bantimurung + parkir : Rp 160.000,-
-Makan siang di Bantimurung (Bakso+Soto) : Rp 231.000,-
-HTM Bantimurung @ 25.000 : Rp 225.000,- (nego)
-Angkot ke Rammang-Rammang : Rp 120.000,-
-Ongkos tambahan untuk kawan yang balik duluan : Rp 50.000,-
----------------------------------------------------------------------+
Total : Rp 986.000,-/10 orang = Rp 98.600,-/orang


Rincian Pengeluaran Rammang-Rammang + Pantai Losari + Tanjung Bira (8 orang) :

-Sewa perahu di Rammang-Rammang : Rp 250.000,-
-Angkot Rammang-Rammang --> Pantai Losari : Rp 130.000,-
-Parkir Rammang-Rammang : Rp 10.000,-
-Makan Pallu Basa Datumuseng : Rp 205.000,-
-Mie Titie : Rp 27.000,-
-Mobil Aplikasi Pantai Losari --> Rumah Kawan : Rp 50.000,-
-2 Mobil Aplikasi Rumah Kawan - Terminal Malengkeri @50.000 : Rp 100.000,-
-Tips Keamanan Rumah Kawan : Rp 100.000,-
-Sewa mobil ke Tanjung Bira (Kijang Krista-Pak Hajar) : Rp 700.000,-
-Makan siang di Bantaeng : Rp 253.000,-
-HTM Tanjung Bira plus parkir @15.000/orang, parkir @10.000/mobil : Rp 130.000,-
-Penginapan Salassa 2 kamar (Tanjung Bira) , termasuk charge 50.000 : Rp 780.000,-
-Paket Snorkeling : Rp 350.000,-
-Belanja Logistik makan malam : Rp 82.000,-
-HTM Penangkaran Penyu @10.000/orang : Rp 80.000,-
-Sewa mobil ke Terminal Malengkeri (Pak Hajar) : Rp 600.000,-
-Charter angkot ke Pantai Losari : Rp 50.000,-
-2 mobil Aplikasi Pantai Losari - Bandara @85.000 : Rp 170.000,-
---------------------------------------------------------------------------------+
Total : Rp 4.067.000,-/8 orang = Rp 508.375,-/orang


Pengeluaran Pribadi (13 Agustus - 21 Agustus 2016) :

-Jajan dari Bandara menuju Baraka : Rp 26.500,-
-Kopi Enrekang 2 Packs @5.000 : Rp 10.000,-
-Jajan selama di Toraja : Rp 28.000,-
-Souvenir Toraja : Rp 20.000,-
-Kopi Toraja Arabica : Rp 35.000,-
-Teh Susu Bandara : Rp 15.000,-
-Kaos Latimojong lengan panjang (pesan) : Rp 90.000,-
-Snack Bira @5.000 : Rp 10.000,-
-Souvenir Kerang Bira (4) : Rp 10.000,-
-Makan siang di A & Y Sop Saudara (menuju Makassar) : Rp 35.000,-
-Pisang Epe dan Teh Manis hangat : Rp 15.000,-
-Oleh-oleh Toko Unggul : Rp 66.500,-
-------------------------------------------------------+
Total : Rp 361.000,-


Total Pengeluaran Trip Sulawesi Selatan 13 Agustus 2016 - 21 Agustus 2016 (Saya) :

-Rantemario + Tana Toraja : Rp 700.770,-
-Taman Wisata Alam Bantimurung : Rp 98.600,-
-Rammang-Rammang + Pantai Losari + Tanjung Bira : Rp 508.375,-
-Pengeluaran Pribadi : Rp 361.000,-
-Tiket Pesawat PP : Rp 1.554.000,-
-----------------------------------------------------------------------------------------------+
Grand Total : Rp 3.222.745,- *
*Biaya di atas tidak termasuk ongkos dari Rumah masing-masing menuju Bandara PP yaa..

Begitulah akhir cerita kami di Sulawesi Selatan, semoga informasi yang ada bisa bermanfaat dan bisa menjadi gambaran bagi kalian yang ingin menghabiskan waktu disana. Saran saya persiapkan waktu yang cukup panjang, sehingga kalian puas untuk menjelajah ke berbagai daerah yang kalian mau (karena memang lokasi tempatnya jauh-jauh).

Cheers !

RPR - Sang Petualang
(Silahkan di-follow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)