Rabu, 21 Oktober 2015

Jelajah Santai Cibodas (Part II )

Pada jelajah Cibodas kali ini, saya bersama beberapa kawan akan lebih berfokus pada tempat wisata yang ada di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede dan Pangrango. Ya, masih di dalam wilayah Cibodas, Puncak, Jawa Barat.

25 September 2015 
Malam itu saya pun berangkat dari rumah menuju Terminal Bus Kp.Rambutan yang disepakati menjadi "mipo" sebelum kami berangkat bersama ke Cibodas. Tepat pukul 22.00 setelah semua kawan telah berkumpul, kami pun berangkat dengan Bus Marita menuju kawasan Cibodas, Puncak.

Cukup macet perjalanan menuju Cibodas saat itu, sehingga butuh waktu sekitar 4 jam untuk tiba di pertigaan depan Pintu masuk Cibodas.


26 September 2015
Sekitar pukul 02.00 WIB, kami tiba di pertigaan dan memutuskan untuk jajan sekaligus mengisi kekosongan perut kami yang sudah kembali lapar.
Berhubung saat itu "angkot kuning" belum beroperasi, kami memutuskan untuk berjalan kaki menuju area parkir Cibodas dimana kami akan menumpang menginap di warung.

Butuh waktu sekitar 1 jam jika berjalan kaki santai menuju area parkir Cibodas, dan seperti biasa saya memilih untuk beristirahat di warung yang sama seperti pada trip sebelumnya kesini. Bagi yang ingin mencoba, warung ini terletak di pojok sebelah kanan ketika memasuki area parkir yang berhadapan langsung dengan kantor Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jadi, kalau dari arah jalan utama, belok kanan untuk masuk parkiran, dan langsung belok kanan lagi untuk mencapai warung yang saya maksud. Posisi warungnya memang agak mojok (tepat di sebelah warung Edelweis).

Warung ini menyediakan "lapak" bagi yang ingin beristirahat di lantai 2 dengan tarif  Rp 15.000,-/orang  , lengkap dengan bantal dan Sleeping Bag. Ada WC juga , serta menyediakan aneka makanan dan minuman di bagian bawahnya. Si Teteh dan Akangnya juga sangat ramah. :)


A. Canopy Trail
Destinasi pertama yang kami kunjungi pagi itu adalah Canopy Trail. Untuk mencapainya, kawan-kawan tinggal bergerak masuk ke arah pintu menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (tepat bersebelahan dengan gerbang Kebun Raya Cibodas). Persisnya akses yang sama seperti jika kawan-kawan ingin mendaki Gunung Gede atau Gunung Pangrango.

Selamat Datang di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango !

Petunjuk arah
Untuk menuju Canopy Trail, kawan-kawan harus melewati Jalur Interpretasi Ciwalen yang bersebelahan dengan Pos Montana*. Namun, sebelumnya harus membeli tiket dulu seharga Rp 40.000,-/orang dan wajib guide Rp 50.000,-/team.

*Pos penjagaan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Memasuki jalur intepretasi
Perjalanan menuju Canopy Trail bisa dalam waktu 15 menit dengan berjalan santai melintasi jalan bebatuan, menurun dan membelah hutan. Dan saat jalan terbagi dua, mengambil jalur ke kanan atas hingga bertemu dengan plang yang bertuliskan tentang "Canopy Trail". Fyi, Canopy Trail sendiri adalah sebuah jembatan gantung dengan panjang 130 meter dan ketinggian maksimal 40 meter. Kapasitas maksimal yang diizinkan ketika melewatinya adalah 5 orang dengan berat gabungan maksimal sekitar 300 Kg. Jembatan ini biasa dipergunakan untuk mengamati burung, vegetasi atau pun fenomena alam yang berada disekitarnya.

Jalur yang kami lewati
Penampakan Canopy Trail dari samping

Kami berempat di Canopy Trail

B. Curug Ciwalen
Setelah melintasi Canopy Trail, kami bergerak ke arah kanana mengikuti jalan di dalan hutan dimana terdapat petunjuk menuju Curug Ciwalen, Dan tidak sampai sekitar 3 menit dari jembatan, kami tiba di Curug Ciwalen. Cuci muka di Air Curug Ciwalen ini sangat menyegarkan, namun sayang airnya agak sedikit dikarenakan musim kemarau.

Curug Ciwalen
C. Telaga Biru
Selepas dari Curug Ciwalen kami bergerak kembali menyusuri Canopy Trail kemudian berjalan ke atas dan kembali melewati jalur-jalur membelah hutan. Namun kali ini lebih seru dikarenakan harus melewati beberapa batang pohon yang rubuh juga. Ketika sudah mencapai jalur utama dimana mengarah pada Air Terjun Cibeureum dan jalur pendakian menuju Gunung Gede & Pangrango, kami pun berpisah dengan pemandu. Tidak lama berjalan sekitar 15 menit, kami pun tiba di Telaga Biru. Yakni sebuah telaga kecil yang warna airnya terlihat biru jika dilihat dari jauh, namun berubah warna seperti hijau tozca ketika didekati. Menurut info, warna-warna ini disebabkan oleh aneka Alga (sejenis ganggang) yang tumbuh didalamnya.

Plang Telaga Biru


Telaga Biru
D. Curug Cibeureum
Diperlukan waktu sekitar 1 jam perjalanan santai melewati jalan bebatuan dari Telaga Biru untuk menuju Curug Cibeureum. Tapi tenang saja, sepanjang perjalanan kalian akan dimanjakan oleh spot-spot cantik yang sangat bagus untuk berfoto, terutama ketika berjalan di atas pipa-pipa kayu. Nah, jika sudah melewati jalan dengan pipa-pipa kayu tersebut, kalian akan disambut dengan Papan bertuliskan Pos 1 Panyangcangan. Yang mana jika bergerak ke atas adalah jalur menuju Gunung Gede Pangrango dan ke kanan bawah menuju Curug Cibeureum. Di area Curug Cibeureum ini ada beberapa pedagang yang menyediakan aneka minuman hangat, ada shelter untuk berteduh sekaligus beristirahat, ada pula WC dan kamar mandi jika kalian ingin berbilas selepas bermain air.

Jalanan dengan pipa-pipa kayu
Nah, jika sudah disini artinya tinggal sedikit lagi sampai
Air Terjun Cibeureum

E. Curug Cidendeng
Curug ini berada tepat di sebelah kanan (dari arah masuk ) Curug Cibeureum. Awalnya saya pikir ini juga bernama Curug Cibeureum. Namun setelah bertanya ke seorang Bapak yang berjualan minuman, ternyata nama dari Curug ini berbeda. Asiknya, Curug ini lebih sepi dari Curug Cibeureum, sehingga lebih nyaman untuk bermain air atau sekedar mencelupkan kaki.

Curug Cidendeng

F. Curug Cikundul
Curug Cikundul merupakan Curug tersembunyi yang umumnya jarang diketahui para pendaki atau pejalan yang mengunjungi kawasan Curug Cibeureum. Ya, karena memang untuk mencapai Curug ini harus trackking sedikit lagi melewati jalan bebatuan yang menurun disambung dengan menyusuri jalur sungai di dekat rawa-rawa. Saya pribadi pun juga mungkin tidak akan tahu jika tidak diinfokan oleh seorang pedagang yang sedang berada di depan Curug Cidendeng. Yang pasti, air yang harus dilalui untuk menuju Curug ini sangat dingin, dan sukses membuat saya menggigil berkali-kali, namun seru ! Suasana kesunyian alamnya pun jauh lebih terasa dibanding dua curug sebelumnya. Pastinya karena tidak banyak orang yang berkunjung kesini.

Jalur yang dilalui jika ingin mencapai Curug Cikundul

Segar dan masih alaminya Curug Cikundul


G. Surga Makanan Cibodas
Setelah puas bermain air di berbagai curug yang ada di Cibodas, kami pun kembali menuju pintu masuk Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Dibutuhkan waktu 1 jam untuk kembali ke bawah. Dan sesuai harapan kami, sepanjang jalan menuju warung tempat dimana kami akan membersihkan diri, kami sudah disambut oleh berbagai macam pedagang yang menawarkan aneka jajanan, mulai dari Bakso, Sosis Bakar, Aneka Gorengan, Batagor, Es Dawet, serta aneka bawaan oleh-oleh seperti buah Strawberry dan Kue Moci. Bagi yang sedang kelaparan, kami yakin anda akan menjadi "gelap mata" seperti layaknya kami kemarin. Tapi saran saya, jangan lupa untuk selalu "BERTANYA TERLEBIH DAHULU" berapa harganya. Bukan bermaksud Su'udzon, tapi bisa saja ada pedagang yang menembak harganya segera setelah kita selesai menyantap makanan. Itu pula yang sempat terjadi pada beberapa dari kami .. :P


Cerita Tambahan - Omprengan Gila menuju Bogor !!
Surga makanan ini bisa dibilang menjadi akhir dari perjalanan kami di dalam kawasan Cibodas. Nah, berhubung hari masih siang menjelang sore, kami pun awalnya sepakat untuk mengunjungin taman wisata Gunung Mas. Maka setelah naik angkot Kuning dari dalam Cibodas menuju Pertigaan depan, kami lanjut menaiki angkot dengan warna bemper Pink, yang kemudian disambung lagi dengan Angkot lainnya. (Sambung menyambung menjadi satuuuuu... itulah Indonesia.. #eh)..

Sialnya, saat itu kondisi lalu lintas menuju ke bawah macet dan tidak jalan sama sekali, sehingga kami pun memilih untuk berjalan kaki sembari menikmati suasana ramai di sore itu. Dua diantara kami sempat singgah di Masjid At-Ta-awun untuk menunaikan Sholat Ashar, dan sisanya menunggu diluar.

Ketika akan beranjak pulang dan melihat kondisi jalan sudah agak lengang, kami pun berencana menyetop Bus Marita tujuan Kp.Rambutan. Namun, apesnya lagi, bus terlihat sudah sangat penuh dan bisa dipastikan kami akan berdiri sepanjang perjalanan.

Nah, disitulah kami ditawarkan naik sebuah omprengan dengan logo "Hello Kitty" di belakangnya. (Ini serius.. -,-). Setelah nego selesai dan kami berempat duduk, omprengan ini pun segera melaju di jalan raya Puncak.

Awal-awal perjalanan, tidak ada yang spesial dengan omprengan ini, karena yaa memang jalanan masih cukup ramai. Namun setelah melewati Tugu, barulah ia memperlihatkan "kemampuannya". Benar saja, saya yang tadinya sudah mengantuk dan ingin tidur sepanjang perjalananan jadi tidak bisa "merem" sama sekali. Kenapa? karena saya serasa sedang naik mobil-mobil balap ala film "Fast & Furios", saling kiri, salip kanan, bahkan terkesan jarang menggunakan rem. Serem ajah.. ----,----

Tapi setelah melewati perjalanan yang menegangkan selama kurang lebih 1,5 jam, kami tiba dengan selamat di depan Terminal Bus Baranangsiang,Bogor. Hohohoho what a day ! :D

Omprengan "Hello Kitty" yang mengantar kami ke Bogor

Rincian Biaya* :
-Bus Maritha Kp.Rambutan - Cibodas : Rp 25.000,-
-Ngopi (2) @ Rp 4.000,- : Rp 8.000,-
-Jajan Susu : Rp 5.000,-
-Nasi Goreng di Pertigaan Cibodas : Rp 13.000,-
-Teh manis hangat (2) @ Rp 4.000,- : Rp 8.000,-
-Sewa lapak di warung : Rp 10.000,- (normalnya Rp 15.000,- jika hampir seharian)
-Tiket Masuk Canopy Trail : Rp 40.000,- (tidak usah lagi bayar yang ke Cibeureum)
-Guide Canopy Trail : Rp 50.000,-/4 = Rp 12.500,-
-Cendol : Rp 5.000,-
-Batagor : Rp 8.000,-
-Angkot Kuning dari Cibodas ke pertigaan : Rp 5.000,-
-Angkot 2x menuju Masjid At-Ta'awun : Rp 5000,- + Rp 3.000,- : Rp 8.000,-
-Makan Sate Ayam di depan Masjid : Rp 60.000,-/4 : Rp 15.000,-
-Ongkos Omprengan Gila ke Bogor : Rp 20.000,-
-Angkot 03 menuju Stasiun Bogor : Rp 4.000,-
-CommuterLine Bogor - Tebet : Rp 4.000,-
---------------------------------------------------------------------------------------+
Total : Rp 190.500,-

*Biaya tersebut diatas tidak termasuk dengan oleh-oleh, dan ongkos pribadi dari rumah masing-masing menuju Terminal Kp.Rambutan, serta dari Stasiun Tebet ke rumah masing-masing.


Sekian dulu info yang bisa saya berikan, semoga bermanfaat..


Cheers,
RPR - Sang Petualang
(Silahkan difollow Instagram saya jika berkenan : @rezkirusian)


Selasa, 06 Oktober 2015

City Tour Yogyakarta..

Awal September 2015 lalu, saya bersama 7 orang kawan berkesempatan untuk mengunjungi D.I Yogyakarta. Sebagai persiapan, kami pun sudah membeli tiket kereta keberangkatan pada 2 bulan sebelumnya.

4 September 2015
Malam Pukul 21.00 WIB kami sudah berkumpul di Stasiun Senen untuk menanti KA Progo yang akan mengantar kami menuju Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Tepat pukul 22.30 WIB kami berenam pun berangkat untuk menyusul 2 kawan yang sudah lebih dulu tiba di Yogyakarta.

5 September 2015

Sesuai dengan jadwal, sekitar pukul 06.55 pagi, kami sudah tiba di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Hal pertama yang kami lakukan adalah bersih-bersih diri sejenak, dilanjutkan dengan mencari kawan kami (Jeral) yang sudah tiba lebih dulu di Yogyakarta. Tak lama, mobil yang disewa pun sudah tiba, dan kami langsung bergerak menuju Bandara Adisucipto, Yogyakarta untuk menjemput kawan kami yang baru saja landing (Bang Hendrik).


A. Gunung Api Purba Nglanggeran
Bisa dibilang, perjalanan kami ke Yogyakarta kali ini seperti tanpa itinery (rencana perjalanan). Walaupun sudah direncakan jauh-jauh sebelumnya, tapi seakan-akan rencana tinggallah rencana  disana. Dan ketika kami bergerak menuju Gunung Kidul, Wonosari, objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran lah yang menjadi tujuan pertama kami.


Tiba di lokasi Gunung Api Purba Nglanggeran
Untuk biaya masuk, dikenakan sebesar Rp 7.000,-/orang, dan parkir mobil sebesar Rp 5.000,-. Oiya, bagi kalian yang ingin sarapan terlebih dahulu, di dekat lokasi pintu masuk (berjarak sekitar 50 meter) terdapat aneka warung makan dengan harga yang pastinya tidak merusak kantong. Kami pun memilih untuk makan di salah satu rumah makan Padang yang ada disana.

Perjalanan pun dimulai !
Sekilas, jalan yang harus dilalui ketika berkunjung di Gunung Api Purba ini terlihat seperti Gunung Munara yang ada di kecamatan Rumpin, Bogor. Yakni sama-sama melewati jalur dengan bebatuan besar di kanan dan kirinya, namun bedanya tidak melewati jalur hutan. Di dalam kawasan ini saya rasa tidak terlalu memerlukan guide, dikarenakan memang petunjuk arahnya sudah sangat jelas, bahkan disetiap belokan pun bisa kalian temui berbagai petunjuk arah.

Bagi yang ingin mencoba camping, di dalam kawasan ini pun disediakan sebuah lahan datar yang tidak jauh dari pintu masuk. Untuk harganya, mohon maaf saya tidak sempat menanyakan.

Camping Ground yang ada disana

View dari bawah
Oiya, tidak jauh setelah melewati jalan dengan bebatuan besar ini, nanti akan kalian temui sebuah lorong yang bisa dibilang sangat sempit dan kami pun harus agak merangkak sembari menaiki tangga untuk melewatinya. Ya, namanya adalah Lorong Sumpit. Rasakan sendiri sensasinya melewati lorong tersebut jika kalian kesana yak...

Lorong Sumpit

View dari Pos 1 Gunung Api Purba
Untuk mencapai tempat seperti di foto sebelah ini, kami memerlukan waktu sekitar 40 menit dengan berjalan kaki (udah termasuk dengan foto-foto aneka rupa dan istirahat, santai banget lah pokoknya..) Dari sini pun menurut saya pemandangan sudah cukup oke. Karena kami seperti berdiri diantara tebing-tebing besar dengan pemandangan luas dibawahnya. Kalau  tidak salah mungkin ini yang dimaksud dengan Pos 1 Gunung Api Purba Nglanggeran.

Melanjutkan perjalanan kembali, tidak lama kami pun bertemu dengan sebuah area terbuka dengan pemandangan yang tidak kalah bagus dari sebelumnya. Bisa dibilang ini Puncak Bayangan dari Gunung Api Purba.

View dari Puncak Bayangan

Bagian lain Puncak Bayangan

We-fie di Puncak Bayangan
Berhubung hari sudah siang dan hari sudah semakin panas, kami pun memutuskan untuk turun kembali ke bawah tanpa mengunjungi Puncak dari Gunung Api Purba dan melanjutkan ke destinasi berikutnya yakni Embung Nglanggeran.


B.Embung Nglanggeran
Untuk menuju kawasan ini, cukup bergerak kembali ke jalan utama dan ikuti petunjuk arah hingga menemui gerbang masuk dimana dikenakan sebesar Rp 5.000,-/orang dan Rp 5.000,- sebagai biaya parkir mobil.
Secara umum, Embung Nglanggeran bisa dibilang adalah sebuah waduk buatan. Untuk mencapai tepinya harus dilalui dengan menaiki beberapa anak tangga. Tenang saja, tidak banyak kok... hehehe

Selamat datang di Embung Nglanggeran

Embung Nglanggeran

View dari atas
Waktu yang terbaik untuk mengunjungi Embung ini adalah pada sore menjelang malam hari, dikarenakan cuaca biasanya sudah tidak terlalu panas saat itu. Ditambah dengan adanya lampu-lampu yang menyala di berbagai tepian Embung pastinya akan semakin menambah cantik suasana malam.


C. Tubing Sungai Tegal Arum 
Menuju kawasan ini, sama seperti mengarah ke wisata Goa Pindul, karena memang lokasinya yang bersebelah. Hanya saja kalau Goa Pindul itu melewati sungai yang berada di dalam Goa bawah tanah, Tegal Arum hanya melewati sungai diantara bebatuan.

Saran : berhubung pintu masuk/loketnya banyak, pilihlah jalur resmi dimana terdapat orang yang menggunakan seragam dan name tag resmi .Karena yang terjadi pada kami waktu itu adalah, banyak orang-orang yang berusaha untuk terus menawarkan jasanya meski kami sudah menolak, bahkan "rusuhnya" ada yang sampai terus mengikuti dengan motor seperti orang mau "membegal". Hadeeeeeeh. Pastikan anda berani untuk menolak jika memang merasa tidak yakin.

Sampai akhirnya, kendaraan kami pun terhenti oleh sebuah portal dimana dijaga oleh orang-orang yang mengenakan seragam wisata goa Pindul. Setelah bertanya sana sini, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti mereka dan diantar langsung menuju pintu masuk menuju tempat wisata Sungai Tegal Arum.

Disana, kami langsung disambut oleh seorang pemandu yang langsung menjelaskan harga beserta fasilitas yang akan kami dapat. Disepakatilah harga Rp 50.000,-/orang sudah termasuk bonus Flying Fox/Semangkuk Bakso, lengkap dengan welcome drink (Teh hangat bebas refill) dan mobil penjemputan. Tidak lupa biaya parkir Rp 5.000,-.

Saran : banyaklah bertanya terlebih dahulu tentang kondisi dan tempat-tempat yang akan dijelajahi agar tidak menimbulkan salah paham atau misskom nantinya.

Setelah selesai memakai segala perlengkapan mulai dari safety vest, sepatu, dan topi pelindung (jika dirasa perlu), kami diantar oleh pemandu menuju tempat petualangan kami akan dimulai. Hmm, yang sedikit mengecewakan saat itu adalah, berhubung air sedang agak surut (karena musim kemarau) sehingga saat menaiki Tubing (ban dalam) bisa dibilang kurang nuansa petualangannya, ditambah karena airnya yang sedang sangat surut, membuat pantat kami (maaf) sering tergores oleh bebatuan yang berada di dasar sungai. -,-

Bersiap-siap sembari wefie. Photo Doc by : Septia Endang

Air terjun yang ada di Tegal Arum
Alhamdulillah airnya sejuk
Dibagian akhir sungai dimana terdapat batu besar, kalian bisa melepaskan ban dan ber-body rafting ria, bahkan jika bernyala besar, silahkan untuk melompat dari atas batu yang bertinggi kurang lebih 2-3 meter. Petualangan kami disini pun berakhir setelah kami menaiki tangga ke atas, melewati jalur diantara sawah dan dijemput oleh mobil bak terbuka kembali menuju loket pendaftaran.


D. Pantai Pok Tunggal
Untuk menuju Pantai yang satu ini, diperlukan waktu sekitar 1 hingga 1,5 jam melintasi jalan di tepi pantai dan berkelok-kelok. Kondisi jalannya, meskipun bagus namun sangat sepi. Jika sudah memasuki jalan yang semakin mendekati pantai, jalanan pun akan berganti menjadi jalanan aspal berpasir dengan beberapa kali terdapat seperti timbunan pasir besar di kana atau kirinya. Sayangnya, saat kami tiba di sana hari sudah cukup gelap, ditambah air laut sedang surut, sehingga tidak banyak yang bisa kami lakukan disana selain menyantap semangkuk Mie Goreng dan Es Teh Manis untuk mengisi kekosongan perut kami. Untuk izinn masuk pantainya, dikenakan biaya Rp 10.000,-/orang, dan parkir mobil Rp 5.000,- . Berikut gambaran kondisi yang kami dapat saat itu, dan yang "seharusnya" kami dapat jika tiba lebih cepat.

Suasana sore menjelang malam itu dimana air sedang surut. Model by : Salis

Suasana pantai yang seharusnya kami dapatkan. Sumber : www.google.com/www.yukpiknik.com
 
E. Menuju Malioboro (Check in Hotel Karunia)
Menuju Jl.Malioboro, yakni sebuah jalan yang saya rasa hampir semua diantara kalian pasti tahu dan mungkin sudah beberapa kali kesini karena memang suasananya yang sangat homy, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari Pantai Pok Tunggal hingga akhirnya kami bisa tiba di Jl.Malioboro dan langsung menuju hotel tempat kami akan menginap. Ya, kami menginap di Hotel Karunia yang berada di Jl.Sosrowijayan no.78, tidak jauh dari Malioboro.

Hotel tempat kami menginap
Tidak salah memang semboyan dari hotel ini, satu kamar bisa dihuni setidaknya maksimal 3 orang (1 harus dengan ekstra bed), ada kamar mandi dalam, AC, TV, Lemari, gantungan baju, serta dapat sarapan di paginya. Tersedia juga halaman parkir bagi kalian yang membawa kendaraan baik motor maupun mobil. Untuk harga ter-updatenya, silahkan langsung dihubungi nomor yang tertera di atas ya.


F. Makan di Angkringan & Kopi Joss
Salah satu yang khas ketika berkunjung ke Yogyakarta adalah, kalian mesti dan wajib mencoba makan di Angkringan. Umumnya angkringan maupun lesehan ini banyak tersebar di sepanjang Jl.Malioboro, namun yang kami pilih malam itu adalah deretan angkringan yang terdapat di seberang Stasiun Tugu. Dan tak lupa, untuk mencoba "Kopi Joss" yang katanya diberi arang. Alhamdulillah, disini kami bisa makan dengan kenyang dan tentunya dengan harga murah. Saya berdua dengan kawan saja hanya dikenakan Rp 42.000,-  dengan rincian :
2 Kopi Joss
2 Nasi isi Teri
2 Sate Telur Puyuh
2 Sate Bakso
2 Sate Ati
1 Sate Usus
1 Es Teh Manis
1 Teh Manis Hangat
Kopi Joss
Kenyang yak ? :p

G. Alun - Alun Selatan ("Mobil" LED Warna Warni & Pohon Beringin Kembar)
Setelah kenyang makan malam, kami berniat untuk mengunjungi Alun-alun Selatan yang mana lebih banyak dikenal orang karena terdapat 2 pohon beringin kembar yang konon katanya menyimpan sebuah cerita mistis. Hmm seperti apa ya ? jadi penasaran. ^^

Untuk menuju kesana, kami pun menumpang Andong dengan tarif Rp 80.000,- yang artinya sebesar Rp 10.000,-/orang dari Jl.Malioboro menuju Alun-Alun Selatan.

Wahana Mobil LED warna-warni
Di kawasan Alun-Alun selatan ini pun terdapat "wahana permainan" berupa sepeda kayuh berbentuk mobil yang dihiasi oleh Lampu LED berwarna warni. Memang, jika sedang pergi bersama kawan, hal-hal yang terkesan sepele atau kekanak-kanakan pun tetap menjadi SERU ! Untuk bisa menikmati wahana ini, kami dikenakan Rp 60.000,- untuk 2x putaran mengelilingi Alun-Alun.

Selepas bermain "Mobil", kami berjalan ke arah dua pohon beringin kembar untuk mencoba mitos yang selama ini beredar. Konon katanya, jika bisa menyeberang dengan mulus dengan mata tertutup diantara dua pohon ini, maka keinginannya akan terkabul. Dan uniknya lebih banyak yang gagal saat berusaha menyeberanginya. Begitu pun dengan kawan kami yang mencoba, dia malah malah berbelok jauh , bahkan hampir menabrak orang. Duh !

Pohon Beringin Kembar di Malam hari
Menurut info yang saya kutip dari http://www.kumpulanmisteri.com/2015/03/misteri-pohon-beringin-kembar-di-alun.html, Tradisi melintas di antara kedua pohon beringin kembar disebut tradisi masangin. Artinya adalah memasuki diantara 2 pohon beringin. Dimana kepercayaan masyarakat sekitar adalah barang siapa yang bisa melewati kedua pohon beringin tersebut dengan mata tertutup tanpa melenceng akan terpenuhi segala permintaannya. Sayangnya banyak yang sudah mencoba berkali-kali tetapi tetap saja gagal mencoba tradisi itu hingga bisa menyebrang dengan sempurna. Padahal secara logika, jarak antara 2 pohon beringin tersebut cukup lebar untuk di lewati.

Menurut legenda lama , tradisi tersebut diawali oleh permintaan putri Sultan Hamengku Buwono VI yang akan dinikahkan akan tetapi tidak begitu menyukai calon yang sudah dipilihkan oleh sang ayah. Maka dari itu sang putri memberi syarat jika pria tersebut bisa melewati ke dua pohon beringin dengan mata tertutup maka dia bersedia menikah. Ternyata syarat yang diberlakukan sang putri tidak bisa dilakukan oleh pria tersebut. Hingga akhirnya sultan memberikan maklumat bahwa siapa saja pria yang bisa melewati 2 pohon beringin tersebut berarti memiliki hati yang benar-benar tulus dan akan dinikahkan dengan sang putri. Entah sudah berapa banyak pria yang mencoba hingga pada akhirnya ada satu pria yang bisa menaklukan tantangan tersebut yakni putra pangeran dari Prabu Siliwangi.

Setelah puas bermain dan berfoto-foto disekitar Pohon, kami pun segera kembali ke penginapan untuk beristirahat dengan menggunakan becak motor. :D

H. Berburu Oleh-Oleh di Malioboro

Jl.Malioboro pagi itu
Pagi yang cerah di Malioboro, saya dengan beberapa orang kawan pun memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar Malioboro setelah menyelesaikan sarapan di Hotel . Terlihat saat itu toko-toko belum banyak yang buka. Karena ya memang masih sekitar pukul 08.00 WIB. Kami pun menikmati pagi yang cerah tersebut dengan berjalan kaki dari ujung-ujung sembari "mengeker" oleh-oleh ataupun barang-barang yang akan dibeli untuk dibawa pulang ke Jakarta. Bisa dibilang hingga menjelang siang hari pun kami masih "betah" berada disini. Di sepanjang jalan Malioboro ini dijual berbagai macam aneka jenis barang. Mulai dari kerajinan batik (Selendang, tas, kemeja, dll), gantungan kunci, aneka souvenir berupa miniatur Gunung Merapi, Candi Prambanan, Candi Borobudur. Dan masih banyak jenis-jenis lainnya yang tidak mungkin saya absen satu persatu.

Oiya, bagi kalian pecinta kuliner, jangan lupa untuk mencoba makanan khas Yogyakarta, yakni Lumpia, terutama yang terletak di seberang Hotel Mutiara. Untuk Lumpia, dijual per buah dengan harga Rp 3.000,- hingga Rp 3.500,- dan satu kotaknya bisa memuat 10 buah. Jangan lupakan juga Bakpia yang berada di beberapa gang sebelum Jl.Sosrowijayan. Bakpia disini dijual dengan konsep toko yang menurut saya cukup unik. Bahkan di lantai 2 toko tersebut dijual juga aneka batik. Fyi, sekotak Bakpia di toko tersebut dijual dengan harga Rp 33.000,-/kotak. Terbagi menjadi yang original dan blasteran (campur dengan aneka rasa baru).

Toko Bakpia yang unik

Ini disebut Bakpia Blasteran

I. Keraton Yogyakarta

Pintu Masuk Keraton
Keraton Yogyakarta ini sekaligus menutup petualangan singkat kami di Kota Yogyakarta dan sekitarnya. Untuk tiket masuknya dikenakan sebesar Rp 5.000,-/orang, dan dikenakan biaya parkir Rp 10.000,-/mobil. Keraton ini terletak di dekat Alun-Alun Utara dan masih sering digunakan jika sedang ada acara adat keluarga kerajaan. Pada bagian pertama saat kami masuk, terdapat aneka diorama patung dengan menggunakan baju adat kerajaan. Kemudian disambung dengan tembok penuh ukiran yang menggambarkan tentang salah satu perjuangan di masa lalu. Pada bagian lainnnya, terdapat ruang dengan berbagai macam foto kereta masa lampau dan disebelahnya terdapat foto para Sultan beserta keterangan data diri mereka (termasuk jumlah putra yang dimiliki sebagai penerus tahta).

Pada bagian belakang, terdapat tangga menurun dari dua sisi dimana terdapat lorong yang cukup panjang dan kami rasa seru untuk dijadikan tempat berfoto. Sebenarnya saya yakin masih ada ruangan lagi di bagian belakang, namun sayang saat itu pintu tertutup rapat.


Tembok berisi ukiran perjuangan masa lampau

Ruangan berisi foto kereta kuno
Ruangan foto dan data diri para Sultan Yogyakarta

Tangga menurun menuju bagian belakang

Lorong panjang di bagian belakang

Sebenarnya, Yogyakarta memiliki banyak tempat wisata lain baik itu yang bersifat alam ataupun peninggalan budaya masa lalu yang belum sempat kami kunjungi saat itu, seperti Kali Biru, Gumuk Pasir, Lava Tour Kaliadem, Tubing Kalisuci, Goa Pindul, Hutan Imogiri, Pantai Parang Tritis, Candi Borobudur, Candi Prambanan dll. Namun apadaya, kami sudah harus kembali menuju Jakarta dengan kereta api Gaya Baru Malam yang berangkat pukul 17.10 WIB. Mungkin jika ada umur panjang, kami bisa kembali lagi mengunjungi tempat-tempat lainnya. In sya Allah, Aamiin !!

Oiya, bagi kalian yang berjumlah 7 -8 orang ketika akan mengunjungi Yogyakarta, saya sarankan kalian bisa menggunakan jasa mobil rental untuk mengunjungi berbagai tempat wisata. Selain lebih hemat waktu, kalian pun tidak perlu tergesa-gesa mengejar angkot maupun bus untuk mengantarkan kalian ke beberapa tempat wisata. Karena yang saya tahu, ada beberapa tempat juga seperti untuk menuju Goa Pindul,Tegal Arum maupun Kalisuci yang agak sulit jika ingin dicapai dengan "ngeteng".

Ini kontak Rental Car yang kami pakai waktu itu, bisa menghubungi Pak Alif di 0813 2871 3493.
Untuk harga sewa New Avanza, saat itu kami dikenakan Rp 325.000,-/per 24 jam. dan Rp 275.000,-/per 12 jam. Dengan jaminan Laptop.


Berikut Rincian Biaya Pengeluaran (Saya)* :
-KA Progo (Berangkat) : Rp 75.000,-
-Beli persediaan Minum : Rp 9.000,-
-Sharecost (untuk sewa kendaraan mobil avanza 24 + 12 jam, biaya parkir, bensin, penginapan di Malioboro, Tiket masuk Keraton, Ongkos ojek penyewa mobil dan makan siang sebelum kembali ke Jakarta) : Rp 266.125,-
-Sarapan di Rumah Makan Padang : Rp 11.000,-
-Biaya Masuk Gunung Api Purba : Rp 7.000,-
-Biaya masuk Embung : Rp 5.000,-
-Biaya masuk Tubing Tegal Arum (sepaket) : Rp 50.000,-  
-Biaya masuk kawasan Pantai : Rp 10.000,-
-Ngemil Mie Goreng + Es Teh : Rp 11.000,-
-Makan di Angkringan + Kopi Joss (Porsi 2 orang) : Rp 42.000,-
-Sewa Andong menuju Alun-Alun Selatan : Rp 10.000,-/orang
-Bermain mobil hias warna warni di Alun-Alun selatan : Rp 7.500,-/orang
-Becak motor untuk kembali ke Hotel : Rp 12.500,-/orang (maksimal 2 orang)
-Oleh-oleh Bakpia @ Rp 33.000,- : Rp 66.000,-
-Jajan Roti bulet : Rp 9.500,- 
-Oleh-oleh gantungan kunci : Rp 10.000,-
-Teh Liang di sekitar Keraton : Rp 4.000,- 
- KA Gaya Baru Malam (Pulang) : Rp 110.000,-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------- +
Total : Rp 715.625,-

*Biaya di atas diluar ongkos dari rumah masing-masing menuju Stasiun Senen dan sebaliknya.

Sekian dulu info yang bisa saya berikan, semoga bermanfaat..

Sampai jumpa di trip berikutnya !!

Cheers,
RPR - Sang Petualang
(Silahkan difollow Instagram saya jika berkenan : @rezkirusian )