Sabtu, 28 Maret 2015

WARTO : Harga Kaki Lima, Rasa Bintang Lima

Bagi kalian yang berdomisili di daerah Jakarta Selatan dan sekitarnya, pasti tidak asing dengan  Pasar Blok A. Ya, sebuah pasar tradisional yang terletak di Jl.Fatmawati Raya. 

Nah, cobalah main kesana sekitar pukul 18.00 WIB ke atas. Tidak jauh dari seberang Pasar Blok A, kalian bisa temukan warung tenda bernama WARTO.

Sejujurnya, saya kurang paham tepatnya kapan warung tenda ini berdiri, tapi yang pasti warung ini didirikan oleh seorang mantan koki restoran Jepang (Furaibo) bernama Bp.Ari. Singkat cerita, beliau yang memilih resign dari pekerjaannya sebagai koki di restoran, memilih untuk membuka usaha sendiri. 

Warung makan sederhana ini buka setiap hari dari pukul 18.00 WIB hingga sekitar pukul 00.00 WIB. Menu yang ditawarkan tentunya adalah aneka masakan Jepang, seperti Beef Teriyaki, Chicken Teriyaki, Beef Yakiniku, Nasi Goreng ala Jepang, dll.

Jangan heran, meskipun suasana warung makan ini terkesan sederhana dan hanya beratapkan tenda, kelezatan makanannya tidak bisa dianggap remeh. Belum lagi ditambah dengan adanya bumbu mayonaise racikan pribadi Bp.Ari membuat rasa dari masakan yang disuguhkannya menjadi lebih lezat. Asiknya lagi, harganya sangat bersahabat !

Contohnya saja,  untuk sepiring Beef /Chicken Teriyaki (tanpa nasi) bisa kawan-kawan dapatkan seharga Rp 16.000,- .  jika dengan nasi cukup tambah Rp 3.000,- saja. Nasi Goreng ala Jepang pun bisa dinikmati dengan Rp 14.000,- saja.

Beef Teriyaki + Nasi

Nasi Goreng Ala Jepang

Minuman yang ada pun bervariasi dari mulai jus, teh, kopi hingga es jeruk, dengan harga yang murah meriah juga tentunya.

Bisa dibilang, ini merupakan salah satu warung tenda favorit saya di daerah Jakarta Selatan. Selain itu, jika ada kawan-kawan saya yang mencari kuliner seru dan murah meriah di Jakarta Selatan, umumnya saya arahkan untuk makan disana . Dan bagi kalian pecinta masakan Jepang,  wajib hukumnya untuk mencoba !

Hmmmm.... Tertarik untuk mencoba ?? 

Cheers,

RPR - Sang Petualang


Senin, 16 Maret 2015

Mahameru : Puncak Tertinggi Pulau Jawa

Setelah sekian kali gagal mencapai Puncak Mahameru, pada 10 Oktober 2013 silam saya berkesempatan untuk kembali menjelajahi indahnya alam Gunung Semeru yang berada di Malang, Jawa Timur ini.

Seperti yang kalian tahu, Gunung Semeru yang terletak di Jawa Timur ini termasuk dalam 7 Summits Indonesia. Semenjak akhir tahun 2012 dan seterusnya kesini, ditambah dengan kemunculan film 5 cm,  Gunung Semeru semakin ramai dikunjungi. Pengunjungnya beragam, baik wisatawan lokal maupun asing, sehingga tak heran jika kalian kesana sekarang, tarif masuknya menjadi lebih mahal, bahkan dihitung per-harinya.

Terlepas dari itu semua, Gunung ini merupakan salah satu gunung yang wajib didatangi bagi kalian para pecinta dunia "ketinggian". Dan entah kenapa, walaupun sudah berkali-kali kesana, tidak ada kata "bosan" bagi saya untuk mengunjunginya kembali.

Disini, saya akan coba bercerita tentang perjalanan saya dan kawan-kawan menuju Puncak Mahameru, Puncak Para Dewa sekitar tahun 2013 silam.

Semoga bisa menginspirasi, monggo merapat..

10 Oktober 2013
Memulai Perjalanan
Persiapan menuju Gunung Semeru
Pagi itu, setelah persiapan selesai, saya segera bergerak naik bus metro mini 72 menuju perempatan Lebak Bulus, kemudian disambung dengan P20 (Kopaja) yang akan mengantarkan saya bertemu dengan kawan-kawan di stasiun Senen sebelum berangkat menuju Malang.

Tarif Kereta Matarmaja saat itu masih terbilang murah, saya masih mendapat harga Rp 130.000,- (Jakarta - Malang PP), kalau sekarang bisa sekitar Rp 115.000,- sekali jalan (silahkan cek lagi di web PT.KAI yak, supaya tidak salah).

Pendakian kali ini bagi saya terasa seperti reuni, karena merupakan gabungan dari kawan-kawan saya dari berbagai macam pendakian. Meskipun ada juga beberapa yang baru saya kenal di hari itu.

11 Oktober 2013
Tiba di Malang
Tiba di Stasiun Kota Baru Malang
Setelah melewati perjalanan selama lebih kurang 18 Jam, tibalah kami semua di Stasiun Kota Baru Malang. Jangan kaget, ketika kawan-kawan tiba di Stasiun Kota Baru Malang dan saat keluar gerbang akan banyak sekali yang menawarkan jasa untuk mengantar baik ke Bromo, Sempu, maupun Semeru.

Untuk menuju Pasar Tumpang, saya memilih untuk charter angkot dengan maksud agar lebih efisien dan tidak perlu naik turun angkot 2x. Akhirnya disepakati angkot dengan tarif Rp 130.000,- (muatan maksimal 12 orang dengan Carier diikat di atas )

Sebelum naik Jeep
Di depan Ps.Tumpang, kami sudah ditunggu oleh Mas Genthonk selaku orang dari paguyuban Jeep yang akan mengantar kami menuju desa Ranu Pani. Bagi yang ingin ke Bromo/Semeru atau hanya sekedaar keliling kota Malang, saya bisa rekomendasikan untuk menghubungi beliau, Mas Genthonk di 0858 5230 8530 , orangnya ramah dan cara bawa mobilnya juga sangat berhati-hati. Bilang saja dari saya (Rezki - Jakarta) juga gpp. hehehe :)

Saat itu kami dikenakan tarif Rp 500.000,- /jeep sekali jalan, dan perjalanan menuju Ranu Pani dapat dicapai dalam waktu 2 jam.

Kalian mesti rasakan sendiri serunya naik Jeep Off Road melewati lembah-lembah dengan jurang di kanan kiri, benar-benar menguji adrenalin !! hehehehe


Salah satu View yang bisa dilihat sepanjang perjalanan,

Tiba di Basecamp Ranu Pani, kami pun langsung mengurus Simaksi pendakian dan mengecek ulang perbekalan kami selama disana. Saat itu, tarif masuk per orang masih dikenakan Rp 10.000,-/orang dan tenda Rp 20.000,-/per tenda. Oh iya jangan heran di Pos perizinan ini kalian akan diminta untuk melist segala barang bawaan kalian. Dan jangan lupa juga untuk menyiapkan Surat Keterangan Sehat yang menyatakan kalian sehat untuk mendaki Gunung Semeru.

Untuk saat ini saya dengar berkisar Rp 22.500,- hingga Rp 27.500,- / hari untuk WNI, dan bisa ratusan ribu per-harinya untuk WNA.
Tepok jidat*

Memulai Perjalanan Panjang

Wajib banget foto disini bagi yang ke Semeru
Perjalanan dari Ranu Pani menuju Ranu Kumbolo bisa dicapai dalam waktu 3,5 - 4 jam bagi yang konstan, dan jika santai mungkin sekitar 5 jam.

Track pendakian
Kondisi jalan menuju Ranu Kumbolo melewati bukit yang berkelok-kelok naik dan turun. Jalanan sudah bagus, rambu-rambu sudah jelas, di Pos 1 dan 2 pun bahkan ada Shelter sehingga kawan-kawan bisa duduk leha-leha sembari beristirahat. Hanya saja, siap-siap dari Pos III (ditandai dengan adanya bangunan/shelter yang rubuh), jalanan akan menanjak dan baru akan menurun kembali jika sudah mendekati Pos IV.

Tapi, saat itulah kalian bisa melihat Danau yang berada di atas Gunung, ya selamat datang di Ranu Kumbolo !!

Malam itu pun kami ber-12 sepakat untuk bermalam didinginnya Ranu Kumbolo, sembari menikmati Sunrise yang indah menanti esok hari.

Oiya, pastikan bagi kalian yang ke Semeru untuk membawa Sleeping Bag, memakai full gear mulai dari kaos kaki, sarung tangan, kupluk jika ada, dan tentunya jaket tebal. Ini hukumnya WAJIB !! ga pake ngeyel please..
Karena suhu di Ranu Kumbolo ini sedingin-dinginnya bisa antara -5 hingga -20 derajat Celcius.

Note :  Jangan coba-coba untuk berenang di Ranu Kumbolo, selain dinginnya yang serasa bisa mencabut nyawa, dijamin kalian akan kena diomeli para pendaki yang berada di sekitar situ, dikarenakan air di Ranu Kumbolo berfungsi juga sebagai tempat mengambil air untuk masak dan minum.


12 Oktober 2013
Dinginnya Ranu Kumbolo

Pagi yang dingin di Ranu Kumbolo
View Ranu Kumbolo di Pagi hari
Indahnya Ranu Kumbolo
Tanjakan Cinta
Tidak jauh dari Ranu Kumbolo, kawan-kawan akan melewati yang namanya Tanjakan Cinta untuk meneruskan perjalanan menuju Oro-oro Ombo, Cemoro Kandang, Jambangan hingga Kalimati. Mitosnya, jika kalian berjalan naik ke atas sembari membayangkan orang yang disayangi hingga tiba di atas tanpa menengok ke belakang, katanya sih cintanya bisa terkabul. Tapi, sepertinya mitos hanyakal mitos.. (pernah nyoba dan ga ada efek apa-apa tuh.. makin menjauh iya.. T-T )

Tanjakan Cinta
Setelah selesai sarapan dan beres-beres, kami segera meneruskan perjalanan menuju tujuan kami berikutnya yakni Kalimati dimana kami akan camp sembari menunggu waktu untuk melaksanakan Summit menuju Puncak Mahameru.

Ranu Kumbolo dilihat dari atas Tanjakan Cinta

Padang Oro-Oro Ombo, Cemoro Kandang dan Jambangan
Perjalanan menuju Kalimati dari Ranu Kumbolo bisa dicapai dalam waktu sekitar 3,5 jam dengan melewati Padang Oro-Oro Ombo yang sangat luas (jika sedang tumbuh, bunga lavender-nya akan terlihat sangat bagus berwarna ungu)

Padang Oro-Oro Ombo
Setelah melewati padang Oro-Oro Ombo sepanjang lebih kurang 2 Km, kawan-kawan akan menemui Pos Cemoro Kandang yang ditandai dengan banyaknya pohon cemara yang berjajar. Uniknya di pos ini ada warga setempat yang berjualan pisang goreng, dihargai Rp 2.000,-/ buah. Bahkan, ada juga beberapa minuman bersoda yang dijajakkan disini.

Pos ini juga cukup luas, sehingga kawan-kawan yang ingin beristirahat bisa lebih dengan leluasa. Karena bersiaplah, untuk menuju Pos Jambangan akan dilalui dengan jalan yang agak menanjak, turun lagi, dan kemudian menanjak lagi.

Pos Jambangan, dimana Puncak Mahameru sudah bisa terlihat

Dari Pos Jambangan menuju Pos Kalimati, tidaklah terlalu jauh dan bisa dicapai dalam waktu sekitar 10 menit saja.

Kalimati
Tiba di Kalimati, kami pun segera mendirikan tenda, beristirahat sejenak sembari memasak makanan demi mengisi kekosongan perut kami yang sedari tadi sudah "demo". Alhamdulillahnya, ada tetangga sebelah yang rela berbagi lauk berupa kacang hijau sehingga menambah keberagaman menu makanan kami saat itu.

Selamat makaaaan !!

Menu makanan kami saat itu
Suasana santai di sore hari
Mari makan
Berhubung kami sudah tiba di Kalimati saat sore hari, kami mempunyai waktu yang cukup banyak untuk beristirahat guna persiapan menuju Puncak Mahameru malam nanti. Karena, perjuangan sebenarnya itu baru akan dimulai dari Pos Kalimati menuju ke Puncak Mahameru.

Sebagian dari kami pun ada yang memutuskan untuk tidur, namun ada juga yang asyik mengobrol dan sharing tentang perjalanan-perjalanan yang pernah dilalui.

Menghangatkan diri dengan membuat api unggun

Menuju Puncak Mahameru, Puncak Para Dewa
Tepat pukul 21.00, seperti yang sudah disepakati bersama, kami segera bangun dari tidur kami dan langsung memasak makanan guna mengisi tenaga untuk pendakian kami yang sebenarnya menuju Puncak Mahameru. Setelah semuanya siap, mulai dari perlengkapan hingga bekal makanan dan minuman yang dibawa untuk sepanjang perjalanan, tepat pukul 22.00 pun kami bergerak menuju Pos selanjutnya, yakni Arco Podo.

Menuju Arco Podo
Arco Podo
Untuk menuju Arco Podo, kami harus melewati jalanan yang terus menanjak dan mulai berpasir, sehingga saya sangat menyarankan bagi kawan-kawan yang kesana untuk menggunakan masker agar tidak masuk debu.

Di Arco Podo, ternyata banyak juga kawan-kawan sesama pendaki yang mendirikan tenda, hanya saja memang datarannya banyak yang tidak rata, ditambah sama sekali tidak ada air disini.

Mungkin ada kawan-kawan yang bertanya kenapa Pos ini dinamakan "Arco Podo"? dalam bahasa Jawa, "Arco" itu berarti Arca/patung, dan "Podo" itu berarti mirip/serupa. Konon katanya di dekat Pos ini terdapat dua patung yang sangat mirip, dan gosip-gosipnya hanya bisa dilihat oleh orang-orang yang memiliki kemampuan tertentu saja. Meskipun, ada juga yang mengaku pernah menemukan dan berkata bahwa salah satu dari kepala patung tersebut hilang seperti terpenggal.

13 Oktober 2013

Jalan Panjang Berpasir Menuju Mahameru, Blank 75
Setelah melewati pohon-pohon dimana didekatnya terdapat banyak makam para pendaki yang sebelumnya meninggal disini, kami pun bertemu dengan jalan dimana kanan kirinya dibatasi oleh rantai. Dan saya pun langsung menyadari bahwa inilah yang dinamakan dengan Blank 75 yang sering menyebabkan para pendaki tersesat.

Blank 75 merupakan jurang pasir yang menganga lebar dengan kedalaman 75 meter , dan dipastikan akan sulit untuk kembali naik ke atas jikalau sampai terjebak di dalamnya.

Antrian Menuju Puncak, mulai jalan pasir
Mulai bisa ditemui batu-batu besar
Ketika sudah bertemu dengan pasir menuju Mahameru, biasanya kami mengenal "hukum 3-5", artinya ketika kita mengambil beberapa langkah ke atas, misal 3 langkah, bisa jadi kita akan merosot sebanyak 5 langkah ke belakang.

Belum lagi angin kencang serta udara yang semakin malam akan semakin dingin, membuat kita tidak bisa berdiam diri berlama-lama meskipun badan sudah sangat terasa lelah. Terkesan berat dan menyebalkan ? Ya, memang itulah ujian sebenarnya saat akan mendaki menuju Puncak Mahameru. Siapa bilang mendaki menuju Mahameru mudah ? :)

Note : saya punya sedikit trick agar kawan-kawan tidak mudah merosot saat berjalan di atas pasir, usahakan berjalan secara zig-zag sehingga sebelum kalian merosot, kaki kalian sudah pindah lagi ke sisi lainnya. Alhamdulillah sih cukup berguna. Silahkan saja jika mau dicoba.. Hehehhe..


Tiba di Puncak Mahameru, 3.676 mdpl !!
Setelah melewati perjalanan sekitar 7 jam lamanya dari Pos Kalimati, Alhamdulillah saya pun tiba di Puncak Mahameru 3676 mdpl. Tepatnya pukul 05.00 WIB dimana saat itu udara masih saja terasa dingin meskipun mentari sudah mulai keluar dari singgasananya. Kalau tidak salah mungkin suhu udara saat itu mencapai - 5 hingga -10 derajat Celcius.

Suasana di Puncak Mahameru saat itu sudah sangat ramai oleh para pendaki, padahal baru sekitar pukul 05.00 WIB, dan sudah terasa terang sekali di atas sana.

Sayangnya, pagi itu team kami tidak bisa tiba bersamaan, sempat terpecah menjadi beberapa bagian dikarenakan perbedaan kondisi fisik masing-masing. Saya pun termasuk yang berada di tengah saat itu, bersama dengan Ricky. Sementara Rizal, Raka dan Saddam lah yang mencapai puncak lebih dulu pukul 04.30 WIB. Sumi menyusul bersama Ghofar, begitu pula Shella bersama Juki, dan ditutup oleh Bro Andy. Sayangnya, Rizky dan Pebi tidak berhasil mencapai Puncak Mahameru.

Bagi yang belum tahu, Puncak Mahameru ini termasuk sangat luas dibanding puncak-puncak Gunung lainnya, dan lahannya yang sangat datar sangat memungkinkan jika dijadikan tempat untuk upacara bendera ataupun bermain bola.

Note :
Disarankan paling lama hingga pukul 09.00 WIB saja berada di Puncak Mahameru, dikarenakan lewat dari itu arah angin akan berubah dan membawa gas beracun yang keluar dari kawah Jonggring Saloko mengarah ke Puncak.

Bagi kalian yang ingin menanti erupsi kawah Jonggring Saloko, sabar-sabar saja menunggu tiap 10-15 menit sekali. Itu pun kalau kalian beruntung bisa menunggu tepat waktu. ehehehehe

Berikut adalah foto-foto kami selama di Puncak Mahameru 3.676 mdpl.

Menanti Sunrise di pagi hari
Menanti erupsi Jonggring Saloko

Duaaaaar, Akhirnya yang ditunggu muncul juga..
Sebenarnya sih ini hanya untuk nyari keringat biar ga kedinginan

Maha Besar Allah SWT dengan segala keindahan ciptaan-Nya..Berada di titik tertinggi Pulau Jawa, Puncak Mahameru 3.676 mdpl , 13 Oktober 2013
View lain
Mau berfoto dengan bendera pun harus antri
Ghofar & Sumi
Juki & Shella
Bro Andy Setiawan
Setelah puas berfoto-foto di Puncak, kami pun langsung melanjutkan perjalanan turun kembali menuju Pos Kalimati. Karena memang angin di atas sudah semakin kencang juga dan tidak bagus untuk berlama-lama di Puncak.

Perjalanan turun tidak selama daripada saat naik, bahkan kalian pun bisa berlari jika mau. Mungkin dalam kurun waktu 1-2 jam kalian bisa tiba kembali di Pos Kalimati.

Hanya saja tetap ingat arah ya, jangan sampai terlalu bersemangat dan kalian malah terpleset atau terjebak di Blank 75. Ini serius dan tidak ada maksud untuk menakut-nakuti, karena seringnya banyak pendaki yang tersesat di Blank 75 saat perjalanan turun dari Puncak Mahameru. -,-"

Setelah makan siang dan beristirahat sejenak di Pos Kalimati, kami pun segera bergegas turun untuk kembali menuju Pos Ranu Pani. Dan inilah foto yang sekaligus mengakhiri petualangan kami di Gunung Semeru..

Sebelum turun dari Pos Kalimati
Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kemampuan dan kekuatan yang telah diberikan pada kami semua, Orang tua yang telah mengizinkan anaknya untuk berpetualang, Gunung Semeru beserta Puncak Mahamerunya yang gagah, dan tentunya...

Tulisan ini saya dedikasikan untuk 12 orang yang bersama-sama berada di Gunung Semeru saat itu, meskipun kita sampai (di Puncak) dalam waktu yang berbeda, namun tujuan kita saat itu tetap satu, yakni menggapai Puncak Mahameru.. I love you guys.. semoga bisa berjumpa lagi di lain kesempatan, dalam keadaan yang lebih pastinya.. ;)

Akhir kata, semoga tulisan ini dapat membawa manfaat bagi kalian yang membacanya...


Cheers,

RPR - Sang Petualang
silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian


Senin, 09 Maret 2015

Aceh : Serambi Mekah ala Indonesia

Kali ini saya akan mengajak kawan-kawan sekalian untuk "mengunjungi" provinsi terbarat di Indonesia, yakni Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), yang sekaligus tempat kelahiran Bapak saya.

Bisa dibilang, ini merupakan catatan perjalanan lama saya (very late post, tahun 2010 ) ketika saya berkesempatan kesana dalam rangka liburan demi menghilangkan penat di Ibukota. Sekaligus, perjalanan yang akan mengingatkan kita semua akan hebatnya bencana alam Tsunami yang pernah melanda negeri ini pada 26 Desember 2004 silam...

*Mohon maaf sebelumnya saya tidak ingat HTM masuk ke berbagai tempat yang dituju, karena memang sudah sangat lama.. -,-


Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda
Untuk mencapai Banda Aceh, bisa mengambil pesawat dari Jakarta menuju Banda Aceh dengan lama penerbangan kurang lebih 3 jam (saat itu saya transit dulu selama 10 menit di Medan sebelum melanjutkan ke Banda Aceh).

Kenyamanannya jika berlibur ke tempat dimana banyak saudara berada, kita tidak perlu repot-repot berpikir bagaimana transportasi dan akomodasi kita selama disana, karena sepupu-sepupu saya sudah mengatur itu semua.  hehehehe

Benar saja, ketika saya mengabari akan ke Aceh beberapa hari sebelumnya, sepupu-sepupu saya sudah heboh menjemput di Bandara. Dan, petualangan pun dimulai. 

Ada apa saja di Aceh ?


A. Kuburan Massal Siron
Tempat pertama yang saya singgahi ketika menginjakkan kaki ke Banda Aceh adalah Kuburan Masal Siron. 

Gerbang Kuburan Masal Siron
Jika kawan-kawan sempat mengingat tragedi Tsunami Aceh yang terjadi pada 26 Desember 2004 silam, disinilah sebagian besar korban-korban Tsunami Aceh yang belum teridentifikasi (dikarenakan kondisi jasadnya memang sudah hancur terkena gelombang Tsunami yang sangat dahsyat sehingga sulit lagi untuk dikenali ) dikuburkan secara massal.


Bagian dalam Kuburan Masal Siron
Proses pembangunan Kuburan Masal Siron
Proses pemakaman Massal dengan dibantu alat berat

B. Masjid Raya Baiturrahman Aceh
Siapa yang tidak kenal dengan masjid megah nan cantik yang satu ini ? Masjid ini merupakan salah satu Masjid yang selamat meskipun daerah sekitarnya hancur diterjang oleh gelombang Tsunami 2004 silam. Menurut catatan sejarahnya, didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1022 H / 1612 Masehi, bisa dibilang sebagai salah satu Masjid tertua yang ada di Indonesia. Terletak di jantung kota Banda Aceh dan menjadi pusat kegiatan di NAD. Di sekitar masjid ini terdapat berbagai macam kerajinan tangan khas masyarakat Aceh yang bisa dibeli dengan harga terjangkau.

Saran saya, jika ada kenalan orang Aceh, ajak saja beliau ketika berbelanja, karena biasanya mereka (pada pedagang) segan untuk menawar mahal jika menjualnya kepada sesama orang Aceh. Kalau saya waktu itu mengajak ipar saya (Kak Mina) yang asli Aceh.

Tampak depan

Tampak Samping Masjid Baiturrahman
Menjelang Maghrib, lampu sudah dinyalakan. Indah sekali !

Halaman Masjid
Masjid Baiturrahman yang tetap kokoh meskipun diterjang Tsunami















C. Kedai Kopi Dhapukupi
Bagi pecinta kuliner , terutama kopi, wajib hukumnya mampir ke kedai Dhapu Kupi yang terletak di Simpang Lima sebelum menuju kota Banda Aceh (arah dari Bandara Sultan Iskandar Muda ).

Kedai Kopi Dhapu Kupi
Dhapu Kupi merupakan salah satu tempat nongkrong favorit saya selama di Aceh, karena disini kita bisa menikmati Martabak Aceh dan Teh tarik khas Banda Aceh, dengan harga yang terjangkau pula pastinya. Saya jamin, rasanya akan berbeda jauh dengan restoran-restoran Aceh yang ada di Jakarta.. hehehe
Dhapu Kupi juga menyediakan fasilitas Wi-Fi, sehingga kita bisa menikmati suasana sore sambil berinternet ria. ^^


D. Kopi Solong Ulee Kareng
Selain Dhapu Kupi, saya juga diajak abang sepupu saya (Bang Iqbal) berkunjung ke Kedai Kopi yang satu ini, masih terletak di Kecamatan Ulee Kareng, kota Banda Aceh. Secara bangunan, kedai kopi ini memang tidak sebesar Dhapu Kupi. Namun, suasana yang tercipta di kedai yang satu ini benar-benar terasa di rumah. 

Bisa saya lihat saat itu, walaupun terkesan sederhana, warung kopi ini tidak pernah sepi dengan pengunjung, terutama jika mentari sudah terbenam, suasana akan semakin cenderung ramai. Abang saya pun menjelaskan, di Aceh itu yang paling banyak "peredarannya" adalah Kedai Kopi, karena memang masyarakat Aceh pada umumnya "ngopi Kopi". Jujur, semenjak dari sana lah saya jadi gemar "ngopi" sembari ditemani dengan sebungkus rokok setiap bertemu kangen dengan kawan atau pun sanak keluarga. Sedaaaaap !!!

Sedikit mengutip dari http://kopiuleekareng.blogspot.com/ Provinsi NAD menganut hukum syariat Islam, oleh karenanya disini hampir tidak ada tempat hiburan malam. Gantinya, tempat "ngopi" yang banyak beredar sebagai ajang berkumpul dengan sanak famili maupun rekan-rekan sejawat. Untuk busana , terutama bagi kaum wanita yang bepergian keluar rumah wajib memakai hijab dan baju tertutup (minimal lengan panjang)


E. Kapal PLTD Apung
Terletak di Gampong Punge Blang Cut, Banda Aceh. Ini adalah kapal tanker besar yang terbawa arus gelombang Tsunami hingga akhirnya terdampar di daratan. Menurut info dari masyarakat sekitar saat saya kesana, kapal itu belum pernah dipindahkan sejak terdampar, jadi bisa dibayangkan mungkin masih ada sisa-sisa mayat atau puing-puing yang terjebak dibawahnya (bisa kawan-kawan lihat juga dari ukurannya yang sangat besar ). Fyi, ada yang bilang beratnya sekitar 2600 ton. Jadi, bisa dibayangkan betapa dahsyatnya gelombang Tsunami saat itu sehingga bisa membuat kapal sebesar dan seberat itu terdampar sekitar 4-5 km dari pelabuhan.

PLTD Apung yang terdampar
Sayangnya, saat saya kesana (2010) belum ada akses yang cukup mudah jika ingin masuk ke dalam Kapal. Jadi saya hanya bisa melihatnya dari luar saja. 

Beruntungnya bagi kalian yang mungkin ingin mengunjungi Aceh dalam waktu dekat, saat ini disekitar kapal tersebut sudah dibuat tangga agar para pengunjung lebih mudah jika ingin masuk dan melihat-lihat ke dalamnya.




Bandingkan ukurannya dengan badan saya
PLTD Apung















F. Museum Tsunami Aceh
Berlokasi di Jl.Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Di dalam museum ini, bisa kita lihat berbagai catatan tentang kejadian Tsunami Aceh . Yang paling menarik perhatian saya adalah karena bangunan ini didominasi oleh berbagai foto memilukan yang menggambarkan betapa gelombang dahsyat telah memporak porandakan Aceh saat itu.

Gedung ini dirancang oleh seorang arsitek asal Indonesia, bernama Ridwal Kamil (saat ini menjabat sebagai Walikota Bandung, periode 2013 - 2018 ). Bangunan ini secara struktur memiliki 4 lantai dengan luas sekitar 2500 m2.

Tampak Depan Museum Tsunami Aceh
Disini, tidak semua foto bisa saya tampilkan (karena memang ada beberapa gambar yang terlalu sadis dan tidak pantas dilihat, 

Silahkan disimak..
Bagian dalam Museum Tsunami Aceh
Keterangan tentang Museum

Para relawan yang sedang mengumpulkan mayat

Kapal yang tersangkut di atas genteng rumah
Mobil yang sudah tidak berbentuk
Dikejar oleh Gelombang Tsunami
Keadaan Aceh sebelum Tsunami
Sesudah Tsunami
Kehancuran fasilitas dimana-mana
Masjid yang tetap kokoh, meskipun sekitarnya rata dengan tanah

Saya beserta keluarga kehilangan 20 orang keluarga dan kerabat saat musibah ini terjadi, 3 orang diantaranya ditemukan sudah menjadi mayat, dan 17 sisanya hilang hingga saat ini.. #tears..

Hanya bisa mendoakan, semoga amal ibadah mereka semua diterima disisi Allah SWT dan diampuni segala dosa-dosanya.. :')


G. Pantai Lampu'uk (15 km dari Banda Aceh)
Menurut informasi dari beberapa sumber yang pernah saya baca, mengutip sedikit dari http://www.indonesiakaya.com, Pantai Lampuuk merupakan salah satu primadona bagi masyarakat Aceh sebelum terjadinya bencana Tsunami pada 2004 silam. Pantai ini merupakan salah satu pantai yang hancur parah saat terjadinya Tsunami, dimana pohon-pohon, bangunan, serta hotel yang berada di sekitar pantai ini hancur akibat diterjang gelombang Tsunami.

Tapi yang saya lihat saat berkunjung kesana tahun 2010, pantai ini sudah kembali ramai dikunjungi oleh pengunjung, yang menandakan bahwa rasa trauma masyarakat sekitar sudah berangsur-angsur pulih.

Pantai ini memang seru sebagai pilihan tempat berlibur, selain memiliki pasir putih dan pepohonan pinus yang rindang, disini kita juga bisa menikmati berbagai keindahan alam yang ada sembari menyantap berbagai aneka hidangan seafood, dengan pilihan dibakar atau digoreng. Jika haus, disini pun banyak tersedia air kelapa.

Soal harga?  aman boss.. masih terjangkau lah oleh kantong.. :)

Pesona Pasir Putih Pantai Lampuuk

Bersama keluarga di Aceh
Menikmati hangatnya suasana Pantai Lampuuk















Sebenarnya, masih banyak kawasan menarik dari Aceh yang bisa di-explore, seperti pantai - pantai yang tidak kalah eksotik, berbagai spot untuk snorkling, dll. Hanya saja berhubung keterbatasan waktu, ditambah saat itu memang saya juga sembari kerja, jadinya tidak banyak yang bisa saya explore.

Jika ada langkah kembali kesana, salah satu yang ingin saya datangi adalah Titik 0 derajat Indonesia, Pantai Gapang dan Pantai Iboih yang ada di Sabang. Jika tidak ada halangan, In sya Allah mungkin Lebaran tahun ini sekalian mudik kesana. ;)


Demikian, semoga tulisan saya ini bisa menjadi manfaat bagi siapapun yang membacanya..


Cheers,

RPR - Sang Petualang
(silahkan di follow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)