07 November 2014
Berawal dari obrolan singkat saya dengan beberapa kawan di BPJ (Backpacker Jakarta) tentang Gunung Munara, sebuah gunung (atau lebih tepatnya bukit karena tingginya tidak sampai 2000mdpl) yang berada di desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, akhirnya membawa saya untuk mencoba menjelajah Gunung tersebut pada 7 November 2014 lalu.
Berawal dari obrolan singkat saya dengan beberapa kawan di BPJ (Backpacker Jakarta) tentang Gunung Munara, sebuah gunung (atau lebih tepatnya bukit karena tingginya tidak sampai 2000mdpl) yang berada di desa Kampung Sawah, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, akhirnya membawa saya untuk mencoba menjelajah Gunung tersebut pada 7 November 2014 lalu.
Setelah kontak dengan "kuncen" Munara (Herdy Benk-Benk) sekaligus membicarakan ongkos untuk kesana sehari sebelumnya, berangkatlah saya menuju Bogor dengan menggunakan Commuter Line pada tanggal 7 November 2014 malam.
Setelah turun dari kereta, saya bertemu dengan Danna (kawan saya di BPJ) yang ternyata berada pada kereta yang sama. Saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB dan saya bergegas untuk keluar dari peron kereta menuju tempat Meeting Point yang sudah ditentukan.
Bertemu kawan-kawan baru di depan Stasiun Bogor |
Disana, kami bertemu dengan peserta lain, sekaligus berkenalan dan memulai berbagai macam obrolan untuk mencairkan suasana (biar akrab gituh..hehe)
Oiya, Sharecost yang kami kumpulkan disini adalah Rp 50.000,-/ orang (kisaran untuk ke Munara Rp 39.000,- sampai Rp 50.000,- seorang ) sudah termasuk segalanya mulai dari tarif angkot bolak-balik, tips supir, dan biaya administrasi untuk masuk ke Gunung Munara.
Kebetulan saat itu sudah diatur oleh Herdy selaku Tour Leader kami selama perjalanan, sehingga kami hanya tinggal tahu beres saja.
Setelah menyelesaikan administrasi dan angkot datang, berangkatlah kami ber-19 menuju desa Kampung Sawah dimana tujuan kami sudah menunggu.
Ban bocor |
Namun, terkadang, bukanlah sebuah petualangan jika tidak ada "hambatannya". Belum lama angkot berjalan ban kiri belakang kami kempes, setelah diganti ban dan angkot siap berjalan lagi, ban pun kembali kempes, namun di ban yang berbeda. Hal tersebut membuat sang sopir berinisiatif untuk mengganti mobil supaya tidak ada masalah lagi saat jalan.
Ternyata, masalah pun belum selesai sampai disitu, saat memasuki area hutan, gantian lampu yang tidak menyala sehingga membuat suasana jadi agak "mencekam" saat itu.
Pos Perizinan Gunung Munara |
8 November 2014
Sekitar pukul 00.45 WIB, tibalah kami di pos perizinan Gunung Munara.
Sekitar pukul 00.45 WIB, tibalah kami di pos perizinan Gunung Munara.
Setelah berisitirahat sebentar dan packing ulang barang-barang yang akan dibawa, barulah pukul 01.23 WIB kami memulai perjalanan menuju Puncak Gunung Munara (niatnya sih sekalian liat sunrise..hehehe)
Perjalanan dibuka dengan jalur melewati rumah-rumah warga yang jalanannya bertanah merah (untung saja saat itu tidak hujan sehingga tidak licin), kemudian disambung dengan melewati jembatan yang tidak ada pegangannya menuju hutan bambu.
Setelah mencapai hutan bambu, jalan mulai terasa sedikit mendaki dan melewati batu-batu dan terus naik ke atas, hingga kami menemukan plang "Kramat Gunung Menara" (Munara dalam bahasa Sunda) seperti di bawah ini.
Plang Kramat |
Melihat tulisan di atas ini, bisa saya simpulkan bahwa Gunung Munara termasuk sebagai gunung yang sering dijadikan daerah petilasan ataupun ziarah para tokoh-tokoh jaman dulu. Bahkan mungkin juga dijadikan tempat untuk mencari "ilmu".
Berhubung suasana saat itu cukup gelap, jadi saya tidak bisa melihat berbagai macam Goa dan objek wisata lainnya seperti Goa petilasan Soekarno, Batu Menara, dan tapak Kabayan yang ada di gunung ini.
Puncak Gunung Munara |
Tepat pukul 02.23 WIB, yaitu setelah 1 jam berjalan (diiringi dengan istirahat 1x), kami pun tiba di Puncak Gunung Munara dan segera memposisikan diri untuk berfoto dengan plang Puncak. Tapi sampai hari ini saya pun masih ragu dengan tinggi Gunung ini sebenarnya. Ada yang bilang 1.119 mdpl, ada juga yang menyebut hanya 387 mdpl.
Puncak Gunung ini terdiri atas beberapa bongkahan batu-batu besar dan beberapa pohon yang saya rasa lumayan sebagai tempat berlindung saat matahari mulai naik di siang hari.
Bisa saya bilang, suhu di Puncak tidaklah dingin, jadi dengan bermodalkan jaket tipis saja juga tidak masalah.
Setelah mencari "lapak" masing-masing untuk beristirahat sembari menunggu datangnya "sunrise", kami pun segera mengisi perut dengan memasak Indomie dan pastinya Kopi sebagai kawan saat kami bebincang malam..hehehe.
Tapi ada juga kawan-kawan kami yang tiada henti-hentinya berfoto di berbagai sudut Puncak (padahal gelap juga gituh.. -,- )
Sekitar pukul 05.30 WIB, barulah yang ditunggu-tunggu muncul dengan indahnya, sehingga terciptalah berbagai foto-foto di bawah ini :
Selamat Pagi dari Puncak Gunung Munara |
Rebutan nyari spot buat foto |
Ini kawan gw si Danna |
Menikmati fenomena Sunrise |
Setelah "kenyang" foto-foto dan makan, kami pun segera beranjak turun sebelum matahari terasa sangat terik, dan barulah di perjalanan saya menemui berbagai macam objek yang tidak bisa saya lihat ketika malam hari.
Salah satunya ada batu tinggi menjulang yang disebut dengan batu menara adzan yang konon katanya dulu dipergunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, kemudian ada Goa Soekarno yang pernah dijadikan petilasan bung Karno untuk bersemedi, dan tapak Kabayan yang besarnya sekitar 2 kali kaki manusia dewasa normal.
Sayangnya ketiga tempat tersebut tidak saya foto ---,---
Tidak jauh dari ketiga objek tersebut, kami juga mengunjungi Goa yang dulunya sempat djadikan tempat Petilasan Sultan Maulana Hasanuddin Banten (Putra Sunan Gunung Jati) dan kemudian berfoto lagi di depan plang Gunung Munara.
Goa Petilasan Sultan Maulana Hasanuddin Banten |
Berfoto di Batu besar plang Situs Gunung Munara (dekat warung) |
Kemudian, perjalanan kembali dilanjutkan, dan spot terakhir yang kami kunjungi adalah Puncak Batu Belah. Tapi, berhubung saya sudah agak lelah saat itu, jadinya saya tidak melanjutkan hingga ke batu paling atas, tapi yang seru, diantara batu belah terdapat Goa yang bagus untuk dijadikan tempat foto, kira-kira seperti inilah pemandangannya saat itu :
View dari Batu Belah (tidak sampai atas tapinya) |
Goa Batu Belah |
Oh iya, dibawah sedikit, setelah melewati berbagai tangga batu, terdapat Goa yang disebut sebagai kandang kuda, seperti ini rupanya :
Goa Kandang Kuda |
Alhamdulillah, sekitar pukul 10.30 WIB, kami semua tiba kembali di pos perizinan dan segera beristirahat sejenak sembari menunggu angkot yang akan menjemput dan mengantar kami kembali ke Stasiun Bogor.
Barulah sekitar habis Dzuhur, kami segera bertolak ke Stasiun Bogor untuk kembali ke rumah masing-masing. Kembalinya kami ke Stasiun Bogor bisa dibilang menutup petualangan kami hari itu.
Bisa dibilang, team saya kali ini merupakan team yang paling narsis, karena sepanjang jalan penuh dengan foto-foto, bahkan di peron serta di dalam KRL pun tidak pernah berhenti untuk berfoto dan mengabadikan segala moment yang ada.
Benar-benar super eksis, tapi saya salut karena mereka ga ada yang jaim..hehe
Benar-benar super eksis, tapi saya salut karena mereka ga ada yang jaim..hehe
Sebelumnya juga saya ucapkan terima kasih kepada kawan saya Herdy Benk-Benk beserta team Ants-nya yang sudah mau mengantar kami semua kesana.
Dan inilah beberapa foto yang saya anggap paling menggambarkan kekompakan dan kehebohan kami saat itu (sayang formasi sudah tidak lengkap karena sudah ada yang pulang duluan).
Yah anggap saja sebagai ekspresi kegembiraan dan keceriaan kami yang sedih karena sebentar lagi harus berpisah (cielaaaaah...hahaha)
cekidot!
Rusuh di pinggir Rel |
Rusuh di pinggir Peron |
Rusuh di dalam KRL |
Oke, mungkin segitu dulu ceritanya kali ini, sampai jumpa lagi di lain kesempatan...
Pastinya, di destinasi yang jauh lebih seru!!
hehehe
Semoga informasi yang ada dapat bermanfaat buat kawan-kawan yang ingin ke Gunung Munara.
Cheers,
RPR - Sang Petualang
(Silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)
(Silahkan difollow IG saya jika berkenan : @rezkirusian)