24 Mei 2015 silam, saya beserta kawan-kawan dari komunitas Backpacker Jakarta berkesempatan jalan-jalanke kota Serang, pro vinsi Banten dalam rangka City Tour.
Seperti yang mungkin sudah kita ketahui, Serang yang terletak di bagian barat Pulau Jawa ini menyimpan berbagai peninggalan budaya masa lalu berupa artefak, bangunan, serta tradisi yang sangat sayang untuk dilewatkan.
Ada apa saja di Serang ?
A. Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama
Museum yang bersebelahan dengan Masjid Agung Banten Lama ini menjadi destinasi awal kami ketika tiba di Serang. Untuk masuk ke dalam Museum , tiap pengunjung dikenakan biaya Rp 1.000,- (sangat murah untuk sebuah pameran benda-benda kebudayaan zaman dulu) . Di dalam , dapat ditemui berbagai macam barang-barang kuno seperti guci, koin, lukisan, patung, peralatan dapur, serta berbagai macam artefak peninggalan purbakala, dan tak lupa catatan sejarah kota Serang (Banten Lama) yang terpampang memanjang di salah satu tembok Museum.
Papan Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama |
Tampak luar bangunan Museum |
Bagian dalam :
Berfoto bersama di bagian dalam Museum |
Berbagai koleksi piring, mangkuk dan cawan |
Vas bunga yang hampir pecah |
Duo vas bunga |
Peluru Meriam |
Di bagian luar, tepatnya di pekarangan museum,dapat ditemui sebuah meriam besar dan berbagai batu-batu bertuliskan sajak Jepang, serta beberapa pecahan tembikar. Lebih kurang sepert inilah penampakannya :
Meriam |
Batu dengan tulisan sajak Jepang |
Jika mendadak lapar atau haus, disekitar pekarangan Museum banyak terdapat pedagang yang menawarkan aneka makanan dan minuman seperti Batagor, Es Kelapa, Es Cendol dll nya yang bisa dinikmati sembari menyiasati cuaca yang (pastinya) semakin memanas.
B. Masjid Agung Banten Lama
Tidak jauh dari kawasan museum, jika mengikuti jalur dimana banyak pedagang di kanan dan kiri jalan, kita akan menemukan pintu masuk menuju Masjid Agung Banten Lama. Menurut catatan sejarahnya, Masjid ini merupakan salah satu masjid tertua di Indonesia yang banyak menyimpan catatan sejarah. Pembangunannya diprakarsai oleh Sultan Maulana Hasanuddin (Sultan pertama Banten), sekitar tahun 1552 - 1570 dan merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Berhubung saat itu sangat ramai dengan pengunjung, maka kami pun agak sulit untuk masuk ke bagian dalam masjid, sehingga kunjungan ke dalam Masjid pun harus kami relakan. Tapi tenang, berikut saya lampirkan foto-foto tentang Masjid Banten Lama dalam perjalanan saya sebelumnya.
Pekarangan Masjid Agung Banten Lama |
Berfoto dengan menara Masjid Agung Banten Lama |
Bagian dalam Masjid |
C. Keraton Surosowan
Tidak jauh dari komplek Masjid dan Museum, di bagian depan terdapat bekas reruntuhan istana yang dinamakan Keraton Surosowan. Kami pun langsung tertarik masuk dan berniat berburu beberapa foto didalamnya.
Mengutip catatan sejarahnya, Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522 - 1526 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Dimana pada masa penguasa Banten berikutnya, bangunan keraton ini ditingkatkan, bahkan konon melibatkan arsitek asal Belanda, yaitu Hendrik Lucaz Cardeel, yang kemudian memeluk Islam dan bergelar Pangeran Wiraguna. Bisa dilihat,disekeliling Keraton terdapat dinding pembatas setinggi 2 meter yang mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Sekilas, Keraton Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan Bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten disebut juga dengan Kota Intan. Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Surosowan)
Mengutip catatan sejarahnya, Keraton ini dibangun sekitar tahun 1522 - 1526 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin. Dimana pada masa penguasa Banten berikutnya, bangunan keraton ini ditingkatkan, bahkan konon melibatkan arsitek asal Belanda, yaitu Hendrik Lucaz Cardeel, yang kemudian memeluk Islam dan bergelar Pangeran Wiraguna. Bisa dilihat,disekeliling Keraton terdapat dinding pembatas setinggi 2 meter yang mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Sekilas, Keraton Surowowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan Bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten disebut juga dengan Kota Intan. Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Surosowan)
Menurut saya,waktu terbaik untuk mengunjungi Keraton ini adalah pada sore hari , dikarenakan siang hari akan terasa panas sekali disini. Pekarangannya cukup luas, dan rasa-rasanya akan memakan waktu lama jika kita ingin mengeksplore tiap sudut dari reruntuhan keraton ini. Oh iya, untuk masuk ke dalam kawasan Keraton Surosowan ini tidak dipungut biaya.
Reruntuhan Keraton Surosowan |
Sepintas terlihat seperti sawah |
Tampak lain |
D. Danau Buatan Tasikardi
Menjelang makan siang, kami merapat ke sebuah Danau buatan yang bernama "Tasikardi". Terletak di desa Margasana, kecamatan Kramatwatu, Serang. Untuk masuk ke dalam kawasan ini, dikenakan biaya sekitar Rp 10.000,-/orang (jika rombongan akan lebih murah kenanya).
Disini, terdapat berbagai aneka jajanan tradisional, seperti pecel, cimol, aneka gorengan dll dengan harga yang relatif murah, sehingga tidak perlu khawatir akan masalah perut.. ^^. Bagi kalian yang ingin menunaikan Shalat, di bagian lain kawasan terdapat Musholla. Ada juga gazebo yang disewakan dengan harga Rp 20.000,-/tempat yang bisa digunakan untuk makan atau sekedar berkumpul bersama kawan sembari berisitrahat.
Menurut saya pribadi, sebenernya tidak ada yang terlalu istimewa dengan kawasan ini, selain dengan adanya Pulau Buatan yang berada di tengah- tengah kawasan yang bisa dibilang menjadi daya tarik dari Danau Buatan Tasikardi. Bagi kalian yang suka bermain perahu bebek mengitari danau, disinipun ada.
Pulau Buatan di tengah Danau Tasikardi |
E. Pantai Karang Bolong, Anyer
Perjalanan kami menuju Pantai Karang Bolong ditempuh dalam waktu lebih kurang 3 jam perjalanan, "apes"nya, bus kami sempat beberapa kali mogok sehingga kami pun harus mendorong hingga bus bisa berjalan normal kembali. Anggap saja olah raga sore-sore deh. -,-
Tiba di Pantai Karang Bolong, kami dikenakan biaya sebesar Rp 15.000,-/ orang untuk memasuki kawasan.
Karang Bolong, mirisnya banyak sekali sampah bertebaran |
Untuk mendapatkan view terbaik dari kawasan ini, cobalah untuk naik ke atas Karang Bolong. Jalan keatas dapat dicapai dengan menaiki anak tangga yang sudah dibuat rapi oleh pengelola.
Menuju Puncak Karang Bolong |
View dari atas Karang Bolong, dimana garis Cakrawala* terlihat jelas |
View Pantai di bawah Karang Bolong |
View ketika sampai di bawah |
Bagian lain pantai yang bisa dipakai untuk bermain air |
Akhirnya, menikmati Sunsets di Pantai Karang Bolong |
Pantai Karang Bolong di Anyer ini, merupakan destinasi terakhir kami sebelum kembali pulang ke Jakarta, namun perlu diketahui, sebenarnya masih banyak beberapa destinasi wisata seru lainnya yang belum sempat dikunjungi. Yah, harap maklum memang dikarenakan oleh adanya keterbatasan waktu.
Wisata yang tidak sempat dikunjungi :
Berikut, saya jabarkan beberapa tempat seru yang pernah saya kunjungi dan mungkin bisa menjadi pilihan seru saat kunjungan berikutnya,
F. Istana (Keraton) Kaibon
Secara letak, sebenarnya kita pasti akan melewati bekas reruntuhan istana/ keraton ini sesaat sebelum masuk menuju Keraton Surosowan ataupun Masjid Agung Banten Lama. Karena memang letaknya yang berada tepat di pinggir jalan. Hanya saja, secara bangunan, masih lebih banyak yang tersisa dan terkesan "lebih mewah" jika dibandingkan dengan keraton Surosowan, karena disini kita bisa melihat beberapa struktur dari bangunan yang masih berdiri kokoh. Bagi kalian yang hobi hunting foto, disini banyak terdapat spot-spot seru yang sayang untuk dilewatkan. Berikut penampakannya:
Tampak depan Istana Kaibon |
Puing-puing peninggalan berupa gerbang |
Gerbang yang masih berdiri kokoh |
Banyak spot seru untuk dijadikan tempat berfoto |
Sepertinya ini merupakan gerbag utama |
Ditinjau dari namanya (Kaibon = Keibuan), keraton ini dibangun untuk ibu Sultan Syafiudin, Ratu Aisyah mengingat pada waktu itu, sebagai sultan ke 21 dari kerajaan Banten, Sultan Syaifusin masih sangat muda (masih berumur 5 tahun) untuk memegang tampuk pemerintahan.
Keraton Kaibon ini dihancurkan oleh pemerintah Belanda pada tahun 1832, bersamaan dengan Keraton Surosowan. Asal muasal penghancurannya, adalah ketika Du Puy, utusan Gubernur Jenderal Daendels meminta kepada Sultan Syafiudin untuk meneruskan proyek pembangunan jalan dari Anyer sampai Panarukan, juga pelabuhan armada Belanda di Teluk Lada (di Labuhan). Namun, Syafiuddin dengan tegas menolak. Dia bahkan memancung kepala Du Puy dan menyerahkannya kembali kepada Daen Dels yang kemudian marah besar dan menghancurkan Keraton Kaibon (Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Kaibon)
G. Kuliner Rabeg & Sate Bebek di Alun-Alun Serang
Bagi kalian pecinta kuliner, jangan lupa untuk berkunjung ke kawasan Alun-Alun Serang yang berada di jantung kota Serang. Kawasan ini akan terasa sangat ramai di malam minggu, dikarenakan banyak muda mudi yang menghabiskan waktu bersama untuk sekedar duduk-duduk atau wisata kuliner di sekitar alun-alun. Begitu pula dengan saya saat beberapa waktu lalu kemari.
Di perjalanan saya sebelumnya, saya berkesempatan untuk mencicipi Rabeg dan Sate Bebek khas kota Serang. Jika ada yang belum tahu, Rabeg dilihat sekilas mirip dengan Soto, dan Sate Bebek disini disediakan per porsi 10 tusuk dengan bumbu istimewa. Kawan-kawan bisa memilih ingin dengan nasi atau lontong. Rasanya ? Silahkan dicoba sendiri yaa jika kesana.. He he he..
Sekian dulu tentang cerita perjalanan saya di Serang, terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di perjalanan berikutnya..
Cheers...
RPR - Sang Petualang
(Bisa difollow Instagram saya jika berkenan : @rezkirusian )
G. Kuliner Rabeg & Sate Bebek di Alun-Alun Serang
Bagi kalian pecinta kuliner, jangan lupa untuk berkunjung ke kawasan Alun-Alun Serang yang berada di jantung kota Serang. Kawasan ini akan terasa sangat ramai di malam minggu, dikarenakan banyak muda mudi yang menghabiskan waktu bersama untuk sekedar duduk-duduk atau wisata kuliner di sekitar alun-alun. Begitu pula dengan saya saat beberapa waktu lalu kemari.
Di perjalanan saya sebelumnya, saya berkesempatan untuk mencicipi Rabeg dan Sate Bebek khas kota Serang. Jika ada yang belum tahu, Rabeg dilihat sekilas mirip dengan Soto, dan Sate Bebek disini disediakan per porsi 10 tusuk dengan bumbu istimewa. Kawan-kawan bisa memilih ingin dengan nasi atau lontong. Rasanya ? Silahkan dicoba sendiri yaa jika kesana.. He he he..
Plang Nama Rabeg Khas Serang |
Rabeg Khas Serang |
Sate Bebek dengan bumbu istimewa |
Sekian dulu tentang cerita perjalanan saya di Serang, terima kasih sudah membaca dan sampai jumpa di perjalanan berikutnya..
Cheers...
RPR - Sang Petualang
(Bisa difollow Instagram saya jika berkenan : @rezkirusian )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar