Awal September 2015 lalu, saya bersama 7 orang kawan berkesempatan untuk mengunjungi D.I Yogyakarta. Sebagai persiapan, kami pun sudah membeli tiket kereta keberangkatan pada 2 bulan sebelumnya.
4 September 2015
Malam Pukul 21.00 WIB kami sudah berkumpul di Stasiun Senen untuk menanti KA Progo yang akan mengantar kami menuju Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Tepat pukul 22.30 WIB kami berenam pun berangkat untuk menyusul 2 kawan yang sudah lebih dulu tiba di Yogyakarta.
5 September 2015
Sesuai dengan jadwal, sekitar pukul 06.55 pagi, kami sudah tiba di Stasiun Lempuyangan, Yogyakarta. Hal pertama yang kami lakukan adalah bersih-bersih diri sejenak, dilanjutkan dengan mencari kawan kami (Jeral) yang sudah tiba lebih dulu di Yogyakarta. Tak lama, mobil yang disewa pun sudah tiba, dan kami langsung bergerak menuju Bandara Adisucipto, Yogyakarta untuk menjemput kawan kami yang baru saja landing (Bang Hendrik).
A. Gunung Api Purba Nglanggeran
Bisa dibilang, perjalanan kami ke Yogyakarta kali ini seperti tanpa itinery (rencana perjalanan). Walaupun sudah direncakan jauh-jauh sebelumnya, tapi seakan-akan rencana tinggallah rencana disana. Dan ketika kami bergerak menuju Gunung Kidul, Wonosari, objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran lah yang menjadi tujuan pertama kami.
Untuk biaya masuk, dikenakan sebesar Rp 7.000,-/orang, dan parkir mobil sebesar Rp 5.000,-. Oiya, bagi kalian yang ingin sarapan terlebih dahulu, di dekat lokasi pintu masuk (berjarak sekitar 50 meter) terdapat aneka warung makan dengan harga yang pastinya tidak merusak kantong. Kami pun memilih untuk makan di salah satu rumah makan Padang yang ada disana.
Sekilas, jalan yang harus dilalui ketika berkunjung di Gunung Api Purba ini terlihat seperti Gunung Munara yang ada di kecamatan Rumpin, Bogor. Yakni sama-sama melewati jalur dengan bebatuan besar di kanan dan kirinya, namun bedanya tidak melewati jalur hutan. Di dalam kawasan ini saya rasa tidak terlalu memerlukan guide, dikarenakan memang petunjuk arahnya sudah sangat jelas, bahkan disetiap belokan pun bisa kalian temui berbagai petunjuk arah.
Bagi yang ingin mencoba camping, di dalam kawasan ini pun disediakan sebuah lahan datar yang tidak jauh dari pintu masuk. Untuk harganya, mohon maaf saya tidak sempat menanyakan.
Oiya, tidak jauh setelah melewati jalan dengan bebatuan besar ini, nanti akan kalian temui sebuah lorong yang bisa dibilang sangat sempit dan kami pun harus agak merangkak sembari menaiki tangga untuk melewatinya. Ya, namanya adalah Lorong Sumpit. Rasakan sendiri sensasinya melewati lorong tersebut jika kalian kesana yak...
Untuk mencapai tempat seperti di foto sebelah ini, kami memerlukan waktu sekitar 40 menit
dengan berjalan kaki (udah termasuk dengan foto-foto aneka rupa dan
istirahat, santai banget lah pokoknya..) Dari sini pun menurut saya
pemandangan sudah cukup oke. Karena kami seperti berdiri diantara tebing-tebing besar dengan pemandangan luas dibawahnya. Kalau tidak salah mungkin ini yang dimaksud dengan Pos 1 Gunung Api Purba Nglanggeran.
Melanjutkan perjalanan kembali, tidak lama kami pun bertemu dengan sebuah area terbuka dengan pemandangan yang tidak kalah bagus dari sebelumnya. Bisa dibilang ini Puncak Bayangan dari Gunung Api Purba.
Berhubung hari sudah siang dan hari sudah semakin panas, kami pun memutuskan untuk turun kembali ke bawah tanpa mengunjungi Puncak dari Gunung Api Purba dan melanjutkan ke destinasi berikutnya yakni Embung Nglanggeran.
Bisa dibilang, perjalanan kami ke Yogyakarta kali ini seperti tanpa itinery (rencana perjalanan). Walaupun sudah direncakan jauh-jauh sebelumnya, tapi seakan-akan rencana tinggallah rencana disana. Dan ketika kami bergerak menuju Gunung Kidul, Wonosari, objek wisata Gunung Api Purba Nglanggeran lah yang menjadi tujuan pertama kami.
Tiba di lokasi Gunung Api Purba Nglanggeran |
Perjalanan pun dimulai ! |
Bagi yang ingin mencoba camping, di dalam kawasan ini pun disediakan sebuah lahan datar yang tidak jauh dari pintu masuk. Untuk harganya, mohon maaf saya tidak sempat menanyakan.
Camping Ground yang ada disana |
View dari bawah |
Lorong Sumpit |
View dari Pos 1 Gunung Api Purba |
Melanjutkan perjalanan kembali, tidak lama kami pun bertemu dengan sebuah area terbuka dengan pemandangan yang tidak kalah bagus dari sebelumnya. Bisa dibilang ini Puncak Bayangan dari Gunung Api Purba.
View dari Puncak Bayangan |
Bagian lain Puncak Bayangan |
We-fie di Puncak Bayangan |
B.Embung Nglanggeran
Untuk menuju kawasan ini, cukup bergerak kembali ke jalan utama dan ikuti petunjuk arah hingga menemui gerbang masuk dimana dikenakan sebesar Rp 5.000,-/orang dan Rp 5.000,- sebagai biaya parkir mobil.
Secara umum, Embung Nglanggeran bisa dibilang adalah sebuah waduk buatan. Untuk mencapai tepinya harus dilalui dengan menaiki beberapa anak tangga. Tenang saja, tidak banyak kok... hehehe
Selamat datang di Embung Nglanggeran |
Embung Nglanggeran |
View dari atas |
C. Tubing Sungai Tegal Arum
Menuju kawasan ini, sama seperti mengarah ke wisata Goa Pindul, karena memang lokasinya yang bersebelah. Hanya saja kalau Goa Pindul itu melewati sungai yang berada di dalam Goa bawah tanah, Tegal Arum hanya melewati sungai diantara bebatuan.
Saran : berhubung pintu masuk/loketnya banyak, pilihlah jalur resmi dimana terdapat orang yang menggunakan seragam dan name tag resmi .Karena yang terjadi pada kami waktu itu adalah, banyak orang-orang yang berusaha untuk terus menawarkan jasanya meski kami sudah menolak, bahkan "rusuhnya" ada yang sampai terus mengikuti dengan motor seperti orang mau "membegal". Hadeeeeeeh. Pastikan anda berani untuk menolak jika memang merasa tidak yakin.
Sampai akhirnya, kendaraan kami pun terhenti oleh sebuah portal dimana dijaga oleh orang-orang yang mengenakan seragam wisata goa Pindul. Setelah bertanya sana sini, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti mereka dan diantar langsung menuju pintu masuk menuju tempat wisata Sungai Tegal Arum.
Disana, kami langsung disambut oleh seorang pemandu yang langsung menjelaskan harga beserta fasilitas yang akan kami dapat. Disepakatilah harga Rp 50.000,-/orang sudah termasuk bonus Flying Fox/Semangkuk Bakso, lengkap dengan welcome drink (Teh hangat bebas refill) dan mobil penjemputan. Tidak lupa biaya parkir Rp 5.000,-.
Saran : banyaklah bertanya terlebih dahulu tentang kondisi dan tempat-tempat yang akan dijelajahi agar tidak menimbulkan salah paham atau misskom nantinya.
Setelah selesai memakai segala perlengkapan mulai dari safety vest, sepatu, dan topi pelindung (jika dirasa perlu), kami diantar oleh pemandu menuju tempat petualangan kami akan dimulai. Hmm, yang sedikit mengecewakan saat itu adalah, berhubung air sedang agak surut (karena musim kemarau) sehingga saat menaiki Tubing (ban dalam) bisa dibilang kurang nuansa petualangannya, ditambah karena airnya yang sedang sangat surut, membuat pantat kami (maaf) sering tergores oleh bebatuan yang berada di dasar sungai. -,-
Bersiap-siap sembari wefie. Photo Doc by : Septia Endang |
Air terjun yang ada di Tegal Arum |
Alhamdulillah airnya sejuk |
D. Pantai Pok Tunggal
Untuk menuju Pantai yang satu ini, diperlukan waktu sekitar 1 hingga 1,5 jam melintasi jalan di tepi pantai dan berkelok-kelok. Kondisi jalannya, meskipun bagus namun sangat sepi. Jika sudah memasuki jalan yang semakin mendekati pantai, jalanan pun akan berganti menjadi jalanan aspal berpasir dengan beberapa kali terdapat seperti timbunan pasir besar di kana atau kirinya. Sayangnya, saat kami tiba di sana hari sudah cukup gelap, ditambah air laut sedang surut, sehingga tidak banyak yang bisa kami lakukan disana selain menyantap semangkuk Mie Goreng dan Es Teh Manis untuk mengisi kekosongan perut kami. Untuk izinn masuk pantainya, dikenakan biaya Rp 10.000,-/orang, dan parkir mobil Rp 5.000,- . Berikut gambaran kondisi yang kami dapat saat itu, dan yang "seharusnya" kami dapat jika tiba lebih cepat.
Suasana sore menjelang malam itu dimana air sedang surut. Model by : Salis |
Suasana pantai yang seharusnya kami dapatkan. Sumber : www.google.com/www.yukpiknik.com |
E. Menuju Malioboro (Check in Hotel Karunia)
Menuju Jl.Malioboro, yakni sebuah jalan yang saya rasa hampir semua diantara kalian pasti tahu dan mungkin sudah beberapa kali kesini karena memang suasananya yang sangat homy, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari Pantai Pok Tunggal hingga akhirnya kami bisa tiba di Jl.Malioboro dan langsung menuju hotel tempat kami akan menginap. Ya, kami menginap di Hotel Karunia yang berada di Jl.Sosrowijayan no.78, tidak jauh dari Malioboro.
Tidak salah memang semboyan dari hotel ini, satu kamar bisa dihuni setidaknya maksimal 3 orang (1 harus dengan ekstra bed), ada kamar mandi dalam, AC, TV, Lemari, gantungan baju, serta dapat sarapan di paginya. Tersedia juga halaman parkir bagi kalian yang membawa kendaraan baik motor maupun mobil. Untuk harga ter-updatenya, silahkan langsung dihubungi nomor yang tertera di atas ya.
F. Makan di Angkringan & Kopi Joss
Menuju Jl.Malioboro, yakni sebuah jalan yang saya rasa hampir semua diantara kalian pasti tahu dan mungkin sudah beberapa kali kesini karena memang suasananya yang sangat homy, dibutuhkan waktu sekitar 2,5 jam dari Pantai Pok Tunggal hingga akhirnya kami bisa tiba di Jl.Malioboro dan langsung menuju hotel tempat kami akan menginap. Ya, kami menginap di Hotel Karunia yang berada di Jl.Sosrowijayan no.78, tidak jauh dari Malioboro.
Hotel tempat kami menginap |
F. Makan di Angkringan & Kopi Joss
Salah satu yang khas ketika berkunjung ke Yogyakarta adalah, kalian mesti dan wajib mencoba makan di Angkringan. Umumnya angkringan maupun lesehan ini banyak tersebar di sepanjang Jl.Malioboro, namun yang kami pilih malam itu adalah deretan angkringan yang terdapat di seberang Stasiun Tugu. Dan tak lupa, untuk mencoba "Kopi Joss" yang katanya diberi arang. Alhamdulillah, disini kami bisa makan dengan kenyang dan tentunya dengan harga murah. Saya berdua dengan kawan saja hanya dikenakan Rp 42.000,- dengan rincian :
2 Nasi isi Teri
2 Sate Telur Puyuh
2 Sate Bakso
2 Sate Ati
1 Sate Usus
1 Es Teh Manis
1 Teh Manis Hangat
Kopi Joss |
Kenyang yak ? :p
G. Alun - Alun Selatan ("Mobil" LED Warna Warni & Pohon Beringin Kembar)
Setelah kenyang makan malam, kami berniat untuk mengunjungi Alun-alun Selatan yang mana lebih banyak dikenal orang karena terdapat 2 pohon beringin kembar yang konon katanya menyimpan sebuah cerita mistis. Hmm seperti apa ya ? jadi penasaran. ^^
Untuk menuju kesana, kami pun menumpang Andong dengan tarif Rp 80.000,- yang artinya sebesar Rp 10.000,-/orang dari Jl.Malioboro menuju Alun-Alun Selatan.
Wahana Mobil LED warna-warni |
Selepas bermain "Mobil", kami berjalan ke arah dua pohon beringin kembar untuk mencoba mitos yang selama ini beredar. Konon katanya, jika bisa menyeberang dengan mulus dengan mata tertutup diantara dua pohon ini, maka keinginannya akan terkabul. Dan uniknya lebih banyak yang gagal saat berusaha menyeberanginya. Begitu pun dengan kawan kami yang mencoba, dia malah malah berbelok jauh , bahkan hampir menabrak orang. Duh !
Pohon Beringin Kembar di Malam hari |
Menurut legenda lama , tradisi tersebut diawali oleh permintaan putri Sultan Hamengku Buwono VI yang akan dinikahkan akan tetapi tidak begitu menyukai calon yang sudah dipilihkan oleh sang ayah. Maka dari itu sang putri memberi syarat jika pria tersebut bisa melewati ke dua pohon beringin dengan mata tertutup maka dia bersedia menikah. Ternyata syarat yang diberlakukan sang putri tidak bisa dilakukan oleh pria tersebut. Hingga akhirnya sultan memberikan maklumat bahwa siapa saja pria yang bisa melewati 2 pohon beringin tersebut berarti memiliki hati yang benar-benar tulus dan akan dinikahkan dengan sang putri. Entah sudah berapa banyak pria yang mencoba hingga pada akhirnya ada satu pria yang bisa menaklukan tantangan tersebut yakni putra pangeran dari Prabu Siliwangi.
Setelah puas bermain dan berfoto-foto disekitar Pohon, kami pun segera kembali ke penginapan untuk beristirahat dengan menggunakan becak motor. :D
H. Berburu Oleh-Oleh di Malioboro
Jl.Malioboro pagi itu |
Oiya, bagi kalian pecinta kuliner, jangan lupa untuk mencoba makanan khas Yogyakarta, yakni Lumpia, terutama yang terletak di seberang Hotel Mutiara. Untuk Lumpia, dijual per buah dengan harga Rp 3.000,- hingga Rp 3.500,- dan satu kotaknya bisa memuat 10 buah. Jangan lupakan juga Bakpia yang berada di beberapa gang sebelum Jl.Sosrowijayan. Bakpia disini dijual dengan konsep toko yang menurut saya cukup unik. Bahkan di lantai 2 toko tersebut dijual juga aneka batik. Fyi, sekotak Bakpia di toko tersebut dijual dengan harga Rp 33.000,-/kotak. Terbagi menjadi yang original dan blasteran (campur dengan aneka rasa baru).
Toko Bakpia yang unik |
Ini disebut Bakpia Blasteran |
I. Keraton Yogyakarta
Pintu Masuk Keraton |
Pada bagian belakang, terdapat tangga menurun dari dua sisi dimana terdapat lorong yang cukup panjang dan kami rasa seru untuk dijadikan tempat berfoto. Sebenarnya saya yakin masih ada ruangan lagi di bagian belakang, namun sayang saat itu pintu tertutup rapat.
Tembok berisi ukiran perjuangan masa lampau |
Ruangan berisi foto kereta kuno |
Ruangan foto dan data diri para Sultan Yogyakarta |
Tangga menurun menuju bagian belakang |
Lorong panjang di bagian belakang |
Sebenarnya, Yogyakarta memiliki banyak tempat wisata lain baik itu yang bersifat alam ataupun peninggalan budaya masa lalu yang belum sempat kami kunjungi saat itu, seperti Kali Biru, Gumuk Pasir, Lava Tour Kaliadem, Tubing Kalisuci, Goa Pindul, Hutan Imogiri, Pantai Parang Tritis, Candi Borobudur, Candi Prambanan dll. Namun apadaya, kami sudah harus kembali menuju Jakarta dengan kereta api Gaya Baru Malam yang berangkat pukul 17.10 WIB. Mungkin jika ada umur panjang, kami bisa kembali lagi mengunjungi tempat-tempat lainnya. In sya Allah, Aamiin !!
Oiya, bagi kalian yang berjumlah 7 -8 orang ketika akan mengunjungi Yogyakarta, saya sarankan kalian bisa menggunakan jasa mobil rental untuk mengunjungi berbagai tempat wisata. Selain lebih hemat waktu, kalian pun tidak perlu tergesa-gesa mengejar angkot maupun bus untuk mengantarkan kalian ke beberapa tempat wisata. Karena yang saya tahu, ada beberapa tempat juga seperti untuk menuju Goa Pindul,Tegal Arum maupun Kalisuci yang agak sulit jika ingin dicapai dengan "ngeteng".
Ini kontak Rental Car yang kami pakai waktu itu, bisa menghubungi Pak Alif di 0813 2871 3493.
Untuk harga sewa New Avanza, saat itu kami dikenakan Rp 325.000,-/per 24 jam. dan Rp 275.000,-/per 12 jam. Dengan jaminan Laptop.
Berikut Rincian Biaya Pengeluaran (Saya)* :
-KA Progo (Berangkat) : Rp 75.000,-
-Beli persediaan Minum : Rp 9.000,-
-Sharecost (untuk sewa kendaraan mobil avanza 24 + 12 jam, biaya parkir, bensin, penginapan di Malioboro, Tiket masuk Keraton, Ongkos ojek penyewa mobil dan makan siang sebelum kembali ke Jakarta) : Rp 266.125,-
-Sarapan di Rumah Makan Padang : Rp 11.000,-
-Biaya Masuk Gunung Api Purba : Rp 7.000,-
-Biaya masuk Embung : Rp 5.000,-
-Biaya masuk Tubing Tegal Arum (sepaket) : Rp 50.000,-
-Sarapan di Rumah Makan Padang : Rp 11.000,-
-Biaya Masuk Gunung Api Purba : Rp 7.000,-
-Biaya masuk Embung : Rp 5.000,-
-Biaya masuk Tubing Tegal Arum (sepaket) : Rp 50.000,-
-Biaya masuk kawasan Pantai : Rp 10.000,-
-Ngemil Mie Goreng + Es Teh : Rp 11.000,-
-Makan di Angkringan + Kopi Joss (Porsi 2 orang) : Rp 42.000,-
-Sewa Andong menuju Alun-Alun Selatan : Rp 10.000,-/orang
-Bermain mobil hias warna warni di Alun-Alun selatan : Rp 7.500,-/orang
-Becak motor untuk kembali ke Hotel : Rp 12.500,-/orang (maksimal 2 orang)
-Oleh-oleh Bakpia @ Rp 33.000,- : Rp 66.000,-
-Jajan Roti bulet : Rp 9.500,-
-Oleh-oleh gantungan kunci : Rp 10.000,-
-Teh Liang di sekitar Keraton : Rp 4.000,-
-Bermain mobil hias warna warni di Alun-Alun selatan : Rp 7.500,-/orang
-Becak motor untuk kembali ke Hotel : Rp 12.500,-/orang (maksimal 2 orang)
-Oleh-oleh Bakpia @ Rp 33.000,- : Rp 66.000,-
-Jajan Roti bulet : Rp 9.500,-
-Oleh-oleh gantungan kunci : Rp 10.000,-
-Teh Liang di sekitar Keraton : Rp 4.000,-
- KA Gaya Baru Malam (Pulang) : Rp 110.000,-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------- +
Total : Rp 715.625,-
--------------------------------------------------------------------------------------------------------- +
Total : Rp 715.625,-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar